PORTAL JABAR,- Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah tidak asing lagi dengan sesuatu yang memiliki sifat indah atau keindahan. Ada baiknya setiap sesuatu itu dapat menciptakan atau memancarkan keindahan yang senantiasa akan menghadirkan ketenangan bagi siapa saja. Keindahan pula merupakan wujud kita mencintai sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan berasal dari kata tunggal ‘indah’ yang memiliki arti permai, bagus atau pun cantik. Namun, arti dari keindahan tidak hanya terbatas dari penggunaan kata untuk memberi sifat terhadap suatu kata benda. Namun, keindahan juga memiliki arti yang lebih luas lagi yakni yang meliputi kebenaran, serta konsep definisi lain yang tentunya abstrak dan tidak terikat pada satu definisi saja.
Jika melihat kepada sejarahnya, seperti pada konsep pada umumnya, keindahan juga berasal dari konsep yang dibawa oleh para Yunani Kuno pada abad ke-18. Pada saat itu, keindahan sudah dimaknai seperti menurut The Liang Gie dalam bukunya yang berjudul ‘Garis Besar Estetik’ yang menyatakan bahwa akar dari keindahan adalah bonum yang berarti kebenaran, kemudian dipersingkat menjadi ‘bonellum’, dan selanjutnya lebih dipersingkat menjadi ‘bellum’ (Salwa, 2019).
Sementara itu, Plotinus telah mengatakan tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Dahulu, orang Yunani berbicara mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Namun, bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetik disebutnya “symmetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada seni pahat dan arsitektur) dan “harmonia” untuk keindahaan berdasarkan pendengaran (musik). Maka dari itu, pengertian indah tidak hanya menyifati benda, tapijuga mencakup keindahan pada seni, moral, alam, dan juga intelektual.
Kemudian, seorang filsuf yang bernama Hegel dan Schopenhauer mencoba untuk menyusun suatu hirarki dari bentuk-bentuk estetika. Hegel telah membedakan suatu rangkaian seni-seni yang mulai pada arsitektur dan berakhir pada puisi. Semakin kecil unsur materi dalam suatu bentuk seni, maka akan semakin tinggi tempat atas tangga hirarki. Sementara itu, Schopenhauer melihat suatu rangkaian yang mulai pada arsitektur dan memuncak dalam music. Keindahan yang datang dari musik, bagi Schopenhauer merupakan estetika atau keindahan yang mendapatkan tempat paling istimewa (Surajiyo, 2015).
Selain itu juga, terdapat sebuah teori yang diinisiasi oleh Wladylaw Tatarkiewicz disebut Teori Agung tentang keindahan (The Great Theory of Beauty) atau dapat juga teori agung mengenai estetik Eropa. Teori ini disebut sebagai Teori Perimbangan Keindahan Nilai Keindahan. Teori Agung tentang keindahan menjelaskan bahwa keindahan tersebut terdiri dari perimbangan dari sejumlah bagian-bagian, atau lebih tepat lagi terdiri dari beberapa aspek yang meliputi ukuran, persamaan serta jumlah dari bagian-bagian dan hubungan di antaranya satu sama lain. Contohnya yaitu Arsitektur orang-orang Yunani. Keindahan dari sebuah atap tercipta dari perpaduan antara ukuran, jumlah dan susunan dari pilar-pilar yang menyangga atap tersebut. Pilar-pilar itu mempunyai perimbangan tertentu yang tepat dalam pelbagai dimensinya. Begituplua Bangsa Yunani yang dalam keindahan ini menemukan bahwa adanya hubungan-hubungan matematis yang cermat sebagaimana terdapat dalam ilmu ukur serta berbagai pengukuran proporsi yang ternyata dapat diwujudkan dalam bentuk benda-benda bersusun yang indah. Menurut teori proporsi keindahan terdapat dalam sesuatu benda yang memiliki bagian-bagiannya terdapat hubungan satu sama lain sebagai bilangan (Putra, 2017).
Karya: Nida Sofiatul Mardiah
Daftar Pustaka
- Putra, A. D. (2017). Estetika Sema Dalam Tarekat Sufi Naqsybandi Haqqani Jakarta Sebagai Media Penanaman Pendidikan Tauhid. Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 28.
- (2019, November 29). Pena Salwa. Retrieved Januari 18, 2021, from penasalwa.blogspot.com: https://penasalwa.blogspot.com/2019/11/hubungan-antara-agama-filsafat-dan.html
- (2015). Keindahan Seni dalam Perspektif FIlsafat. Jurnal Desain, 160.