PORTALJABAR – Obat dalam bentuk tablet sangat disenangi oleh banyak orang karena tablet mempunyai keuntungan yaitu antara lain dosis relatif tepat, mudah dalam penggunaan, stabil dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi dan yang paling penting harganya lebih murah.
Tahu gak sih kalau dalam pembuatan tablet itu bukan bahan aktif aja tapi diperlukan juga bahan-bahan tambahan seperti bahan penghancur, pelicin, pengisi dan pengikat untuk memperoleh sediaan tablet yang nyaman digunakan dan memenuhi persyaratan tablet yang ideal.
Salah satu bahan tambahan yang memiliki peran penting dalam formulasi tablet yaitu bahan pengikat. Fungsi Bahan pengikat sendiri untuk menyatukan beberapa partikel serbuk dalam sebuah granulat. Bahan tambahan yang paling sering digunakan adalah amilum/pati karena harganya yang murah dan pemanfaatan bahan organik sebagai suatu bahan yang berguna untuk industri farmasi.
Amilum juga multifungsi untuk bahan tambahan pembuatan tablet, karena dapat digunakan sebagai bahan pengisi, bahan penghancur, dan juga sebagai bahan pengikat. Untuk Amilum yang digunakan sebagai bahan pengikat dibuat dalam bentuk musilago untuk mengikat bahan obat dan bahan penolong lainnya agar mambentuk granul yang kompak hingga mudah. Kemampuan amilum sebagai bahan pengikat dalam pembuatan tablet akan menentukan sifat fisik tablet (Dengan & Hidrolisis, 2012).
Amilum juga dipilih sebagai bahan penghancur karena selain memiliki sifat penghancur yang baik. Amilum memiliki sifat yang inert dan dapat meninggikan porositas dalam pembuatan tablet sehingga memudahkan penetrasi air. lewat pori-pori ke dalam bagian tablet menjadi mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagiannya dan mempercepat hancurnya tablet.
Fungsi amilum sebagai bahan tambahan pada sediaan tablet tergantung pada bagaimana amilum diinkorporasi ke dalam formulasi. Amilum akan berfungsi sebagai bahan penghancur apabila ditambahkan secara kening sebelum penambahan lubrikan, Amilum berfungsi sebagai bahan pengikat dan balan penghancur apabila ditambahkan dalam bentuk pasta atau kering sebelum digranul dengan komponen yang lain. Reset terkini melaporkan bahwa amilum mengalami deformasi plasstik selama kompresi, tetapi sifat ini tergantung pada ukuran, distribusi ukuran dan bentuk partikel (Swabrick, 2007).
Karena sifat nya yang multifungsi amilum sering digunakan untuk bahan pengisi karena seperti sifat nya yang telah dijelaskan yaitu inert dan stabil. Namun penambahan bahan pengisi pada tablet akan diperlukan bila dosis obat pada tablet tidak cukup untuk membuat bulk dan dapat juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran (Banker dan Anderson, 1986).
Pengaruh amilum sebagai bahan tambahan pada tablet pun memilki keuntungan dan kekurangan. Untuk keuntungan dari penggunaan amilum sebagai bahan tambahan yaitu amilum memiliki sifat yang inert, mudah didapatkan, harganya yang murah
dan pemanfaatan bahan organik sebagai suatu bahan untuk industri farmasi.
Dan kekurangan dari amilum yaitu tidak memiliki sifat alir yang baik (Soebagio dkk., 2009). Sifat alir ini sangat penting saat proses pengempaan tablet khususnya dalam formulasi tablet kempa langsung karena jika tidak dapat mengalir secara baik dapat memberikan bobot tablet yang berbeda.
Bobot tablet yang berbeda berpengaruh terhadap keseragaman kandungan tablet, sehingga efek yang ditimbulkan oleh masing-masing tablet akan berbeda pula di dalam tubuh. Selain itu, sifat alir juga dapat mempengaruhi kompaktibilitas tablet.
Tablet yang terlalu keras akan memiliki waktu hancur yang lama, sedangkan tablet yang terlalu rapuh akan memiliki waktu hancur yang terlalu cepat (Hastuti, 2008).
Referensi :
Banker, S.G., and Anderson, R.N., 1986, Tablet In Lachman, L. Lieberman, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3 rd ed., Lea and Febiger, Philadelphia. 643-704.
Dengan, U., & Hidrolisis, M. (2012). Andina PENGARUH MODIFIKASI AMILUM BENGKUANG ( Pachyrrhizus erosus , Urban ) DENGAN METODE
HIDROLISIS Andina.
Depkes RI, 1995, Materia Medika Jilid VI, Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Hal. 319-325
Hariana, A., 2007, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 3, Penebar Swadaya, Jakarta, 20-22
Hastuti, M. 2008. Pengaruh Perbedaan Suhu dalam Metode Pembuatan Amilum Singkong Pregelatinasi Terhadap Sifat FisikTablet Chlorpheniramin Maleat secara Kempa Langsung (skripsi). Surakarta : Universitas Muhahammadiyah Surakarta.
Raini, M., Mutiatikum, D., Lastari, P., 2010. Uji Disolusi dan Penetapan Kadar Tablet Loratadin Inovator dan Generik Bermerek. Media Peneliti. Dan Pengemb. Kesehat. 20.
Soebagio, B., Sriwododo, Adhika, A. S. 2009. Pengujian Sifat Fisikokimia Pati Biji Durian (Durio Zibethinus Murr) Alami dan Modifikasi cecara Hidrolisis Asam (skripsi). Bandung: Universitas Padjadjaran.
Soekemi, R A., Yuanita, T., Aminah, F., Usman, S., 1987. Tablet. Mayang Kencana: Medan. Swarbrick, J., & Boylan, J.C., 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Edisi Ketiga Volume I. Usa: Pharmaceu Tech.
Poedjiadi, A dan Supriyanti, T. (2009) Dasar-dasar Biokimia Edisi Revisi Jakarta : UI-Press. Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
PENULIS : Apt. Nia yuniarsih, M.Farm, Astriani Nur Jannah, Depita Nurapni, Kamelia Risna, Kirana Azzahra Emil Musa, Neni Nurlela, Riana Ardianti, Yeni Ari Safitri Dalimunthe. (wins)