Penulis: Andien Maylintang – 059 – Universitas Singaperbangsa Karawang
PORTAL JABAR,- Pernah dengar soal Tinder Swindler? Atau bahkan pernah menonton film nya? Sebenarnya apa sih maksud Tinder Swindler?
Tinder Swindler sebenarnya adalah salah satu judul film orisinil milik Netflix yang tayang Februari 2022 lalu. Film tersebut menceritakan Simon Leviev yang banyak menipu wanita melalui aplikasi kencan online, Tinder.
Leviev menipu korbannya dengan berpura-pura menjadi orang lain. Lebih tepatnya, ia memalsukan personanya di media sosial. Ia sering kali menggunakan barang-barang dan fasilitas mewah, hingga membuatnya terlihat seperti orang berada. Lalu saat korbannya sudah mulai percaya, ia akan meminta sejumlah uang dengan alasan yang berbeda-beda. Alasan kenapa ia tidak bisa dipidanakan adalah karena para korbannya mengiriminya uang secara sukarela, sehingga tidak bisa dikatakan sebagai pemerasan atau penipuan. Ditambah lagi ia melakukan aksinya di luar negara dia berasal, di mana ia tidak dapat ditindaklanjuti.
Namun ternyata, kasus semacam Tinder Swindler ini tidak hanya ada di luar negeri, loh. Maret lalu ramai di twitter mengenai Tinder Swindler asal Indonesia. Awalnya, cerita tersebut dibagikan oleh akun twitter @malamtanpakata.
Pada cuitan tersebut, @malamtanpakata bercerita mengenai dirinya yang ditipu oleh penipu bernama James Daniel Sinaga. Cuitan tersebut mendapat 45rb likes, 25rb retweet, dan lebih dari 3rb komentar.
Berkat unggahan nya ini, semakin banyak orang yang berani berbicara mengenai pria bernama James ini. Dan ternyata, korban yang pernah ia tipu bukan hanya @malamtanpakata.
Sekarang yang menjadi pertanyaan, kenapa sih penipuan semacam Tinder Swindler ini mudah sekali terjadi? Dan mengapa jarang yang diungkap? Mari kita bahas lebih lanjut.
Faktor Cinta
Cinta dan perasaan (feelings) adalah sesuatu yang abstrak dan tidak memiliki parameter tetap. Karena pada dasarnya perasaan adalah sesuatu yang timbul dari psikis, dimana psikis sendiri tidak dapat diukur dengan ilmiah.
Pernah dengar pepatah “Cinta Itu Buta”? Apa sebenarnya makna dari pepatah tersebut?
Cinta itu buta, maksudnya orang-orang yang sedang jatuh cinta, terkadang cenderung menghiraukan berbagai macam hal yang biasanya terlihat oleh mata, demi pasangannya. Saat orang sedang jatuh cinta, mereka cenderung tidak produktif. Karena pikiran mereka cenderung tertuju pada sang pujaan hati. Karena itu, tidak heran kalau kemampuan untuk berpikir secara logis dan berkonsentrasi menjadi berkurang.
Situasi psikologis seperti ini lah yang dimanfaatkan oleh para penipu cinta. Bukan hanya uang, penipu cinta juga bisa menipu dengan bentuk lain, loh. Misalnya, manipulasi.
Manipulasi juga merupakan sebuah penipuan psikologis di mana si pelaku berusaha untuk “mengotak-atik” pikiran dan perilaku seseorang sehingga korban melakukan apa yang mereka inginkan. Manipulasi membenarkan apa yang seharusnya salah dan palsu, maka dari itu manipulasi bisa masuk juga kedalam penipuan.
Rasionalitas adalah hal paling akhir saat berhubungan dengan cinta. Terkadang masalah yang timbul berada diluar logika, begitu juga dengan pemecahan masalahnya. Para penipu cinta ini berhasil memanfaatkan dengan baik fakta tersebut.
Meski begitu, tidak semua orang yang berada di aplikasi dating online adalah penipu loh, banyak cerita tentang orang yang akhirnya menemukan pasangannya setelah menggunakan dating apps. Nah, apa saja sih yang bisa dilakukan untuk meminimalisir penipuan online berbasis cinta ini?
1. Jangan pernah berikan uang apapun alasannya
Kasus penipuan online yang sering terjadi tentunya adalah mengenai uang. Apapun alasannya, jangan berikan uang sepeserpun kepada partner dating kamu. Para penipu biasanya akan menjual berbagai macam janji manis demi membujuk kamu. Jika partner dating kamu mulai minta transfer uang, ada baiknya kamu segera pergi. Karena besar kemungkinan doi cuma mau uangmu aja, nih.
2. Cek latar belakang sosial media
Kalau kamu ragu dengan partner mu, coba periksa media sosialnya yang lain. Seperti Instagram, Twitter atau Facebook. Kenali latar belakang mereka dan lihat bagaimana mereka berinteraksi dengan pengikutnya di media sosial. Orang dengan reputasi bagus tentunya tidak mudah untuk menipu.
3. Jangan beri identitas diri yang detail
Hindari memberikan identitas pribadi yang krusial seperti alamat rumah, kode sandi akun, nomor KTP atau bahkan informasi rekening tabungan kamu. Cukup beri tahu informasi sekucupnya yang perlu mereka ketahui.
4. Ajak video call/Bertemu di tempat yang ramai
Banyak sekali kasus pemalsuan data diri di sosial media, banyak orang berpura-pura menjadi orang lain untuk menipu targetnya. Jika dibutuhkan, kamu boleh meminta video call pada partnermu untuk memastikan apakah ia memang benar orang yang sama seperti di profilnya. Kalau memang ingin bertemu, pastikan juga bertemu di tempat yang ramai, supaya menghindari kejadian yang tidak diingikan.
Embel-embel soal cinta memang argumen yang paling mudah digunakan untuk mencari dan keluar dari sebuah masalah. Karena cinta pada dasarnya memang tidak berlogika. Meski begitu, sebisa mungkin hindari kejahatan berbasis cinta ini, ya!
Daftar Pustaka
- https://twitter.com/malamtanpakata/status/1503450114412933120?t=XqE9qopkq2fW1_ipsG399Q&s=19