KOTA BANDUNG,- Telkom University (Tel-U) menyelenggarakan konferensi internasional tahunan bernama “Sustainable Collaboration in Business, Technology, Information and Innovation (SCBTII) 2024”, 24-25 Juli 2024.
Dengan fokus tema utama pada “Surfing the Economic and Business Upheaval with Longer-term Innovativeness, Digital Transformation, Inclusiveness and Resilience”, SCBTII 2024 menawarkan beragam sesi diskusi, workshop, dan presentasi dari para pakar di bidangnya.
SCBTII 2024 ini mempertemukan para akademisi, profesional, wirausahawan, peneliti, pembelajar, dan kelompok terkait lainnya dari seluruh dunia yang tertarik dengan teori dan praktik di bidang ekonomi digital untuk daya saing global.
“Ini adalah konferensi internasional yang biasa kami lakukan setiap tahun, dan ini yang ke-15 kalinya. Kami mengundang banyak peneliti dan praktisi, mereka pengetahuan, sharing dan diskusi sehingga akhirnya bisa memberi kontribusi untuk bangsa dan dunia ke depan,” kata Rektor Telkom University Prof. Dr. Adiwijaya, S.Si, M.Si.
Ia mengatakan kegiatan ini sejalan dengan visi dari Telkom University yakni menjadi National Excellence Entrepreneurial University di tahun 2028.
Fokus utama dari visi ini adalah memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDGs).
Tentunya, lanjut dia, semua aspek aktifitas dari mulai Tridharma sampai research dan inovasi fokus pada SDGs.
“Nah alhamdulillah capaian ini juga ada. Telkom University masih menjadi universitas swasta terbaik nomor satu menurut Webometrics dengan menempati peringkat ke 10 di Indonesia dan peringkat 1.202 di dunia,” ujar dia.
Salah satu narasumber Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, mengatakan sustanability adalah satu target yang menjadi harapan dari masyarakat dunia di masa depan.
Tentunya, imbuh dia, harus ada cara untuk mencapai target tersebut, salah satu caranya adalah dengan digitalisasi.
“Jadi digitalisasi yang kita bicarakan ini tak hanya bicara mengenai teknologinya, tapi juga bagaimana teknologi digital ini bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan sekaligus menjaga sustanabilty itu sendiri. Dan itu sudah banyak dipraktekan di banyak negara dan ini saatnya di Indonesia agar lebih banyak mengupayakan penggunaan teknologi digital dalam rangka mencapai target sustanability seperti mengurangi efek rumah kaca dan emisi,” papar Bambang.
Menurut Bambang, kampus harus berperan aktif dalam melakukan riset dan pengembangan yang tujuannya adalah untuk target masyarakat tertentu.
Misalnya,kata dia, di Indonesia banyak masyarakat menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan bila bicara kelompok masyarakat miskin itu adalah petani dan nelayan.
“Nah disinilah peran kampus, harus banyak melakukan riset dan penelitian dalam melakukan pengembangan teknologi digital yang bisa menolong hidup dari petani dan nelayan. Sehingga dengan bantuan teknologi dan adaptasi dari digitalisasi petani dan nelayan ini dapat memperbaiki kehidupan mereka,” kata Bambang.
Bambang juga mengatakan saat ini banyak start up yang muncul di Indonesia tak hanya fokus pada delivery, belanja atau perjalanan online saja tetapi banyak juga yang memiliki idealisme.
“Jadi ada start up yang khusus pada petani, ada start up yang khusus membantu nelayan dan industri kecil. Jadi saya kira menarik melihat profil kaum muda kita yang ketika menjadi enterpreneur mereka masih memiliki kepedulian terhadap masyarakat sekeliling,” ungkapnya.
Sementara, Ketua Panitia Suhal Kusairi Ph.d mengatakan konferensi ini bertujuan untuk berkontribusi dalam memodelkan pergolakan ekonomi dan bisnis, menangani aspek-aspek penting yang vital dari inovasi jangka panjang, transformasi digital, inklusivitas, keberlanjutan, dan ketahanan.
“Konferensi ini juga bertujuan untuk memperkuat hubungan antara universitas yang berpartisipasi, akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk mempercepat perkembangan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Ini penting, jadi pembangunan itu tidak hanya mencapai pertumbuhan ekonomi saja tapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat yang terpinggirkan,” tandasnya.
Acara yang berlangsung selama dua hari tersebut berlangsung secara hybrid dan dihadiri oleh berbagai kalangan seperti akademisi, praktisi industri, dan mahasiswa.
Untuk tahun ini SCTBII ini diikuti 9 negara dan juga disupport oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; Telkomsel dan Infomedia, Kementerian Koperasi dan UMKM dan lainnya. (*)