PORTALJABAR, BANDUNG – Pedagang pakaian di ITC Kebon Kalapa, Kota Bandung, tampak kembali berjualan di masa PPKM Level 4 pada Senin (26/7/2021).
Setelah tutup kurang lebih selama 3 minggu, Aliansi Pedagang Kota Bandung menyatakan sikap pedagang yang akan mulai beroperasi dengan prokes 5M.
Koordinator Aliansi Pedagang Kota Bandung, Ali, mengatakan kembali mulai berdagang ini didapatkan dari hasil pertemuan pada Sabtu 24 Juli yang bertempat di kantor APIK ITC kebon Kelapa.
Pertemuan ini pun dihadiri oleh perwakilan pedagang, Pasar Baru, ITC, Jaya Plaza, Andir, Kosambi, Baltos, dan Pasar Banceuy.
Ali mengklaim jika tempat tersebut masuk dalam kategori pasar rakyat, yang masuk dalam kategori pasar tradisional.
“Jakarta masuk level 4 tapi Tanah Abang juga buka. Pihak pengelola di ITC menggelar komunikasi dengan asosiasinya, dan mereka bisa bekerja sama begitu juga dengan Pasar Andir, ” ujar Ali, Senin (26/7/2021).
Suasana ITC Kebon Kalapa memang tidak 100% toko kembali buka.
Di lantai 2 dan 3 toko masih banyak yang tutup dan suasana tampak gelap.
Beberapa kebutuhan fashion pria, wanita, dan anak-anak pun bisa ditemukan di lantai pertama.
Meskipun sudah kembali buka, pembeli pun masih belum terlihat.
Hanya ada beberapa pelanggan saja.
Sementara itu pedagang toko pakaian di ITC Kebon Kalapa, Yuki mengatakan dampak dari penutupan toko selama 3 minggu membuat penjualan pakaian turun hingga 80%.
“Hari ini pertama kali dibuka tapi memang belum ada barang yang terjual sama sekali, ” ujar Yuki.
Selama toko tutup, sebagai pegawai toko, Yuli diminta untuk menjual produk pakaian secara online.
Namun menurutnya memang penjualan tetap berkurang karena hanya mengandalkan koneksi yang ia miliki.
“Kalau di online pembeli banyak yang nanya, tahunya enggak jadi. Kalau datang langsung meskipun nawar, mereka bisa lihat bagaimana kualitas pakaiannya,” ujarnya.
Seorang pedagang kebaya, Mikha, mengatakan ia sudah berjualan sejak 2002 dan kini penjualannya merosot tajam, bahkan sampai 0.
“Sejak pandemi sampai sekarang, pembeli sepi, pesanan juga kosong,” ujarnya.
Sebelum ada pandemi, Mikha mengatakan banyak pesanan kebaya dari guru untuk seragam sekolah.
Karena sekolah diadakan secara daring dan tidak ada wisuda ataupun perayaan, maka toko kebayanya sepi pembeli.
Ia pun mencoba menjual secara online, namun ada halangan yang ia dapatkan, terutama dalam transaksi tawar menawar.
Tokonya harus tutup hampir sebulan, Mikha pun merasakan serba salah dengan keadaan seperti ini.
“Meskipun toko buka tapi enggak ada juga yang beli karena kebutuhan orang saat ini enggak beli pakaian, untuk makan saja susah. Saya berharap aktivitas ekonomi semakin membaik saja,” ucapnya.