PORTALJABAR, GARUT – Sejak pandemi Covid-19, usaha pengrajin kulit di Garut, Jawa Barat mengalami penurunan drastis. Bagaimana tidak, kebutuhan sehari-hari kian mendesak. Tidak banyak yang berpikir ingin membeli kerajinan kulit, karena jangankan untuk bergaya, berusaha dan bertahan saja sudah sulit.
Namun, para pelaku usahanya tak bisa berdiam saja. Mereka harus mencari cara, guna bisa tetap menjual karya. Salah satunya adalah Sanjay dan Lutfi, yang keduanya memutuskan untuk Berani Berubah.
“Waktu itu saya coba-coba bikin masker. Nah saat itu masker agak kesulitan. awalnya saya buat masker untuk di pakai sendiri. Dan iseng-iseng, saya foto-foto dan diposting, teman-teman saya banyak yang suka,” ungkap Sanjay kepada awak media.
“Dan alhamdulillah setelah itu banyak yang pesan masker dari kulit. Nah setelah itu, istilahnya lumayan lah buat dapur ngebul. Soalnya kan kemarin-kemarin agak sepi gitu jobnya,” lanjut dia.
Sanjay sudah membuat masker sejak April 2020 hingga saat ini. Masker kulit buatannya yang unik membuat masyarakat tertarik membeli. Siapa sangka, kebutuhan masker ternyata bisa ikut dipenuhi dengan kreasi kulitnya.
Dalam sehari, Sanjay mampu membuat hingga 20 masker kulit. Dia pun mencari inspirasi gaya masker dari internet. Pembelinya kebanyakan adalah para pecinta motor. Namun, keunikan maskernya membuat banyak anak muda turut menyukainya.
“Soalnya maskernya beda-beda model kan, jadi ada yang buat kantoran, buat club motor, dan orang-orang biasa juga bisa,” Sanjay mengakhiri.
Mendongkrak Penjualan Lewat Online
Selain Sanjay yang kini mampu bertahan dengan kreasi masker kulitnya, Lutfi yang juga merupakan perajin kulit sejak tahun 1993 sekarang harus berinovasi agar produknya bisa terjual. Caranya bukan dengan membuat produk baru, namun dengan menyiasati metode penjualan.
“Memutar otak bagaimana (menjual) barang yang tersendat gitu ya, yang sudah ready stock itu ya. Cara-caranya saya membuka penjualan di online gitu, di online shop,” ucap Lutfi.
Melalui penjualan online, kini usaha Lutfi mulai bangkit dan kembali seperti semula. Sejumlah karyawannya yang semula dirumahkan, sekarang mulai sedikit demi sedikit kembali bekerja.
“Alhamdullilah respon dari pembeli di online mulai ada peningkatan gitu. Jadi salah satu cara survive-nya seperti itu penjualan dari online,” ujar Lutfi.
Discussion about this post