Penulis : Afifah Javanda Putri
PORTAL JABAR,- Pada bulan April kemarin, ramai berita mengenai ilmuwan NASA yang ramai-ramai berdemo turun ke jalan untuk menyuarakan mengenai perubahan iklim yang terjadi di dunia. Berawal dari video yang diunggah di Twitter oleh salah satu ilmuwan NASA yaitu Dr. Peter Kalmus yang mendokumentasikan kegiatan para ilmuwan yang sedang turun ke jalan di Los Angeles, Amerika Serikat. Dan sampai saat ini pun topik climate di Twitter selalu menjadi salah satu trending topic.

Di dalam videonya selain mendokumentasikan kegiatan tersebut Dr. Peter Kalmus pun menjelaskan bagaimana kondisi bumi saat ini dan bagaimana kondisi bumi 5 tahun yang akan datang. Video yang akhirnya viral di Twitter ini tembus 2,3 Juta penonton dari seluruh dunia.
“Kita akan kehilangan segalanya, dan kami tidak bercanda, kami tidak berbohong, kami tidak melebih-lebihkan,” kata Peter sambil menahan air mata. Topik ini pun akhirnya menjadi perbincangan di seluruh dunia, dan sempat menjadi trending topic worldwide, dan sebagai bentuk dukungan untuk para aktivis ilmuwan NASA yang sudah turun ke jalan, para netizen menaikkan tagar #ClimateChangeAwareness #LetTheEarthBreath #ClimateActionNow #SaveMotherEarth dan dari tagar inilah akhirnya berita ini menyebar luas ke berbagai social media.
Dr. Peter Kalmus pun mengajak banyak orang di seluruh dunia untuk membantu melakukan perubahan demi menyelematkan bumi. Salah satunya mengakhiri industri bahan bakar fosil dan beralih ke energi terbaru yang lebih ramah lingkungan. Selain itu ia juga menyebut, manusia hanya memiliki waktu selama 3 tahun. Jika dalam kurun waktu tersebut tak ada perubahan, ia mengatakan hal mengerikan dan perubahan iklim ekstrem bisa terjadi pada tahun 2025.

New media memudahkan aktivisme kampanye saat ini, Apalagi beberapa tahun ke belakang ini media sosial sangat banyak digunakan oleh masyarakat karena kegiatan yang terbatas hanya di rumah saja, hubungan new media dengan kegiatan aktivisme sangatlah kuat, dan saat ini membuat berita menjadi viral juga terbilang mudah, antara konten yang berisikan kontroversial saja atau konten yang benar-benar bermanfaat untuk semua orang.
Seperti gambar di atas, yaitu video Dr. Peter Kalmus yang awalnya hanya viral di Twitter pun akhirnya menyebar sampai ke TikTok, video tersebut mendapatkan views sebanyak 12 juta kali ditonton dan mendapatkan 2,4 juta like. Dilihat dari sini bahwa saat ini new media sangatlah berpengaruh untuk kegiatan aktivisme, semua kalangan saat ini sudah pasti banyak yang menggunakan sosial media mereka untuk mencari berita dibandingkan melihat berita di televisi.
Dan sebelumnya pun kampanye mengenai perubahan iklim ini, pihak UN (United Nations) atau yang biasa kita ketahui PBB yaitu Organisasi yang menaungi dunia ini memanfaatkan new media dengan sangat baik.

Pada tahun 2021 mereka menggait salah satu idol dari Korea Selatan yang sedang naik daun dan sangat banyak diperbincangkan di media sosial yaitu BLACKPINK sebagai duta Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. BLACKPINK memiliki penggemar yang sangat aktif di media sosial terbukti dari antusias penggemar disaat mereka melakukan suatu kegiatan pasti nama BLACKPINK selalu menjadi sorotan di kalangan sosial media, selain itu juga dengan umur para anggotanya yang terbilang masih muda dapat membangkitkan semangat kaum milenial terhadap kepedulian perubahan iklim yang terjadi, maka dari itu perannya sebagai duta SDGs sangatlah mencuri perhatian netizen dari berbagai negara.
Dengan begitu, banyak penggemar yang ikut memeriahkan dan menyebarluaskan kegiatan aktivisme PBB mengenai perubahan iklim.
DAFTAR PUSTAKA
- Ahmed, M. (2020). Introduction to Modern Climate Change. Andrew E. Dessler: Cambridge University Press, 2011, 252 pp, ISBN-10: 0521173159. Science of the Total Environment, 734(May), 139397. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.139397
- Ramadhanailah, J., & Ike Junita Triwardhani. (2022). Hubungan antara Pesan Kampanye Blackpink X COP26UK Perubahan Iklim #ClimateActionInYourArea Melalui Instagram dengan Sikap Suportif Blink Bandung. Bandung Conference Series: Communication Management, 2(1), 1–5. https://doi.org/10.29313/bcscm.v2i1.634