PORTALJABAR – Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (AS) atau CIA mengaku memiliki sejumlah proyek untuk mengumpulkan data intelijen terkait mata uang/aset kripto (cryptocurrency).
Melansir Cointelegraph, Rabu (8/12/2021), Selama CEO Summit yang digelar oleh Wall Street Journal kemarin, Direktur CIA William Burns mengatakan, CIA ingin menambah keahlian di bidang kripto dan blockchain untuk tim analis intelijen mereka selain juga terus berkomunikasi dengan pakar industri kripto.
Burns menjelaskan, tantangan dari dunia kripto “dapat memiliki dampak yang sangat besar” di AS mengingat sempat adanya serangan ransomware di Negeri Paman Sam.
Mengutip laman Decrypt, ransomware adalah jenis perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk mematikan komputer atau jaringan hingga pembayaran diterima, seringkali dalam bentuk Bitcoin atau koin privat Monero. Serangan ransomware oleh peretas (hacker) pada tahun ini telah menghentikan operasi Colonial Pipeline, pipa bahan bakar terbesar AS, pabrik pengolahan daging, hingga infrastruktur TI.
Sebelumnya, pemerintahan Presiden As Joe Biden pada bulan Juni menyebut ransomware sebagai “prioritas” dan mengatakan akan memanfaatkan sistem pelacakan mata uang kripto untuk mengatasinya.
“Pendahulu saya telah memulai ini,” kata Burns dikutip Cointelegraph. Burns tidak menjelaskan pendahulu mana yang dia maksud.
Ada lima orang yang telah memimpin CIA sebelumnya-dua di antaranya dalam kapasitas sebagai pelaksana tugas (Plt)-dalam lima tahun terakhir saja, termasuk John Brennan, Mike Pompeo, dan Gina Haspel.
Namun, kemungkinan Burns merujuk ke David Cohen, yang dipilih oleh Presiden Biden sebagai pelaksana tugas Direktur CIA dari Januari hingga Maret tahun ini.
Sementara, nama lainnya, Michael Morell, yang juga sempat menjabat sebagai pelaksana tugas direktur badan tersebut selama dua periode terpisah di bawah kepemimpinan Presiden Obama, juga melihat nilai Bitcoin bagi komunitas intelijen.
Awal tahun ini, Morell menyebut teknologi blockchain sebagai “keuntungan untuk pengawasan” dalam sebuah laporan, yang diterbitkan oleh Crypto Council for Innovation yang dipimpin Coinbase dan Square.
Laporan tersebut membela aset kripto terhadap klaim bahwa kripto seringkali dimanfaatkan oleh perusahaan kriminal. Sebaliknya, kata laporan itu, sifat transaksi publik menjadikan kripto “alat forensik yang kurang dimanfaatkan bagi pemerintah untuk mengidentifikasi aktivitas terlarang.”
“[Mereka] telah melaksanakan sejumlah proyek berbeda yang berfokus pada cryptocurrency dan mencoba untuk melihat konsekuensi tingkat kedua dan ketiga juga dan membantu rekan-rekan kami di bagian lain dari pemerintah AS untuk memberikan intelijen yang solid tentang apa yang juga kami saksikan,” imbuh Burns.
Buns menambahkan bahwa membangun pengetahuan soal kripto adalah “prioritas penting” untuk CIA ke depan.
Burns sendiri tidak menyebutkan secara spesifik tentang arah kebijakan yang direncanakan CIA untuk memerangi serangan siber. Namun, ia mengisyaratkan ke depannya hal itu akan bertujuan untuk “mendapatkan jaringan keuangan” kelompok kriminal yang menggunakan mata uang digital sebagai tebusan.
Pernyataan Burns soal proyek CIA mengenai aset kripto di atas, tampaknya masih belum menjawab tuntas pertanyaan para penggemar kripto mengenai teori konspirasi lama–yang juga mungkin sekadar lelucon belaka–soal siapa pencipta bitcoin. Dalam sebuah teori konspirasi yang sudah lama berkembang disebutkan bahwa penemu anonim Bitcoin, Satoshi Nakamoto, sebenarnya adalah CIA atau agen intelijen sejenis.
Hingga saat ini, Satoshi masih tetap menjadi sosok misterius di dunia kripto, kendati sudah banyak orang atau institusi yang mengaku atau dikaitkan dengan nama tersebut.
source : cnbcindonesia.com