PORTALJABAR – Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.202 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (9/9) sore. Posisi ini menguat 50 poin atau 0,35 persen dari Rp14.252 per dolar AS pada Kamis (9/9).
Begitu juga dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.225 per dolar AS atau menguat dari Rp14.272 per dolar AS pada Kamis kemarin.
Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia lainnya. Ringgit Malaysia menguat 0,43 persen, dolar Singapura 0,31 persen, baht Thailand 0,29 persen, dan yuan China 0,27 persen.
Lalu, rupee India menguat 0,14 persen, peso Filipina 0,13 persen, won Korea Selatan 0,04 persen, dan dolar Hong Kong 0,02 persen. Hanya yen Jepang yang melemah 0,15 persen.
Begitu juga dengan mata uang utama negara maju, semuanya kompak berada di zona hijau. Dolar Australia menguat 0,46 persen, dolar Kanada 0,44 persen, poundsterling Inggris 0,33 persen, euro Eropa 0,2 persen, franc Swiss 0,17 persen, dan rubel Rusia 0,12 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai rupiah berhasil menguat berkat sentimen dari bank sentral AS, The Federal Reserve. Pasalnya, The Fed menilai bahwa ekonomi negeri Paman Sam belum sepenuhnya keluar dari tekanan akibat pandemi covid-19.
The Fed menilai ekonomi AS masih memiliki tantangan dari sisi rantai pasok dan pasar tenaga kerja. Hal ini tercermin dari data ketenagakerjaan yang belum setinggi ekspektasi pasar.
“Ini bukti bahwa pertumbuhan pekerjaan terhambat oleh kekurangan tenaga kerja daripada permintaan pekerja,” ucap Ibrahim.
Sentimen ini selanjutnya melemahkan indeks dolar AS dan membuat mata uang lain menguat, termasuk rupiah. Sementara dari dalam negeri sejatinya belum ada sentimen positif baru di pasar.
Sumber: CNNINDONESIA