PORTALJABAR,- Soft power menjadi tool utama diplomasi masa kini yang disebut public diplomacy atau diplomasi ke masyarakat dan pertama kali dicetuskan oleh Joseph Nye.
Munculnya soft power dalam kegiatan hubungan internasional membawa implikasi pada pelaksanaan diplomasi.
Soft power oleh Joseph S. Nye, Jr diyakini sebagai upaya-upaya negara untuk mencapai kepentingannya melalui indakan persuasif, penyebaran nilai-nilai tertentu, dan membangun agenda menarik sehingga negara lain mengikutinya tanpa adanya kekerasan (perang) maupun perasaan terancam.
“Lembaga penyiaran ini merupakan salah satu instrumen soft power. Soft power menggunakan kekuatan budaya dan diplomasi. Bentuknya macam-macam seperti bantuan ekonomi, bantuan bea siswa, film propaganda kebudayaan tapi tujuannya sama setiap negara berkompetisi dalam menyebarkan daya tariknya,” kata Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat, Bedi Budiman, saat menjadi narasumber dalam Seminar Harsiarnas 2022 “Transformasi Penyiaran di Era Digital” bertajuk Penyiaran Nasional dan Soft Power di Kampus Universitas Pasundan Jalan Lengkong Kota Bandung, belum lama ini.
Bedi menambahkan setiap negara pastinya berupaya memiliki kekuatan atau power agar disegani oleh negara lain. Ia mengungkap di negara-negara maju, tak terkecuali Amerika Serikat juga melakukan diplomasi soft power.
Malahan di negeri Paman Sam, kata Bedi, bisa dikatakan mulai dari Harvard hingga Hollywood menggunakan soft power.
“AS menggunakan soft power mulai dari wilayah kampus hingga industri perfilman. Sehingga AS menjadi negara terdepan dalam menggunakan soft power. Namun AS juga mengimbanginya dengan kekuatan hard powernya. Sehingga isu apapun yang didengungkan AS seperti HAM, demokratisasi dan lingkungan hidup akan menjadi isu global dan universal,” kata politisi PDI Perjuangan ini. (adv)