KOTA BANDUNG,- Pemerintah Provinsi Jawa Barat melepas produk-produk dari 18 ekportir milenial asal Jabar di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (1/7)
Salah satu produk yang diekspor yaitu 24 ton kelapa parut asal Pangandaran senilai 34.800 USD ke beberapa negara yaitu Meksiko, Rusia, Amerika Serikat, Hongkong dan Uni Emirat Arab.
Produk lain yang turut dilepas saat itu yaitu briket dan kantong urine.
Asisten Administrasi Umum Pemda Provinsi Jabar Ferry Sofwan Arif mengatakan, aktivitas ekspor dari Jabar saat itu merupakan bukti perekonomian di Jabar semakin menggeliat.
Diakui Ferry memang jika dibandingkan dengan pelaku ekspor besar, apa yang dilakukan milenial Jabar saat ini belum sebanding, namun setidaknya milenial sudah mulai membidik ceruk 2 persen kegiatan ekspor Indonesia.
“Nilai ekspor besar digarap pengusaha besar, tapi kita ada ceruk untuk kita isi. Memang 98 persen sama yang eksportir besar gede tapi 2 persen bisa sama anak muda, kita dorong pelaku usaha muda, tidak hanya berkiprah di lokal tapi di global,” ucapnya pada Jabar Punya Informasi (Japri) yang digelar di halaman Museum Gedung Sate, Jumat (1/7).
Semangat tersebut pun semakin meyakinkan karena dari kegiatan ekspor Indonesia Januari-April 2022 didominasi Jabar 13,94 persen dengan nilai non migas 3,4 juta dollar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar Iendra Sofyan mengatakan, meski hanya ada dua persen, namun pihaknya akan terus mendorong pelaku industri kecil menengah untuk berani ekspor.
“Kalau dari analisa SWOT milenial ini banyak SDM nya di kita, ide banyak, tanganan pengusaha besar sama IKM ini, maka taglinenya eksportir milenial, kami milenial, kami muda kami bisa untuk Jabar,” tuturnya pada kesempatan yang sama.
Dikatakan Iendra, dengan dorongan milenial untuk ekspor bukan berarti tujuannya menyaingi perusahaan besar.
Di sini peran Disindag dan Dinas KUK dan OPD lainnya mempersiapkan eksportir-eksportir milenial asal Jabar ini.
“Adapun analisanya, kekuatan kita 50 persen kedepan bonus demografi, kekuatan kita ada di SDM, kemudian kesempatannya 2 persen peluang ekspor. IKM ini punya kesempatan, tantangan dari mulai produk pasti ada,” ucapnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pihaknya melakukan pembinaan dan pelatihan Export Coaching Program (ECP).
Sejak 2019 setidaknya ada 240 pelaku usaha yang mereka bina dengan dinas-dinas terkait dan juga perbankan memberikan pelatihan dan pembinaan ekspor.
“Alhamdulillah sudah 19 negara 10 produk, kemudian 2021 mulai 155.000 usd 8 negara 10 produk, April-Juni 2022 198.344 USD atau Rp 2,94 miliar,” ucapnya.
Jose dari CV Coco Indonesia Maju, eksportir
kelapa parut mengatakan, kelapa parut mereka bertahan hingga satu tahun sehingga lebih mahal.
Mereka pasarkan untuk pelaku usaha bakery atau kukis di luar negeri seperti Meksiko, Georgia, Hongkong, Brazil dan Timur Tengah.
“Di sana permintaannya cukup tinggi. Untuk nilai eksportnya kami bisa meraih 30.000 USD/kontainer,” pungkasnya. (*)