MADINAH, ARAB SAUDI – Tingginya jumlah jemaah calon haji lansia atau risiko tinggi pada suatu kloter jemaah haji, tampaknya tidak selalu diiringi oleh tingkat kesakitan tinggi.
Dengan penanganan kesehatan yang baik, para jemaah kategori rentan bisa tetap sehat beribadah di Tanah Suci.
Hal ini di antaranya tampak pada Kloter 8 KJT asal Kabupaten Indramayu. Petugas Kesehatan Haji Indonesia Kloter 8 KJT, dr Eryanda Dinata Sofyan, menyatakan dari jumlah jemaah sebanyak 366 orang, sebanyak 238 di antaranya masuk dalam kategori berisiko tinggi.
Namun sampai hari keempat ketibaan di Madinah, angka kesakitan di kloter ini sangat minim.
Ia mengatakan bersama para petugas haji akan terus berusaha memberikan pelayanan terbaik sehingga jemaah tetap sehat selama di Tanah Suci.
“Jumlah jemaah yang risti di kloter kami memang lebih besar daripada yang tidak risti. Tapi alhamdulillah sebagian besar sehat dan sangat rajin, bersemangat beribadah di Masjid Nabawi,” kata Eryanda, Minggu (11/6).
Jarak hotel yang begitu dekat dengan Masjid Nabawi, yakni tepat di seberang gerbang pagar masjid, begitu memudahkan jemaah asal Indramayu ini untuk beribadah.
Mereka tidak terlalu lelah untuk bisa mencapai Masjid Nabawi dengan berjalan kaki.
Hal serupa dikatakan Tenaga Kesehatan Haji Indonesia lainnya pada kloter tersebut, Kurnia Sopwan Ashidiq. Ia mengatakan angka kesakitan para jemaahmya terbilang minim.
Namun demikian, jemaah terus diminta untuk mewaspadai paparan panas cuaca di Madinah saat ini yang bisa mencapai 40 derajat celcius, bahkan lebih.
“Keluhan yang paling banyak adalah radang tenggorokan, demam, mimisan, dan hipertensi. Memang karena cuaca di sini sangat mempengaruhi kondisi jemaah,” katanya.
Tenaga kesehatan di kloter ini pun, katanya, rajin melakukan visitasi untuk memantau kesehatan jemaah, selain membukan pos pelayanan kesehatan di ruang tamu kamar para petugas.
Seorang jemaah lansia asal kloter tersebut, Sopiah (78), mengatakan sangat nyaman tinggal di pemondokan di Madinah tersebut.
Di sebuah kamar di Taiba Suites, apartemen bintang 5 tersebut, ia menginap bersama lansia lainnya, Nursasih (65), Kurniah (80), dan Tusliha (70).
Dengan akomodasi yang prima, katanya, ia bisa beribadah dengan nyaman ke Masjid Nabawi. Ia pun akhirnya merasa lebih sehat di Madinah, jika dibandingkan saat tinggal di Indramayu.
Hal ini ditunjukkan dengan tekanan darahnya yang selalu normal ketika di Madinah.
“Biasanya kalau diukur tensi darah di Indramayu, tinggi terus. Kalau di sini normal terus. Saya betah tinggal di sini. Dikasih makan rutin, diperhatikan dokter, dekat ke masjid,” kata Sopiah dengan dialek Indramayu.
Hal serupa dikatakan teman sekamarnya, Nursasih. Ia mengatakan sangat bugar untuk bisa menjalankan ibadah di Masjid Nabawi.
Ia sangat berterima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan berbagai fasilitas dan pelayanan prima kepada jemaah haji.
“Saya di sini sangat diperhatikan. Makanannya enak-enak. Tapi saya bawa beras dari Indramayu. Buat dimasak di sini,” katanya menunjukkan beras yang dikemas dalam botol plastik yang dibawa.
Di kamar ini, keceriaan para lansia begitu tampak saat para petugas kesehatan melakukan visitasi.
Uniknya, mereka tetap lebih menikmati duduk selonjoran di atas karpet tebal di ruamg tamu kamar sambil mengobrol, daripada duduk di kursi mewah yang ada di ruangan itu. (*)