KOTA BANDUNG,– Ketua KPSBU Dedi Setiadi menyampaikan, kerugian akibat PMK di sapi perah sangat memang dirasakan oleh para peternak.
Namun demikian, KPSBU Lembang terus melakukan berbagai langkah penanganan PMK seperti penerapan biosekuriti, pengobatan, pendampingan, penggunaan herbal, upaya pengetatan lalu lintas, pelarangan jual beli ternak sebelum adanya vaksinasi PMK dan vaksinasi, serta pemasangan eartag untuk pendataan.
“Kami berharap semangat para peternak akan kembali bangkit, terutama setelah memperoleh penggantian ternak dari pemerintah,” kata dia.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta masyarakat untuk tidak khawatir terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Sejauh ini, ia melanjutkan, 40 persen hewan ternak di Jabar yang terpapar PMK sudah dinyatakan sembuh. Dia berharap, dengan tingkat kesembuhan yang tinggi, penyebaran virus PMK bisa segera dikendalikan.
Sementara untuk sapi perah, total sapi perah di Jabar saat ini sebanyak 76.000 ekor. Menurut Kang Emil, infeksi PMK akan memengaruhi 80 persen suplai susu yang dibutuhkan masyarakat.
“Kalau ada satu sapi perah terkena PMK, produksinya bisa turun sampai 80 persen. Jadi sangat memengaruhi suplai susu di Jabar yang kita butuhkan sehari-hari,” ujar dia.
Kang Emil menjelaskan, pelaksanaan vaksinasi PMK pada hewan ternak di Jabar sudah dilakukan sebanyak tiga tahap yakni suntikan pertama, kedua, dan booster.
“Sama seperti vaksinasi COVID-19 suntikan pertama, kedua dan booster,” ucap Kang Emil.
Bagi hewan ternak yang sudah diperiksa sehat dan cukup umur, kata Kang Emil, akan diberikan sertifikat yang dipasangkan pada leher hewan. Hal itu menandakan bahwa hewan tersebut sehat dan siap untuk dikonsumsi.
“Semua yang sehat akan dikasih sertifikat yang bisa dicek menggunakan handphone. Jadi nanti di setiap kuping sapi sehat bisa di-scan barcode-nya, menandakan itu siap untuk dilakukan kegiatan khususnya untuk sapi potong,” tandasnya. (*)