Bagi para pecinta makanan pedas, hidup terasa kurang lengkap apabila menyantap lauk-pauk tanpa kehadiran cabai atau sambal untuk teman makan sampai keringat mengalir deras di dahi.
Capsaicin banyak terkandung dalam cabai merah, hijau, rawit, keriting, hingga jalapeño. Capsaicin merupakan senyawa komponen bioaktif yang memiliki banyak manfaat terhadap ketahanan tubuh terhadap infeksi. Capsaicin ketika dimanfaatkan sebagai pengobatan lokal bisa membantu meringankan rasa sakit. Mengonsumsi cabai juga bisa membantu meningkatkan performa sistem imun tubuh, dan juga dapat merangsang kerja ginjal, paru, dan jantung.
Apa saja sih, manfaatnya bagi kesehatan?
- Menurunkan berat badan
Dalam sebuah penelitian, sensasi panas dari capsaicin mendorong stimulasi lemak cokelat yang dapat mendorong kinerja metabolisme tubuh melonjak hingga lima persen. Peningkatan kerja metabolisme tubuh akan menjadikan pembakaran lemak yang lebih optimal, yaitu mencapai 16 persen. Artinya, kegiatan makan dengan sambal sama saja dengan membakar kalori.
Terdapat sebuah studi yang mengaitkan konsumsi cabai merah dalam kaplet dosis tinggi dengan penurunan nafsu makan dan peningkatan aktivitas pembakaran kalori. Studi tersebut berhasil menyimpulkan bahwa cabai dalam dosis tinggi maupun takaran normal dalam resep masakan biasa memberikan manfaat yang sama. Terlebih, mengonsumsi makanan pedas juga membantu menekan nafsu makan dan keinginan ngidam, serta menurunkan jumlah kalori yang Anda makan.
Meskipun begitu, saat diet jangan hanya makan pedas saja, tetapi juga dibarengi dengan olahraga teratur.
- Kesehatan jantung yang lebih baik
Capsaicin dalam cabai efektif menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam tubuh di mana kolestrol jahat dapat mengakibatkan stroke dan serangan jantung.
Vitamin A dan C yang terkandung dalam cabai memperkuat dinding otot jantung, dan sensasi hangat dari capsaicin dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh dan menyebabkan penurunan tekanan darah akibat pengaruh oksida nitrat dalam capsaicin terhadap pelebaran pembuluh darah. Terlebih, capsaicin juga bisa membantu mencegah pembekuan darah.
- Umur panjang
Dari hasil sebuah penelitian disimpulkan bahwa orang-orang yang makan makanan pedas hampir setiap hari memiliki 14% penurunan risiko kematian, dan mereka yang makan makanan pedas dua kali seminggu menurunkan risiko kematian hingga 10 persen, dibandingkan dengan orang-orang yang makan makanan pedas hanya satu kali seminggu.
Di antara partisipan perempuan, mereka yang suka makan makanan pedas dikaitkan dengan rendahnya kematian akibat kanker, juga penyakit jantung dan gangguan pernapasan.
- Mencegah kanker dan tumor
Capsaicin telah dibuktikan bisa mengaktifkan reseptor sel dalam lapisan dalam usus untuk menghasilkan reaksi yang bisa menurunkan risiko pertumbuhan tumor dengan mematikan reseptor yang over-reaktif.
Menurut American Association for Cancer Research, senyawa capsaicin pada kunyit memiliki kemampuan untuk mematikan beberapa jenis kanker dan sel leukemik. Peneliti juga menemukan bahwa capsaicin dapat membunuh 80 persen kanker prostat pada tikus tanpa membahayakan sel-sel normal di sekitarnya.
Capsaicin juga berkaitan dengan keefektivitasannya terhadap pengobatan kanker payudara, pankreas, dan kandung kemih, meskipun Anda mungkin harus mengonsumsi capsaicin dalam jumlah yang tidak masuk akan agar bisa berhasil. Misalnya, lima buah cabai habanero dalam seminggu.
Dikutip dari laman Klik Dokter, cabai juga mempunyai anti-peradangan. Cabai dinilai sangat ampuh untuk melindungi Anda dari borok atau ulkus dalam perut. Luka dalam perut yang diakibatkan oleh bakteri H.pylori penyebab pertumbuhan bisul. Capsaicin dapat membantu membunuh koloni bakteri tersebut. Sebuah studi menemukan bahwa orang-orang yang rutin mengonsumsi Chinese food, yang mengandung lebih sedikit konsentrasi capsaicin, memiliki tiga kali peluang lebih besar untuk mengembangkan borok dalam perut dibanding mereka yang mengonsumsi makanan pedas ala Melayu atau India yang memiliki konsentrat rempah dan capsaicin lebih tinggi.