Sejak zaman dahulu, dunia usaha sangat berperan aktif dalam mewarnai bidang ekononomi bahkan yang menjadi tombak utama dalam kemajuan serta perkembangan ekonomi. Sehingga banyak hal yang didapat dari hasilnya. Namun, meskipun sudah berjalan selama berabad-abad, kondisi ekonomi di Indonesia mengalami ketidakstabilan bahkan kemunduran yang sangat drastis seperti krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997-1998. Berbagai faktor eksternal yang menjadi pengaruh besar dalam kemunduran ekonomi baik itu dari banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan Indonesia, mau pun tidak tentu arah perubahan politik dan lain sebagainya. Akan tetapi, ada hal lain yang menjadi kemungkinan penyebab terjadinya penurunan ekonomi dari dulu bahkan hingga saat ini adalah kurangnya kecakapan para wirausahawan yang berkaitan erat dengan pengetahuan, tidak terarahnya keahlian para tenaga kerja sehingga berpengaruh terhadap produktifitas suatu lembaga kewirausahaan, serta lemahnya manajemen dalam pengelolaan suatu usaha. Sehingga hal yang telah diungkap demikian memiliki potensi yang sangat besar dalam surutnya perekonomian di Indonesia.
Meskipun demikian, para wirausahawan atau pengusaha rupanya belum sepenuhnya menyadari arti penting ketiga hal tersebut. Bahkan saat terjadi surutnya penghasilan, ketiga hal itu jarang menjadi bahan evaluasi serta tidak ditemukannya solusi demikian. Sehingga meskipun setelahnya usaha dapat kembali normal secara perlahan, tetapi sepertinya tidak akan berjalan maksimal. Dalam mencari berbagai pengetahuan, memaksimalkan keahilan, serta manajemen pengelolaan usaha, tentu harus melakukan hal yang sangat sederhana namun dampak yang sangat signifikan. Karena melihat para wirausahawan dari berbagai bidang yang ada di Indonesia khususnya di pedesaan, sangat terbatas oleh fasilitas yang tersedia juga modal untuk memaksimalkannya. Hal yang paling sederhana sebagai sumber pengetahuan adalah dengan membaca buku. Kegiatan membaca menurut Gorys, K dalam Kurniawan (2019) “membaca merupakan suatu proses yang mengandung komponen fisik dan mental. Sepanjang jalur tersebut, dapat diterjemahkan juga sebagai metodologi memberikan pentingnya gambar visual”. Membaca buku memiliki kaitan dengan jiwa pengusaha karena pengusaha yang baik adalah pengusaha yang menguasai berbagai hal dalam bidangnya. Dengan membaca buku, setiap pengusaha tentu akan mendapatkan pengetahuan serta wawasan baru yang selanjutnya diterapkan dalam menjalankan
usaha. Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan upaya memaksimalkan kewirausahaan Indonesia dengan perpustakaan.
Menurut Hendro (2011), Kewirausahaan adalah seseorang yang memiliki tekad untuk mengambil risiko yang diperlukan dalam pengelolaan keuangan mau pun nonkeuangan. Kewirausahaan ini tidak hanya meliputi bisnis atau jual-beli, namun juga sejumlah usaha atau mata pencaharian warga desa seperti bercocok tanam, pertanian, peternakan, dan juga pertambakan. Selain itu, warga desa pun sering melakukan perantauan untuk mencari pekerjaan setelah lulus dari jenjang pendidikan menengah atas (SMA) atau kejuruan (SMK). Banyak yang tersebar menjadi karyawan di suatu perusahaan, atau di lembaga kerja lainnya. Namun, tampaknya mereka belum begitu cakap dalam bidang yang diterimanya meskipun pihak perusahaan atau lembaga kerja tidak akan sembarangan dalam memilih tenaga kerja apalagi sudah dilakukan pelatihan untuk para karyawan baru sebelum beroperasipada pekerjaannya masing-masing.
Dalam hal ini, tentu harus dimaksimalkan, mengingat warga desa dengan bermata pencaharian yang telah disebutkan juga lulusan SMA atau SMK sederajat belum seutuhnya dibekali pengetahuan yang matang dalam bidangnya masing-masing. Terlebih lagi berdasarkan hasil wawancara warga desa pada umumnya dengan tingkat
pendidikan yang rendah serta kurangnya ketersediaan fasilitas, juga lulusan SMA atau SMK sederajat yang sebelumnya tidak mendalami bidangnya. Maka, sangat diperlukan pendalaman pengetahuan dalam bidang yang sedang dijalankan dengan membaca. Untuk memudahkan warga dalam meningkatkan pengetahuan dengan membaca, diperlukannya banyak sekali buku bacaan. Salah satu tempat yang memfasilitasi kegiatan membaca gratis yang disebut juga sebagai gedung buku adalah perpustakaan. Perpustakaan menurut Sulistyo, B (1991) adalah “sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual”. Perpustakaan saat ini tidak hanya terletak di perkotaan seperti Perpustakaan Nasional atau juga di setiap sekolah, tetapi perpustakaan telah tersebar di masing-masing daerah sebagai sarana penunjang pendidikan warga daerahnya. Di Jawa Barat, terdapat 18 Kabupaten dan 9 Kota yang tentu masing-masing tersebut memiliki
Perpustakaan Daerah. Terlebih lagi kini hadir Perpustakaan Keliling dan juga Taman Baca yang tersebar untuk semakin memudahkan dan meningkatkan kegiatan membaca sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak membaca. Hanya saja, koleksi buku memang perlu dilengkapi seperti berbagai macam buku pertanian, peternakan, pertambakan, juga dalam hal lain seperti manajemen pengelolaan usaha serta keahlian lain sehingga pengetahuan para wirausahawan dapat ditingkatkan yang kemudian dapat meningkatkan serta memaksimalkan kewirausahaan dengan baik yang akan berdampak pada peningkatan penghasilan, jumlah pelanggan, produktifitas, serta lainnya.
Perpustakaan pun baik yang menetap pada suatu gedung sekretariat mau pun perpustakaan yang beroperasi keliling terus memaksimalkan kontribusi dengan selalu memperbarui strategi yang diterapkan dengan inovasi-inovasi yang dapat menarik perhatian orang lain untuk membaca. Salah satunya dengan menerapkan program giat membaca dengan tema yang berbeda-beda secara berkala baik setiap seminggu sekali mau pun sebulan sekali. Bisa dengan program diskusi, bedah buku, sosialosasi, atau juga dapat dilakukan mengubah dekorasi agar suasana lebih membuat nyaman. Karena, tidak dapat dipungkiri, orang-orang tentu akan melakukan apa pun untuk yang mereka sukai atau pun untuk bidang yang mereka minati. Hal ini tentu tidak hanya dapat dilakukan di pedesaan tetapi juga berlaku bagi warga kota di seluruh Indonesia yang sudah kita ketahui jauh lebih berkembang pesat dengan mudah daripada di desa. Sehingga akan jauh lebih optimal dan menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang akan berdampak untuk pembaharuan Indonesia tidak hanya dalam wirausaha, namun juga dalam segala bidang.
Dengan kesimpulan, kewirausahaan dapat ditingkatkan dengan didasari upaya meningkatkan pengetahuan melalui kegiatan membaca yang difasilitasi oleh perpustakaan serta kesadaran para wirausahawan pun perlu ditingkatkan disertai sinergi dari perpustakaan yang berperan penting dalam minat baca.
Karya; Nida Sofiatul Mardiah
Daftar Pustaka
Gorys, K dalam Kurniawan (2019). Pengertian Membaca. Diambil dari
https://www.gurupendidikan.co.id/12-pengertian-membaca-menurut-para-ahlibeserta-manfaat-dan-jenisnya-lengkap/
Hendro (2011). dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta: PT. Penerbir Erlangga.
Sulistya, B (1991). Pengertian Perpustakaan. Diambil dari
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/08/pengertian-perpustakaanmenurut-para-ahli.htm