PORTALJABAR – Pada masa Orde Baru, kerap muncul ungkapan ‘Jika Soeharto berkehendak, siapa berani menolak?’. Hal itu sepertinya berlaku pula dalam regenerasi pimpinan TNI AD.
Ketika masa jabatan KSAD Jenderal TNI Poniman hendak berakhir, muncul perbincangan tentang siapa yang bakal menjadi penerus. Regenerasi itu rupanya didengar pula Ibu Negara Tien Soeharto.
Pada suatu malam, Prabowo Subianto (kini menteri pertahanan) makan bersama dengan Presiden Soeharto dan Ibu Tien. Hanya mereka bertiga.
“Tiba-tiba Ibu Tien bertanya kepada Pak Harto. ‘Pak apa benar KSAD mau diganti’,” kata Prabowo dalam buku biografinya berjudul ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto’, dikutip Minggu (1/8/2021).
Pak Harto mengiyakan pertanyaan tersebut. Dia juga memberitahukan, memang sudah saatnya Jenderal Poniman diganti (sesuai masa jabatan). Ibu Tien, kata Prabowo, lantas menimpali lagi.
“Itu lho Pak, sing apik iku Pangdam Bali Pak. Dading. Tinggi, gagah dan ganteng Pak. Cocok itu, sebaiknya dia yang jadi KSAD Pak,” kata Bu Tien, ditirukan Prabowo.
Dading yang dimaksud Bu Tien yakni Dading Kalbuadi. Jenderal kelahiran Cilacap itu kenyang pengalaman tempur.
Dading yang merupakan prajurit Baret Merah alias RPKAD (kini Kopassus) terlibat dalam operasi penumpasan DI/TII di Jawa Barat, PRRI/Permesta di Sumatera, G30 S/PKI di Jakarta. Dia juga sosok yang berjasa dalam Operasi Seroja di Timor Timur.
Prabowo menceritakan, Pak Harto meliriknya lantas tersenyum. Ketika itu dia pun mencoba menerka apa yang akan disampaikan lagi oleh mertuanya tersebut. Namun Pak Harto ternyata tidak berkomentar lagi.
Besok malamnya, kembali Prabowo makan malam bareng Pak Harto dan Ibu Tien lagi. Kali ini pun hanya mereka bertiga.
Prabowo menceritakan, Ibu Tien ternyata masih menanyakan hal sama.
“Pak, bagaimana KSAD-nya, apakah sudah ada keputusan?,” tanya Bu Tien.
“Masih digodok,” ucap Pak Harto.
“Jadi Dading Pak ya?” kata Bu Tien, lagi.
Menurut Prabowo, Pak Harto kembali menoleh padanya dan sedikit mesem (tersenyum). Sama seperti malam sebelumnya, mantan Pangkostrad itu juga tak berkomentar.
Pekan depannya, tersiar di surat kabar KSAD telah dipilih. Pemegang tongkat komando tertinggi AD itu ternyata Letjen TNI Rudini.
Pada suatu malam, kembali Prabowo makan malam bersama Pak Harto dan Ibu Tien. Saat itu, Bu Tien nggerundel (mengeluh) kepadanya. “Bapak (Soeharto) itu enggak mau dengar saran Ibu,” ucap Bu Tien.
Pak Harto, kata Prabowo, dengan kalem menanggapi. Menurutnya, memilih KSAD berarti menentukan pemimpin sehingga tidak dapat diukur dari sekadar kegantengan. Ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan.
“Karena jawabnya dengan tenang dan sejuk, walaupun Ibu masih terlihat belum sreg tapi menerima,” kata Prabowo.
Soal terpilihnya Rudini itu, mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jenderal TNI M Jusuf mengakui Soeharto yang menentukan.
Jusuf tadinya menginginkan yang menjabat KSAD yakni perwira lulusan Akademi Militer Yogyakarta. Ada banyak nama yang dinilai pantas untuk itu, antara lain Wiyogo Atmodarminto, Soesilo Sudarman dan Himawan Soetanto.
Tetapi karena Presiden Soeharto tidak setuju, maka yang ditunjuk justru perwira paling muda dari angkatan mereka tetapi yang dikirim belajar ke Akademi Militer Breda, Belanda, yakni Rudini.
Rudini pun kaget saat diberitahu bakal menjadi KSAD. Dia dipanggil menghadap ke kediaman Jusuf di Jalan Teuku Umar. Jusuf memberitahukan hal itu, singkat.
“Kamu nanti menggantikan Poniman sebagai KSAD. Pelantikan oleh Presiden akan dilakukan dua hari lagi di Istana Negara,” kata Jusuf dalam buku ‘Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit’ karya Atmadji Sumarkidjo, dikutip Minggu (1/8/2021).