PORTALJABAR, JAKARTA – Ganda putri Indonesia yang akan tampil di Olimpiade 2020 Tokyo pada 23 Juli – 8 Agustus 2021, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, bakal didampingi psikolog selama masa persiapan di Jakarta.
Kepala pelatih tim ganda putri Indonesia, Eng Hian, meminta kehadiran psikolog guna menguatkan mentalitas ganda putri nomor satu Indonesia yang bakal tampil di pesta olahraga dunia, khususnya Apriyani yang akan debut di Olimpiade.
“Saya juga meminta bantuan psikolog untuk membuat program serta mendampingi Greysia/Apriyani, agar kondisi mental mereka tetap bagus dan terjaga. Juga agar mereka selalu bisa mengikis ketegangan saat pertandingan di lapangan atau saat di luar lapangan,” kata Eng Hian, Selasa (8/6).
“Tegangnya bukan hanya di lapangan, tapi kadang sebelum tidur juga ada rasa tegang dan kalau tidak bisa mengatasinya bisa merugikan. Itu yang saya tidak mau terjadi pada mereka, terutama Apri yang baru kali ini turun di Olimpiade,” ujar pelatih yang biasa disapa Didi ini.
Sebagai satu-satunya wakil Indonesia di sektor ganda putri, Greysia/Apriyani diharapkan bisa menyumbang medali. Namun, pasangan ranking ke-6 BWF ini diharapkan tak terbebani dengan target yang diberikan pemerintah.
“Untuk sisi fisik mereka sudah siap, tetapi ini kan turnamen besar di olahraga, bukan hanya bulutangkis dan digelar pun hanya empat tahun sekali. Jadi saya menaruh perhatian lebih pada masalah nonteknisnya,” ujar Eng Hian.
Karenanya, Eng Hian akan berjuang keras membuat anak didiknya siap lahir dan batin. Sisi teknik terus dimatangkan dan sisi teknis diprogram dengan baik.
“[Tugas saya] bagaimana saya bisa menjaga mereka tidak berada di bawah tekanan atau terlalu berekspektasi tinggi. Saya buat serileks mungkin seperti turnamen biasa saja,” katanya.
Masalahnya Greysia/Apriyani tak akan tampil di ajang pemanasan sebelum ke Olimpiade karena pandemi Covid-19. Sejumlah agenda BWF pada 2021 terpaksa dibatalkan karena kasus Covid-19 tak kunjung mereda.
Ajang terakhir yang diikuti Greysia/Apriyani adalah dua ajang Thailand Terbuka pada Januari 2021. Sejatinya, pasangan yang disandingkan sejak Mei 2017 ini akan tampil di All England 2021, tetapi Indonesia batal tampil.
Menurut Eng Hian, hal ini pasti memberi pengaruh. Namun, PBSI tak ini jadi keluhan. Sebaliknya, PBSI bersama Eng Hian ini menjadikan waktu jeda tanpa kompetisi ini untuk mengasah teknik bermain sehingga bisa mengejutkan lawan.
“Pasti ada pengaruhnya pembatalan turnamen-turnamen itu, terutama untuk kondisi mentalnya. Sebagai atlet kan butuh suasana kompetisi untuk mencoba hasil latihan. Begitu juga pelatih, untuk bisa menilai hasil latihan ini efektif atau tidak,” ucap Eng Hian.
“Selain itu, kami akhirnya tidak bisa terlalu membaca kekuatan lawan. Tapi berdasarkan hasil turnamen sebelumnya, tanpa mengecilkan negara lain, saya masih melihat persaingan tetap akan dari Jepang, China, dan Korea,” tukasnya.
Sumber: CNN indonesia