CIMAHI,- Kali ini akan mengenalkan seorang figur muda – mudi yang sudah lelah untuk menanti, menantikan apa nih ?
Menantikan pasangan hidup ? Bisa jadi,tapi yang kali ini benar – benar ia nantikan ialah kehadiran wakil rakyat didaerahnya yang bisa serius untuk bekerja alias enggak cuma makan gaji buta.
Penantian itu terlahir dari sejuta mimpi tentang kota kelahirannya yaitu mimpi tentang sebuah kota yang bisa ramah pada muda-mudi, kota yang bisa memberikan value dan fasilitas pada muda-mudinya untuk terlihat lebih aktual dam hypenings, dan kota yang selalu diberitakan orang lain terkait karya-karya positifnya bukan negatifnya.
Kota Cimahi butuh yang segar-segar, bukan karena udaranya sudah panas, tapi sejuknya AC di ruang-ruang komisi dewan sudah tidak lagi mendinginkan panasnya perdebatan untuk membangun berbagai harapan.
Kini ruang ber-AC hanya me-ninabobokan mereka untuk hibernasi menunggu pemilihan umum berikutnya, lalu terbangun dan berlaga muda di depan anak muda terus berlaga agamis di depan orang-orang yang agak miss, dan membagikan jutaan uang pada orang-orang yang jualan suara.
Muda – mudi di atas kertas,
Kamu tau gak kenapa sekarang muda – mudi menjadi isu narasi politik seksi yang sering digaungkan oleh para praktisi politik ?
Bisa jadi itu semua disebabkan oleh besarnya tingkat pemilih muda – mudi di 2024 nanti.
Data KPU pada 11 Februari 2023 mencatat, jika total pemilih mula & muda berjumlah 117 juta pemilih.
Angka itu sama dengan 57,3 % atau setengahnya dari total keseluruhan pemilih.
Sehingga data itu bisa menjawab pertanyaan mengapa muda – mudi menjadi main issue untuk membangun citra khususnya di dunia politik.
But data hanya sebatas kata, jika itu semua hanya berhenti pada angka saja,pun banyak pemilih muda tanpa keberpihakannya pada anak muda juga hanya akan sia – sia.
Lalu usia hanyalah sebatas usia jika kebaruan dan perubahan tidak ada dalam kepalan tangan.
Muda-mudi gak selalu butuh diwakili oleh warga seusianya. Mengapa ? Karena sebagian anak muda suka juga kok sama yang tua – tua (canda ).
Karena bisa jadi bicara muda dan tidak, sama saja hanya membicarakan data yang ada dalam identitas Kartu Tanda Penduduk saja, yang artinya tidak esensial,
Lalu hal apa yang muda-mudi butuhkan agar mereka merasa terwakili ? Hmm sepertinya jika melihat dari postingan sosmednya muda – mudi butuh healing ( canda healing ) , muda – mudi butuh yang sefrekuensi, yang ngeh dengan kalcer-nya, yang selalu ada jika dibutuhkan, yang ga neko – neko dan juga bisa mengangapnya sebagai kawan.
Hak politik anak muda
Hak politik itu jika konteksnya adalah Pemilu ada hak untuk dipilih dan ada juga hak untuk memilih.
Bahasan sebelumnya adalah data – data yang membahas tentang hak anak muda untuk memilih, lalu apakah muda – mudi terlupakan dengan hak lainnya yaitu sebagai yang dipilih ? Hmm kira – kira enak dipilih atau memilih ya ?.
Kalau memilih tuh takut salah milih gak sih ? Takut nantinya udah serius memilih dan menyimpan harapan malah dikasih harapan kosong, sakit gak tuh kalau kejadiannya begitu, yang pasti sakit hati sih.
Bayangin aja udah spending time udah cinta terus akhirnya diharkosin, hmm amit – amit ya, tetapi karena hidup itu adalah wahana untuk memilih pada akhirnya kita harus bisa menjatuhkan pilihan.
Bicara memilih kalian golongan yang mana nih, memilih karena cinta atau memilih karena uang ? Tapi percaya deh sama muda-mudi, pasti yang muda-mudi cari adalah cinta, iya kan ?.
Nah muda-mudi sekalian ini dia salahsatu muda – mudi yang memilih menggunakan hak politiknya sebagai orang yang dipilih, mau tau siapa ?
Calon buat muda – mudi Cimahi.
Nih muda-mudi perkenalkan namanya Pranjani Harianto L. Radja lulusan Magister Hukum HAM & Good Governence Universitas Indonesia.
Ig-nya @pranjaniharianto , lahir di Cimahi tanggal 12 Juni 1996, so pasti zodiaknya Gemini.
Nah kata kuncinya ‘Gemini ‘ , tau kan Gemini tuh gimana ?
Iya Gemini itu Bung Karno ( 6 Juni ) sama Pak Jokowi ( 21 Juni ). Bicara nama-nama besar itu adalah bicara pemimpin sejati, yah itulah salahsatu ciri-ciri gemini mereka senang menganalisa hal-hal dan menemukan solusi.
Banyak dari mereka adalah sosok pemimpin.
Btw, obrolan kedainya Pranjani tuh bukan lagi “ Besok mau nongkrong dimana “ tapi “ Tahun depan mau nyalon dimana”. Positif banget ya. Jadi tahun depan doi berniat untuk nyalon alias jadi caleg di Kota Cimahi.
Hallo warga Cimahi mana “suaranya” , yaps doi adalah bacaleg dari Partainya Pak Jokowi yaitu PDI PERJUANGAN.
Inget Bukan PDI P tapi PDI Perjuangan, dengan bekal sebagai lulusan Magister Hukum HAM & Good Governence Universitas Indonesia dia gak mau jika ilmu dan pengalamannya hanya
berlabuh pada kertas saja, melainkan ingin juga bermanfaat di kehidupan sehari – hari terlebih untuk orang banyak.
Bukan Pemuda Kaleng – kaleng
Walau tergolong muda sudah banyak pengalaman yang Pranjani lalui, diantaranya dia adalah Ketua GAMKI Cimahi 2021 – 2024, terus terhitung hingga 2024 nanti dia masih menjabat sebagai Sekertaris SAPMA Pemuda Pancasila Kota Cimahi juga.
Tidak jarang juga secara professional dia dimintai pendapat hukumnya untuk beberapa perusahaan.
Yang uniknya lagi pemuda yang mempunyai hobi futsal ini juga mempunyai ketertarikan khusus di dunia Kuliner.
Pada 2019 ia membuka kedai kopi Bernama Pura Koffie dan sekarang ia juga menjadi bagian dari Sinopsis Space.
Menurutnya kedai kopi atau space adalah Hub yang bisa mengkoneksikan semua pasionnya, Pura Koffie & Sinopsis Space menjadi social lab bagi pranjani untuk lebih mengenal karakater muda-mudi zaman sekarang, mengenal preferensi mereka, mengenal apa yang bisa membuat mereka merasa ‘ Eksis ‘ dan ‘ Aktual ‘ , dan mengenal dimanakah tempat mereka bisa saling terhubung dengan satu dan lainnya.
Lalu Mengapa PDI Perjuangan ?
Alasan terkuat dia memilih PDI Perjuangan adalah kecintaan dia pada ideologi Bung Karno yang sudah tertanam sedari putih abu.
Menurutnya partai berlogo Banteng moncong putih itu adalah platform politik yang satu frekuensi denganya.
Dan rasa cinta itu semakin menggelora disaat banyaknya Miss Understanding muda-mudi di circlenya ( Bandung Raya ) terhadap PDI Perjuangan.
Apalagi banyak ditemui muda-mudi di circlenya begitu membabi buta membenci Ibu Megawati Soekarnoputri tanpa alasan yang jelas pasca pemilu 2019 silam.
Misi utamanya adalah menjadi seorang kader yang progresif dan juga menjadi Influencers untuk meluruskan pemikiran muda – mudi yang menjadi korban HOAX pasca pemilu 2019 silam. (*)