PORTALJABAR – Siapa sih yang bisa hidup tanpa nasi? di Indonesia, Nasi, masih menjadi makanan pokok favorit bagi orang Indonesia. Bahkan banyak orang yang berpendapat, “Belum makan kalau belum makan nasi!” Nasi memang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya makan kita.
Menariknya, menurut data Faostat, Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga di dunia dengan produksi mencapai 83 juta ton setelah Tiongkok yang berada pada posisi pertama dengan jumlah produksi lebih dari 214 juta ton, disusul India dengan lebih dari 172 juta ton.
Prestasi Indonesia dalam produksi beras pernah mencapai puncaknya pada tahun 1984, ketika negara ini mendapatkan julukan Swasembada Pangan, terutama dalam hal beras. Namun, di tengah tantangan pangan saat ini, Pemerintah Indonesia berinovasi dengan meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis.
Program Makan Bergizi Gratis : Upaya Mengatasi Masalah Gizi
Pemerintah mencanangkan program ini sebagai solusi untuk mengatasi masalah gizi di masyarakat, khususnya bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil. Program ini bertujuan untuk mengurangi angka malnutrisi dan stunting, meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan memberikan asupan gizi yang lebih baik, serta mendukung sektor pangan lokal dengan menggunakan bahan pangan dari petani lokal.
Program ini direncanakan akan menyasar 600.000 anak sekolah yang ada di 26 provinsi di seluruh Indonesia. Untuk merealisasikan program ini, Pemerintah telah menyediakan setidaknya 190 titik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Menurut Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, anggaran yang dialokasikan untuk program ini dapat mencapai Rp 420 triliun hingga Desember 2025. Bahkan, uji coba program ini telah dimulai sejak Agustus 2024 dan secara bertahap telah dilaksanakan mulai 6 Januari 2025.
Beras: Sumber Karbohidrat Utama dalam Program Ini.
Dalam menu makanan yang disediakan oleh program ini, beras tetap menjadi pilihan utama sebagai sumber karbohidrat. Hal ini wajar karena masyarakat Indonesia sangat bergantung pada nasi sebagai makanan pokok. Namun, ada implikasi penting yang perlu diperhatikan. Ketersediaan makan bergizi gratis bagi masyarakat rentan tentunya akan meningkatkan permintaan beras di pasar nasional.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Luas panen padi di Indonesia pada tahun 2024 sebesar 10,00 juta hektare yang mengalami penurunan sebesar 0,17 juta hektare jika dibandingkan luas panen padi pada tahun 2023 sebesar 10,20 juta hektare dan sebesar 255,79 ribu hektare jika dibandingkan luas panen padi pada tahun 2022 sebesar 10.45 hektare. Penurunan ini disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian yang semakin masif.
Akibat penurunan lahan panen padi tersebut, produksi beras pada tahun 2024 sebesar 30,34 juta ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 757,13 ribu ton atau 2.43% dibandingkan produksi beras di tahun 2023 dan mengalami sebesar 31,10 juta ton penurunan sebanyak 645.09 ribu ton atau 2.05% dibandingkan produksi beras di tahun 2022 sebesar 31.54 juta ton. Dengan adanya Program Makan Bergizi Gratis, lonjakan permintaan beras menjadi tantangan besar bagi Pemerintah.
Tantangan Stabilitas Pasokan Beras Nasional
Kenaikan permintaan beras ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Pemerintah. Agar tidak terjadi fluktuasi harga yang dapat mengganggu ketahanan pangan nasional, Pemerintah perlu memastikan bahwa pasokan beras tetap stabil.
Menurut catatan Bulog, sepanjang tahun 2024, Indonesia telah mengimpor hampir 3 juta ton beras dari berbagai negara. Impor tersebut dilakukan melalui proses tender untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Namun, jika lonjakan permintaan akibat program ini tidak diimbangi dengan kebijakan yang tepat, bukan tidak mungkin jumlah impor beras akan terus bertambah.
Strategi Pemerintah Menghadapi Lonjakan Permintaan
Untuk mengantisipasi potensi kelangkaan beras, Pemerintah harus mengimplementasikan beberapa strategi penting. Salah satunya adalah memperkuat Stok Cadangan Beras Nasional dengan memastikan ketersediaan cadangan beras yang mencukupi. Dengan cadangan yang kuat, Pemerintah dapat menjaga stabilitas harga di pasar.
Selain itu, diversifikasi pangan juga perlu didorong. Masyarakat harus diperkenalkan dengan sumber karbohidrat alternatif seperti jagung, ubi, dan singkong. Dengan adanya diversifikasi pangan, tekanan terhadap permintaan beras dapat berkurang, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.
Kolaborasi untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan
Setiap kebijakan pasti memiliki dampak positif maupun negatif. Oleh karena itu, Pemerintah pusat perlu melakukan koordinasi yang baik antara kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah agar Program Makan Bergizi Gratis dapat terealisasi dengan optimal. Stabilitas pasokan pangan nasional juga harus tetap terjaga untuk mencegah kelangkaan dan fluktuasi harga yang dapat memengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Dengan perencanaan yang matang dan implementasi yang tepat, Program Makan Bergizi Gratis dapat membawa manfaat besar bagi masyarakat Indonesia. Selain meningkatkan kualitas hidup masyarakat, program ini juga dapat memperkuat ketahanan pangan nasional dan mendorong diversifikasi pangan yang lebih luas di masa depan. (wins)