PORTAL JABAR,- Biro Kajian Aksi dan Propaganda BPO SENAT FPIPS UPI menyelenggarakan kegiatan diskusi publik mengenai pendidikan dengan tema “Kurikulum Merdeka Belajar: Akankah menjadi Solusi Bagi Pendidikan Indonesia?” Kegiatan tersebut diselenggarakan pada Sabtu (19/3/2022) secara daring.
“Diskusi Publik Pendidikan dengan mengangkat tema Kurikulum Merdeka Belajar ini adalah upaya kita sebagai mahasiswa untuk membangun nalar kritis dan ruang dialektis mengenai inovasi pembelajaran dalam dunia pendidikan di Indonesia” ucap Faadz Haqqi Al-Majhar selaku ketua pelaksana dalam laporannya. Selanjutnya, Muhammad Pebriansah selaku Ketua BPO SENAT FPIPS dalam sambutannya mengutip pernyataan Nelson Mandela “Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia, namun model pendidikan seperti apakah yang mampu untuk mengeksplorasi kemampuan dan sumber daya manusia di Indonesia ini lah yang masih terus kita cari dalam perjalanan panjang sejarah pendidikan kita” tambahnya.
Kegiatan ini mendapatkan antusiasme dari berbagai mahasiswa baik dari FPIPS maupun UPI secara luas. Dr. Siti Nurbayani K, S.Pd.,M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dalam sambutannya mengapresiasi berlangsungnya kegiatan Diskusi Publik dan berharap semakin banyak kegiatan seperti ini sebagai bentuk perhatian mahasiswa terhadap isu-isu pendidikan yang merupakan warna tersendiri di Universitas Pendidikan Indonesia.
Dalam kegiatan yang menghadirkan Prof. Dr. Didi Sukyadi, M.A. dan Dr. Ahmad Yani, M.Si. sebagai pemateri, sesi pematerian berlangsung dengan khidmat dan Dr. Ahmad Yani, M.Si. dalam pemateriannya menekankan bahwa adanya Kurikulum Merdeka Belajar ini merupakan sebuah solusi dan pembaharuan yang begitu penting untuk meningkatkan outcome pendidikan mahasiswa yang tidak lagi monodisipliner, namun diharapkan dengan adanya partisipasi dari mahasiswa yang mengikuti berbagai program yang disediakan dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini, mahasiswa mampu untuk beradaptasi dalam pendekatan transdisipliner.
Dalam sesi pematerian kedua yang disampaikan oleh Prof. Dr. Didi Sukyadi, M.A. Beliau menekankan pentingnya partisipasi mahasiswa dalam mendukung Kurikulum Merdeka Belajar ini serta kaitannya dengan Indikator Kerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi sebagai parameter keberhasilan Perguruan Tinggi dalam membina dan memberdayakan mahasiswanya. “IKU ini sendiri bukan hanya berfungsi untuk meningkatkan rangking dan kredibilitas kampus di taraf nasional, namun juga berpengaruh besar dalam menyiapkan mahasiswa dalam persaingan secara global dan meningkatkan kesejahteraan mahasiswa setelah lulus dari kampus” pungkasnya dalam sesi pematerian Diskusi Publik tersebut.
Sesi diskusi pun berlangsung secara hangat dan menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang begitu kritis dari mahasiswa, “Apakah IKU ini sendiri hanya dinilai dari nominal penghasilan lulusan sebagai parameter utama dari keberhasilan Perguruan Tinggi dalam membina mahasiswanya? Apakah ada indikator lain selain nominal penghasilan?” Begitulah pertanyaan salah seorang mahasiwa dalam sesi diskusi ini. “Tentu tidak, penghasilan hanya satu diantara beberapa indikator yang dinilai dalam IKU ini, selain itu kemampuan Perguruan Tinggi untuk menjalin hubungan dengan perusahaan dan univesitas luar negeri pun juga menjadi indikator yang penting dalam IKU” Pernyataan tersebut disampaikan oleh Dr. Ahmad Yani, M.Si sekaligus menutup sesi diskusi dalam kegiatan tersebut. “Saya begitu senang dengan kegiatan ini dan berharap mahasiswa terus memperbayak kegiatan semacam ini agar ada pemahaman yang baik dari kalangan mahasiswa dan pihak Perguruan Tinggi dalam pelaksanakan Kurikulum Merdeka Belajar” tandasnya.