PORTAL JABAR,- Perkembangan seksual yang pesat, merupakan salah satu ciri menonjol pada fase remaja. Kematangan fungsi reproduksi memicu peningkatan minat remaja terhadap informasi seksual (Tang dkk., 2020).
Remaja juga sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan (terutama perubahan dalam gaya hidup) akan direspon dengan cepat oleh remaja (Borjigen dkk., 2019). Dukungan teknologi informasi yang semakin canggih, membuat akses remaja terhadap tayangan pornografi, dan pergaulan bebas menjadi sulit dibendung.
Menangani siswa remaja menjadi tantangan tersendiri bagi para guru dan konselor di sekolah. Apalagi waktu yang dimiliki oleh para guru dan konselor untuk berinteraksi secara intensif dengan para siswa sangat terbatas.
Namun, untuk menghadapi situasi demikian, keluarga menjadi faktor terpenting untuk memberikan edukasi terhadap siswa atau pelajar.
Karena berdasarkan perkembangan sejarah pendidikan seks disebutkan ada tiga lembaga yang memiliki tanggung jawab dalam memberikan pendidikan seks yaitu: rumah (keluarga), institusi keagamaan, dan sekolah (Djamal, 2018). Kerjasama pihak sekolah dengan keluarga dalam memberikan edukasi seksual kepada siswa sesuai pula dengan misi awal diberikannya pendidikan seks.
Namun, masalah lain dalam edukasi seks keluarga terhadap anak adalah:
- Kebutuhan remaja terhadap informasi seksual yang tepat dan sesuai dengan usia perkembangannya belum terpenuhi dengan baik.
- Orang tua masih menganggap tabu untuk membicarakan seksualitas dengan remaja.
- Kurangnya pengetahuan serta keterampilan orang tua dalam memberikan pendidikan seks kepada remaja.
- Kondisi yang terjadi di sekolah pun sama, mayoritas sekolah belum memiliki program pendidikan seks secara khusus bagi para siswa.
Untuk mengatasi hal ini sekaligus, terdapat sebuah pendekatan yang dirancang oleh peneliti yaitu SBFC.
Pendekatan SBFC memposisikan orang tua, siswa dan sekolah ke dalam hubungan metamodel yang tidak terpisahkan. Terdapat empat strategi yang biasa digunakan dalam pendekatan SBFC
untuk membantu menyelesaikan masalah siswa.
- Preventif sekolah;
- Preventif keluarga;
- Kuratif sekolah
- Kuratif keluarga (Soriano, 2013).
Salah satu strategi ini yang dapat dikembangkan adalah preventif keluarga dengan rancangan parent education.
Maka dari itu, untuk menekan angka kenakalan remaja dalam hal seksualitas dan lainnya, perlu dilakukan edukasi dari keluarga, orang tua, serta melibatkan peran aktif dari pihak sekolah maupun masyarakat. Orang tua pun tentunya perlu belajar lebih banyak mengenai edukasi tersebut. Agar anak dapat mengaplikasikan upaya preventif tersebut dengan baik.
Referensi
Djamal, N. N., Rakhmat, C., Yusuf, S., & Rusmana, N. (2020). Parent Education tentang Pendidikan Seks bagi Remaja: Studi Pengembangan Model Konseling Keluarga Berbasis Sekolah. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 7(1), 129-140.