PORTALJABAR, MAJALENGKA – Gua biasanya berada di tebing atau hutan yang sulit dijangkau oleh masyarakat.
Namun, tidak demikian dengan Gua Jepang di Kabupaten Majalengka.
Pasalnya, gua yang dinamakan Gua Jepang atau bungker ini berada tak jauh dari pusat Kota Majalengka.
Gua ini tepatnya berada di bawah jembatan saluran irigasi Cibudug di Kelurahan Tonjong, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Gua ini dibangun oleh pemerintah Belanda untuk memata-matai warga Majalengka.
Namun, tentara Jepang menaikkan fungsinya kala mereka berkuasa di daerah berjuluk Kota Angin itu.
Itu sebabnya gua itu kemudian diakrabi sebagai Gua Jepang.
“Gua ini juga berada di kompleks Kodim 0617 Majalengka yang dulu merupakan komplek tangsi pasukan militer Belanda yang dikenal sebagai tentara Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda,” ujar Ketua Grup Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana, Rabu (11/8/2021).
Menurut Naro, sapaan akrabnya, kala itu pemberontakan dan pergerakan politik masyarakat Majalengka tengah ngetren.
Tak mengherankan bila kemudian pemerintah Belanda memperketat pengawasan terhadap pergerakan politik pribumi.
Akhirnya Belanda mendirikan tangsi militer itu pada 1923.
Bersamaan dengan itu, dibangun pula bungker tersebut yang bertujuan mengawasi aktivitas masyarakat Majalengka.
Bungker itu sendiri terdiri atas dua buah, yang masing-masing dilengkapi dua pintu.
Ukuran bungker sekitar 4×4 meter, tinggi 2 meter dengan sekat pemisah pada kedua pintunya.
Bungker itu tak kehilangan manfaatnya, ketika tentara Jepang menduduki Indonesia.
Jepang bahkan lebih intens memanfaatkan bungker tersebut.
Jepang pun membangun bungker baru, demi kepentingan Perang Asia Pasifik yang dihadapi saat itu.
Tidak hanya sebagai tempat mengawasi, bungker itu dimanfaatkan pula tentara Jepang untuk menyimpan senjata hingga menahan tawanan perang.
“Makanya bungker ini lebih dikenal dengan sebutan Gua Jepang,” ucapnya.
Baru pada era Revolusi Indonesia atau Perang Kemerdekaan Tahun 1945-1949, bungker ini dimanfaatkan para pejuang Indonesia sebagai kubu pertahanan melawan tentara NICA Belanda.
Pasukan Belanda pun sempat menyerang bungker tersebut setelah mengetahui pemanfaatannya sebagai pertahanan pejuang nasional.
Momen itu sendiri menjadi salah satu bukti perjuangan masyarakat Majalengka merebut kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan, bungker Gua Jepang sempat direnovasi dan ditambahi material batu untuk memperkuat fondasinya.
“Oleh karena itu (renovasi) jadi mengubah bentuk asli bungker,” jelas dia.
Saat ini, Gua Jepang dalam kondisi memprihatinkan.
Banyak tangan tak bertanggung jawab melakukan aksi vandalisme di bagian dalam goa.
Padahal, bungker Gua Jepang sejatinya sempat dijadikan tempat rekreasi dan sudah didaftarkan sebagai Cagar Budaya ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Insyaallah saya akan mendorong pemerintah untuk kembali digairahkan Gua Jepang ini, karena walau bagaimanapun, tempat ini merupakan sejarah dan harus dilestarikan,” katanya.