KOTA BANDUNG,- Bandung memiliki ikatan yang kuat dengan Bung Karno baik secara historis maupun ideologis.
Kota yang menjadi sejarah dalam perjalanan hidup dan idelogis Bung Karno sejak tahun 1921 sampai dengan 1933, sebelum akhirnya Bung Karno diasingkan ke Ende (Nusa Tenggara Timur).
Di Kota Bandung imajinasi dan kreativitas Bung Karno memuncak dalam pesfektif membangun narasi tentang pentingnya nasionalisme bagi bangsa Indonesia
“Di balik kesuksesan “Bung Besar”, ada perempuan hebat di belakangnya.Perempuan hebat itu adalah Inggit Garnasih. Seorang istri yang kebanyakan orang tidak mengetahui sosoknya, namun apa yang tidak dikenal itu justru sebagai salah satu orang yang berpengaruh besar dalam kehidupan Bung Karno,” kata Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, Abdy Yuhana saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Pengusulan Calon Pahlawan Nasional Inggit Ganarsih di Savoy Homan, Jumat 17 Februari 2023.
Abdy mengibaratkan perjuangan Ibu Inggit ibarat air yang mengalir berada di dalam akar sebuah pohon tidak tampak tapi nyata- dengan ketulusan hati hingga putra sang fajar tumbuh menjadi manusia hebat di Indonesia dan dunia
“Ibu Inggit Garnasih adalah pengobar semangat bagi Kusno (panggilan sayang Inggit pada Bung Karno) selama Bung Karno berjuang untuk kemerdekaan Indonesia,” ungkap Sekjen Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini.
Bung Karno menikahi Inggit pada tahun 1923 saat masih menempuh pendidikannya sebagai mahasiswa di Technische Hoogeschool te Bandoeng yang kini dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tak hanya memberikan dukungan secara moril bagi Bung Karno, Inggit juga yang mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari dengan berjualan jamu, rokok, bedak, dan bahan kecantikan yang dibuatnya sendiri, menjadi agen sabun cuci.
“Inggit juga merelakan rumahnya di Jalan Ciateul nomor 8 menjadi tempat bertemunya Bung Karno dengan kawan-kawan seperjuangannya berdiskusi untuk mencapai Indonesia Merdeka. Pemikiran, konsep, serta ide yang selalui didiskusikannya itu akhirnya melahirkan PNI pada 4 Juli 1927,” tuturnya.
Tidak hanya itu, Inggit juga selalu mendampingi Bung Karno saat berpidato ke berbagai tempat di daerah.
Inggit berperan sebagai penerjemah isi pidato Bung Karno sehingga apa yang disampaikan oleh Bung Karno dapat dimengerti oleh orang banyak, juga menerjemahkan berbagai pertanyaan dan komentar dari masyarakat kepada Bung Karno
“Kesetiaan Inggit bisa menjadi teladan bagi generasi muda sekarang. Mulai dari setia mendamping Sang Proklamator pada saat ditahan di Landraad Bandung atau Penjara Banceuy, menjalani pengasingan ke Ende di Flores, hingga diasingkan Belanda ke Bengkulu,” ujar Abdy.
Abdy mengatakan, setelah 20 tahun mengarungi bahtera pernikahan, diakui Bung Karno Inggit Garnasih adalah seorang istri, teman, dan ibu.
Hari ini, tanggal 17 Februari istri kedua Bung Karno tersebut akan merayakan hari kelahirannya ke-135.
Ia menambahkan penghormatan dan penghargaan terhadap setiap warga negara yang memajukan dan memperjuangkan pembangunan bangsa dan negara demi kejayaan dan tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945.
“Atas perjuangan dan pengorbanan Ibu Inggit Garnasih bersama Bung Karno dalam kemerdekaan Indonesia. Maka sangatlah tepat di tahun 2023 ini Ibu Inggit Garnasih mendapat Gelar Pahlawan Nasional,” pungkasnya.
Inggit Garnasih sebenarnya sudah diusulkan dua kali menjadi pahlawan nasional yaitu tahun 2008 dan tahun 2012.
Namun karena kekurangan pernyaratan akhirnya ditunda.
“Baru tahun ini kita akan usulkan lagi atas permintaan dari Ibu Megawati Soekarnoputri (Presiden RI ke-5) beberapa waktu lalu,” ungkap Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinsos Jabar Elis Kartini di Gedung Sate, kemarin. (*)