Mesat ngapung luhur jauh di awang-awang
Meberkeun jangjangna bangun taya karingrang
Sukuna ranggoas rejeung pamatukna ngeluk
Ngapak mega bari hiberna tarik nyuruwuk
Penggalan lirik diatas adalah tembang “Manuk Dadali” yang diciptakan almarhum R. Sambas Mangundikarta.
Hampir semua masyarakat Sunda hapal dengan lagu Manuk Dadali. Di balik lirik lagunya, ada semangat nasionalisme dan kebanggaan atas lambang negara.
Manuk Dadali diartikan sebagai Burung Garuda. Lirik lagunya menceritakan tentang bagaimana gagah perkasanya burung ini. Burung yang pemberani dan disegani oleh yang lain.
Digambarkan juga Manuk Dadali yang senang bersatu dan rukun juga tidak saling iri, hidup berdampingan penuh kasih sayang,”
“Dengan memahami makna lagu Manuk Dadali dari Jawa Barat tadi, masyarakat Indonesia diharapkan dapat menanamkan rasa nasionalisme dan patriotisme sebagaimana penggambaran sosok manuk dadali atau burung garuda,” kata Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat Bedi Budiman.
Bedi bertutur saat menggelar reses di sejumlah wilayah di Kabupaten Ciamis, ia mencoba mengingatkan kembali nilai-nilai patriotisme salah satunya dengan menyanyikan lagu Manuk Dadali.
“Alhamdulillah masih banyak peserta yang ingat tapi ada juga yang agak lupa. Jadi akhirnya kita menyanyi bersama untuk membangkitkan semangat kebangsaan melalui lagu daerah Sunda yang memiliki nafas nasionalisme seperti Manuk Dadali ini,” ungkapnya.
Selain Manuk Dadali, Bedi juga mengajak peserta reses untuk melantunkan kawih degung bertema perjuangan, Sabilulungan.
Kawih ciptaan Mang Koko ini memiliki pesan penting kepada masyarakat Sunda khususnya untuk menjaga persatuan dan kesatuan sebagai landasan kekuatan atau ketahanan.
“Kawih Sabilulungan menekankan agar “urang Sunda” memupuk rasa persaudaraan, gotong-royong, keselarasan, welas asih antar sesama.Sabilulungan juga mengingatkan agar sesama “urang Sunda” jangan berselisih, tidak mementingkan diri sendiri, dan peduli kepada yang lain,” tandasnya politisi PDI Perjuangan ini. (*)