KOTA BANDUNG, – Sambut Hari Kebangkitan Nasional, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengadakan Senam Sicita (Senam Indonesia Cinta Tanah Air) yang dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia pada Jumat (20/5).
Senam yang melibatkan ratusan ribu kader dan simpatisan serta warga masyarakat ini akan dicatat dalam Museum Rekor Indonesia sebagai senam terbanyak yang dilaksanakan secara serentak dengan metode hybrid di Tanah Air.
Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono menerangkan, Sicita merupakan sebuah gerak senam dan musik yang diciptakan oleh panitia HUT ke-49 PDI Perjuangan berkolaborasi dengan Universitas Negeri Jakarta awal Januari 2022, dan telah dicanangkan sebagai senam wajib oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Senam yang musiknya terdiri dari lagu-lagu daerah dan lagu kebangsaan ini juga telah divalidasi oleh Kementerian Pemuda dan Olah Raga sebagai sebuah senam, serta mendapatkan hak cipta dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
“Kita berharap senam ini menjadi kegiatan yang rutin dilakukan oleh seluruh kader PDI Perjuangan secara nasional maupun di Jawa Barat, karena olahraga dapat meningkatkan sportivitas, serta meningkatkan komitmen para kader PDI Perjuangan untuk benar-benar melakukan kerja-kerja politik termasuk kerja politik kerakyatan,” ujar Ono usai mengikuti pemecahan rekor muri senam Sicita di sekitar Gor C-Tra, Cikutra Kota Bandung.
Ono menyebut, peserta yang mengikuti acara hari ini sebanyak 600 orang yang berasal dari unsur DPD PDI Perjuangan Jabar. Selain itu, diungkap dirinya, seluruh DPC PDI Perjuangan yang ada di Jabar turut menyelenggarakan kegiatan serupa.
“Di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat juga mengadakan kegiatan yang sama dengan jumlah peserta minimal 200 orang,” sebut anggota Komisi IV DPR RI.
Hadir dalam kesempatan tersebut Bendaraha DPD PDI Perjuangan Ineu Purwadewi Sundari, Wakil Ketua Bidang Pemuda dan Olah Raga DPD PDI Perjuangan Jabar Junico BP Siahaan, Wakil Ketua Bidang Perempuan dan Anak Noor Rafiqa, anggota fraksi PDI Perjuangan Nia Purnakania dan Ijah Hartini. (*)