PORTAL JABAR,- Setiap keluarga tentu menginginkan keharmonisan dalam keluarganya. Tetapi, hal itu tidak bisa dicapai hanya dengan sekadar harapan, melainkan juga harus dengan implementasi dalam kehidupan kita. Maka dalam hal ini, kita harus memahami fungsi, peran dan tugas dari masing-masing personil dalam anggota keluarga. Jika kita dapat melakukannya, maka kita akan mampu untuk mencapai kepada keluarga berketahanan.
Keluarga berketahanan dapat menciptakan Indonesia beradab, baik dalam konteks ekonomi, sosial, psikologis dan lainnya. Knamun, untuk hal itu kita perlu mengetahui bagaimana implementasi keluarga, bagaimana keluarga menjalani tugas, apa fungsi dari masing-masing angggota keluarga dan lainnya. Hal yang paling mendasar adalah bagaimana fungsi tugas itu adalah relasi antara suami istri dalam memenuhi masing-masing peran. Karena pada faktanya, hari ini banyak sekali pertentangan yang terus menjadi perbincangan antara peran suami dan istri, ada ketidakadilan dalam konsep-konsep yang diterima oleh keluarga Indonesia mengenai fungsi dari masing-masing perannya.
Saat ini, kita mengenal dengan istilah Maskulinitas dan Feminnitas yang terus bersuara untuk saling dipenuhi haknya. Feminintas atau feminin berarti kewanitaan atau menunjukkan sifat perempuan (kelembutan, kesabaran, kebaikan, dan lain-lain). Sementara Maskulin artinya kelelakian menunjukkan sifat laki-laki (tegas, keras, kasar, pemberani, mandiri).
Akan tetapi dalam Agama Islam, Maskulinitas dan feminitas adalah disain sempurna dari Allah Yang Maha Kuasa. Bukan untuk dipertentangkan, merupakan satu kesatuan, saling melengkapi, saling menguatkan. Pada keduanya ada kemuliaan yang bisa saling dilengkapi apabila keduanya mampu mengambil peran yang tepat sesuai dengan tempatnya.
Profesor dari Jepang menggali konsep kemudian menerapkannya dalam Islam, menggali ayat suci dan buku dari filsuf muslim kemudian menerapkan fungsi dan peran gender dalam harmonisasi keluarga. Ia mengatakan bahwa masing-masing harus saling mampu mengoptimalkan.
Sementara itu, sebetulnya antara maskulinitas dan feminintas terdapat dalam setiap diri baik pria mau pun wanita. Kita sama-sama memilikinya, akan tetapi bisa dibedakan dengan mana yang paling dominan. Dan juga, kita harus mampu bijak mengendalikannya dalam satu diri dengan proporsi yang dikehendaki. Seperti dalam konflik pertengkaran hubungan suami istri, di saat seorang istri lebih mengeluarkan sisi maskulinitasnya, maka suami harus mampu menyeimbangkannya dengan mengeluarkan sisi feminintasnya.
Berbagi peran dan fungsi adalah sebuah hal yang alami dalam sebuah sistem untuk menjalankan tugas yang beragam. Kualitas feminintas dan maskulinitas berbeda porsinya, di antaranya:
Feminintas | Maskulinitas |
· Kelembutan
· Kehangatan · Kehalusan · Kedekatan · Keramahan · Kesabaran · Mengasihani · Menyayangi · Merawat · Peduli |
· Keperkasaan
· Kekuatan · Kekuasaan · Ketegasan · Kedisiplinan · Ketegaran · Kemandirian · Kompetisi · Dominasi
|
Jika dibahas secara fungsi fisik, pada Corpus Collosum yang merupakan jembatan serabut saraf yang ,enghubungkan belahan otak kiri dan kanan, dijelaskan bahwa Corpus Collosum perempuan lebih tebal dan dapat menggunakan otak kanan dan kiri secara bersamaan.otak perempuan juga lebih aktif karena jembatan otak lebih tebal, pemikiran bisa menyebrang lebih banyak. Namun, hal ini dapat menyebabkan perempuan lebih sulit menavigasi bagian tubuh kanan dan kiri dengan baik jika tidak bisa menyeimbangkan dan juga memfungsikan sesuai dengan tempatnya.
Sementara pada laki-laki, 30% lebih tipis dari perempuan yang dapat membuat laki-laki lebih mudah untuk berkonsentrasi, itu mengapa laki-laki akan menurun pendengarannya apabila sedang fokus dan berkonsentrasi, berbicara lebih sedikit, mengeluarkan 7000 kata/ hari. Berbede dengan perempuan mengeluarkan kata 20.000 kata/ hari. Fokus retina yang sempit, sulit menatap saat berbicara, sulit multitasking daibandingkan dengan perempuan.
Selanjutnya pada Hippotalamus, laki-laki lebih besar ukurannya 2,5 kali di banding perempuan, berfungsi mengatur berbagai fungsi fisiologis tubuh seperti lapar, emosi, gairah seksual, membuat laki-laki mampu bekerja lebih, membuat rasa ingin melindungi lebih besar juga.
Keluarga memiliki tugas dalam menjaga kelangsungan dan keberlanjutan kehidupan. Di antaranya:
- Pemenuhan dan pemeliharaan kebutuhan fisik
- Alokasi sumber daya
- Pembagian tugas
- Sosialisasi anggota keluarga
- Reproduksi, penambahan, pelepasan anggota keluarga
- Pemeliharaan tata tertib
- Penempatan anggota di masyarakat luas
- Pemeliharaan moral dan motivasi
Agar mampu mendidik anak dengan baik, maka Ibu dan Ayah perlu mengawal ketuntasan proses panjang keberlanjutan pemahaman anak. Mulai dari membantunya untuk mengetahui sesuatu, berlanjut pada menyadari sesuatu, memahami hingga mampu melakukan, sehingga pada akhirnya anak mampu mencintai sesuatu yang diajarkan padanya.
Dalam hubungan keluarga, tentu akan sangat banyak pertentangan di dalamnya. Elemen konflik tersebut menurut Wilmot dan Hocker (2001), di antaranya:
- Pertentangan yang diungkapkan/ diekspresikan
- Saling ketergantungan
- Ketidak sesuaian/ ketidak cocokan tujuan
- Sumber daya langka yang dirasa
- Campur tangan atau perintangan
Akan tetapi, hal tersebut dapat dicegah dengan cara mengotimalisasi dan mengharmonisasikan kualitas Feminin dan Maskulin. Di antaranya:
- Satu kesatuan untuk ssaling melengkapi, menutupi kekurangan, melejitkan kelebihan.
- Kesalingan yang mendekatkan, mencairkan, memudahkan, meringankan, pengakuan dan penerimaan perbedaan untuk saling memposisikan diri dengan berbagai fungsi tugas yang menuju tujuan bersama.
- Dibutuhkan kelengkapan dari sepasang suami istri yang berkomitmen.
- Membangun satu kehidupan bersama, perjalanan bersama, mencapai ridho-Nya.
- Bukan dengan penyadaran yang menekankan pemenuhan hak individu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Feminintas dan Maskulinitas yang beredar untuk dipertentangkan tidaklah tepat. Akan tetapi dalam kebertahanan keluarga, hal tersebut dapat memiliki fungsi dan peran penting yang harus dipahami oleh masing-masing anggota keluarga untuk mencapai harmonisasi dalam kehidupan berkeluarga (nida).
sumber: Webinar dari Prof. Dr. Ir. Euis Suharti, M.Si