PORTAL JABAR,- Fenomena mengenai gangguan kesehatan mental pada remaja sudah tidak asing didengar. Menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) (2022), menunjukkan bahwa dalam 12 bulan terakhir satu dari tiga remaja (34.9%), yang setara dengan 15.5 juta remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Sementara satu dari dua puluh remaja (5.5%), setara dengan 2.45 juta remaja Indonesia memiliki masalah gangguan mental.
Menurut dari berbagai penelitian usia kritis remaja 10-19 tahun atau dewasa muda rentan sekali mengalami gangguan kesehatan mental, seperti gangguan cemas, gangguan depresi, gangguan stress pasca-trauma, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Gangguan mental seperti itu memunculkan pikiran-pikiran negatif seperti merasa takut, cemasa, khawatir akan masa depannya dan merasa tidak dapat menerima keadaannya. Sayangnya masyarakat saat ini masih banyak yang mengabaikan atau tidak peduli terhadap gangguan kesehatan mental. Karena banyak orang yang takut terhadap stigma masyarakat terhadap orang yang menderita gangguan mental. Sehingga kebanyakan dari mereka memilih tidak terlalu membesarkan masalah kesehatan mentalnya. Bahkan hanya sedikit remaja yang mencari bantuan dari orang profesional untuk masalah kesehatan mental. Untungnya dalam psikologi positif terdapat kekuatan karakter (character strengths) dan kebajikan (virtues) milik Peteson & Seligman yaitu Hope dan Gratitude yang mampu menjadi motivasi dan pendorong semangat bagi seseorang untuk memiliki mental yang sehat.
Hope
Hope yang kerap kali kita dengar dengan kata “harapan” merupakan sesuatu yang berperan penting dalam hidup manusia. Memberikan manusia kekuatan dan dorongan untuk tetap menjalani hidupnya dalam segala kondisi apapun. Menurut Synder (2002) menyatakan harapan adalah cara berpikir dengan perasaan untuk menghasilkan suatu tujuan yang diharapkan, disertai dengan motivasi untuk mencapainya. Menurut Synder, Irving dan Anderson (1991) menyatakan bahwa harapan yaitu suatu kondisi dorongan positif yang berdasarkan pada hubungan antara goal (tujuan), agency (motivasi yang mengarahkan pada suatu tujuan) dan pathway (strategi untuk mencapai tujuan tersebut).
Gratitude
Gratitude atau syukur merupakan salah satu aspek emosi positif yang ada pada diri manusia. Syukur kerap kali dikaitkan dengan bentuk rasa terimakasih seseorang atas setiap pelajaran hidup yang diterimanya, baik antara dirinya dengan orang lain atau dengan Tuhan. Syukur ini berhubungan dengan harapan kognitif, ketika seseorang mengusahakan sesuatu untuk masa depannya agar mencapai perubahan melalui energi kognitif maka akan tetap terdorong dan menemukan arah lain untuk mencapai tujuannya.
Lantas bagaimana harapan dan kebersyukuran tersebut berperan dalam kesehatan mental? Cara apa yang bisa dilakukan melalui charcter strength & virtues tersebut untuk mencapai mental yang sehat?
Mental yang Sehat Lahir dari Pikiran yang Positif
Dalam gempuran fenomena mental health issue ini harapan dan syukur yang merupakan aspek dari emosi positif, berkaitan juga dengan aspek kognitif atau pikiran, bisa diterapkan untuk menjadi salah satu dorongan bagi individu agar terhindar dari gangguan-gangguan kesehatan mental. Dengan membuat atau menentukan tujuan hidupnya, menentukan motivasi yang dapat mengarahkan pada tujuannya agar sehat mentalnya dan membuat langkah-langkah agar tidak mengalami gangguan kesehatan mental.
Berdasakan riset, orang-orang yang penuh harapan dan bersyukur akan mampu menikmati proses hidupnya, baik melalui menghargai masa lalu yang positif atau mengejar tujuan masa depan yang bermakna. Ketika mendapatkan suatu masalah maka individu tersebut harus belajar untuk berpikiran positif dengan menghargai apa yang sudah terjadinya di masa lalu dan membuat rencana untuk masa depannya. Tidak perlu fokus pada ketakutan di masa lalunya dan khawatir akan masa depannya, karena orang yang dapat bersyukur akan mampu menerima hal baik atau buruk yang terjadinya dan mempersiapkan serta membentuk harapan baru untuk mencapai tujuannya. Sehingga mental seseorang tidak akan rentan terkena gangguan-gangguan mental karena melibatkan kekuatan karakter dan kebajikan yaitu hope dan gratitude.
PENULIS: Ummu Azmi Aminul Mukminin
Referensi :
- C. R. Snyder. (2009). Hope Theory: Rainbows in the Mind. Psychological Inquiry, 13(4), 249–275. http://www.jstor.org/stable/1448867?origin=JSTOR-pdf
- gloriabarus. (2022). Hasil Survei I-NAMHS: Satu dari Tiga Remaja Indonesia Memiliki Masalah Kesehatan Mental. Universitas Gadjah Mada. https://ugm.ac.id/id/berita/23086-hasil-survei-i-namhs-satu-dari-tiga-remaja-indonesia-memiliki-masalah-kesehatan-mental/#:~:text=Indonesia National Adolescent Mental Health Survey %28I-NAMHS%29%2C survei,Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.
- Nu’man, T. M. (2021). MENYEMAI HARAPAN (HOPE) DAN KESEHATAN MENTAL DI MASA PANDEMI. Blog-Lates News (Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya). https://fpscs.uii.ac.id/blog/2021/07/05/menyemai-harapan-hope-dan-kesehatan-mental-di-masa-pandemi/
- Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Character strengths and virtues: a handbook and classification.
- Witvliet, C. van O., Richie, F. J., Root Luna, L. M., & Van Tongeren, D. R. (2019). Gratitude predicts hope and happiness: A two-study assessment of traits and states. Journal of Positive Psychology, 14(3), 271–282. https://doi.org/10.1080/17439760.2018.1424924