PORTAL JABAR,- Manusia dengan segala hiruk-pikuk tubuhnya berjalan menembus banyak realita. Kadang kali kita lupa mengingat banyak hal bahagia dan buruk sekalipun muncul dalam momen kehidupan secara sengaja maupun tidak. Kekuatan kita melawan berbagai macam atmosfer kehidupan tidak pernah terasah dengan berbagai macam bentuk selama kita masih terpenjara dalam diri untuk tidak mengalir ketika melakukan banyaknya aktivitas. Seseorang yang mengalir atau bisa disebut flow menurut Mihalyi Csikszentmihalyi cenderung untuk merasa hanyut dan tidak peduli pada sesuatu yang diluar zona. Pengalaman ini begitu menyenangkan sehingga seseorang akan mengeluarkan biaya bahkan dengan jumlah yang besar.
Flow merupakan sebuah cara untuk gambarkan pikiran seseorang dengan harmonis, mereka mengejar apapun yang sedang mereka lakukan untuk dirinya sendiri, dalam kemungkinan lain Flow dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada seseorang melalui keterampilan yang dikembangkannya. Dengan demikian, flow akan memberikan kenikmatan untuk siapapun yang merasakannya, melalui konsentrasi yang tinggi, serta tujuan yang konkrit, akan memberi peluang bagi siapapun untuk mencoba.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Csikszentmihalyi (1975/2000) menyelidiki sifat dan kondisi kenikmatan dengan mewawancarai pemain catur, pemanjat tebing, para penari yang menekankan kenikmatan sebagai alasan utama untuk mengejar suatu aktivitas. Mereka membentuk gambaran karakteristik umum dari pengalaman optimal serta kondisi dekatnya dengan menemukan bahwa fenomenologi yang dilaporkan sangat serupa dalam kondisi bermain ataupun bekerja. Kondisi-kondisi flow tersebut meliputi:
- Besar-kecilnya tantangan yang dirasakan, atau kemungkinan peluang untuk bertindak, yang proporsional (tidak berlebihan dan kurang) dengan keterampilan yang ada, serta perasaan bahwa ketika individu terlibat maka tantangan ada pada tingkat yang sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.
- Tujuan yang jelas dan umpan balik langsung tentang kemajuan yang sedang dibuat oleh individu tersebut.
Dengan mengabaikan kemungkinan buruk diluar eksistensi kita, menyebabkan kita tenggelam pada kegiatan kita untuk senantiasa terus melakukan hal yang kita suka tanpa harus meributkan hal yang berakhir demikian. Adanya flow memberikan kekuatan untuk terus bertumbuh-kembangnya konsentrasi individu untuk tidak terdistraksi atas sesuatu yang diluar kendalinya. Seperti layaknya pelukis di dalam sebuah tempat, ia akan berenang dalam konsentrasi yang tinggi, memutar jemarinya dengan lihai, serta corak warna yang sepadan membuat dirinya melekat pada apa yang dikerjakan. Gangguan menjadi sesuatu yang ia tidak pernah anggap kehadirannya, serta berfokus pada tujuan yang ia miliki.
Bisakah kita mencapai flow?
Dalam hal ini, penulis tertarik mengembangkan bagaimana pada dasarnya flow akan menjadi setitik kecil pertumbuhan manusia dengan segala macam aspek kehidupan, berpikir, berjalan, menulis, menggambar, serta segala macam kebutuhan untuk melakukan ina-inu pada keseharian semestinya. Kognisi yang kuat akan memberikan dampak yang kuat dalam manajemen diri dan menjadi bagian komposisi berkehidupan. Perlu kita sadari bahwa tidak semua yang kita cintai dasarnya bisa kita penuhi dengan antusiasme yang penuh. Namun, kondisi ini bukan berarti menyatakan bahwa tidak adanya flow, kaitan penuh antara pekerjaan juga dengan motivasi terjadi dalam terbentuknya flow, tapi kita tidak melihat itu sebagai sesuatu yang konkrit melainkan semua tergantung pada bagaimana pentingnya hal tersebut. Flow juga akan beriringan dengan besarnya kepentingan serta tantangan yang menyertai hal tersebut.
Dalam teori flow terdapat salah satu aspek yaitu autotelic. Autotelic adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang didorong secara internal dan memiliki tujuan dalam diri mereka sendiri. Mereka termotivasi oleh rasa ingin tahu yang kuat, niat dan keingintahuan yang tinggi (M. Biasutti, 2011), dengan menyebutkan bahwa sesuatu akan berbeda tergantung pada bagaimana konsekuensi tersebut. Contohnya adalah ketika bagaimana seorang guru mengajar untuk memenuhi kewajibannya bukanlah autotelic, sedangkan mengajar dengan dipenuhi rasa antusias karena senang untuk berinteraksi adalah sebuah autotelic. Kedua situasi ini terlihat identik; yang berbeda adalah pengalaman autotelic tersebut.
Keadaan ini memberikan setiap orang sensasi dengan kualitas yang berbeda-beda, membentuk semacam ruang pribadi untuk terus mengalir dalam satu kegiatan yang disenangi, hal umum ini terjadi ketika berolahraga, dalam seni, bahkan hobi.
Proses terjadinya Flow
Melalui proses flow akan membentuk karakteristik khusus, yaitu terpusatnya atensi, bersatunya tindakan dan kesadaran, ada rasa kebebasan, memudarnya self conciousness pada seseorang, ketika seseorang telah memaksimalkan proses terjadinya maka akan menimbulkan dirinya terfokus pada menuju terbentuknya flow. Ketika seseorang tenggelam dan hanyut dalam kegiatannya maka ia tidak peduli dengan dimensi waktu dan tetap melakukan aktifitas tersebut dengan perasaan yang tidak sadar, karena merasa itu hanya terjadi sebentar saja. Dalam keadaan ini waktu bukanlah lagi sesuatu yang menakutkan, sesuatu yang mesti terus dilihat karena kenyamanan yang telah menjadi bagian dalam dirinya.
Membangun flow tentu tidak semudah pada apa yang kita baca saja, melainkan harus diiringi dengan konsistensi dan latihan yang maksimal agar terbentuk dengan luar biasa. Begitu terlaksananya kiat-kiat tadi semoga dapat membentuk harmoni hidup yang indah, dan selaras serta tidak mudah terpecah belah dengan kekuatan pada diri individu. Ayo, tunggu apalagi?
Penulis: Rifqy Ahmad Fadhli – 1216000175
REFERENSI
- Biasutti, m. (2011). Flow and Optimal Experience. Padova, Italy: Elsevier, inc.
- Csikszentmihalyi, M. (2021). “Flow”.
- https://experience.dropbox.com/id-id/resources/flow-state#:~:text=Kondisi%20flow%20adalah%20sebuah%20kondisi,proses%20tersebut%20memuaskan%20dan%20menyenangkan.