PORTAL JABAR,- Banyak istilah yang dibuat untuk menyatakan kehidupan seseorang atau situasi dalam hidup yang mereka jalani, “life has it’s ups and downs” “life is a rotating wheel” atau bahkan “life is never flat” yang dimana kata-kata tersebut memiliki inti makna yang sama yaitu “kehidupan memiliki momen yang baik maupun buruk didalamnya”. momen-momen yang baik dan buruk dalam kehidupan seseorang tentu akan menghasilkan sebuah impact dalam pemikiran dan bahkan kehidupan mereka kedepannya, di mana biasanya orang yang mengalami momen atau peristiwa tersebut akan memiliki respon yang sesuai dengan momen atau peristiwa yang dialami.
sebagai contoh: anda baru saja memenangkan sebuah pertandingan sepak bola dengan tim anda, tentu mengetahui bahwa semua kerja keras anda seperti berlatih dan berunding dengan tim anda menghasilkan sebuah kesuksesan yang anda harapkan dalam kata lain mencapai goal anda, tentu akan membuat anda merasa senang, lega, dan juga bersyukur kepada rekan-rekan tim dan semua hal yang anda lakukan untuk mencapainya; Atau Ketika anda berhasil memasuki perguruan tinggi yang anda targetkan, ada banyak contoh untuk menunjukan momen-momen atau peristiwa yang berarti kepada hidup anda yang dapat membuat anda merasakan emosi, dan bahkan menciptakan pandangan hidup yang bersifat positif.
Namun semua peristiwa yang saya sebutkan di atas merupakan peristiwa yang positif dan alhasil membuat respon atau reaksi positif dari yang merasakan peristiwa tersebut, bagaimana dengan peristiwa yang berdampak negatif? Sesuai dengan yang dinyatakan pada paragraf sebelumnya: “kehidupan memiliki momen yang baik maupun buruk di dalamnya” yang dimana semua momen atau peristiwa tersebut memiliki impact, dari hal ini impact apa yang dapat dihasilkan dari momen-momen atau peristiwa berdampak negatif?
Dampak atau impact yang dihasilkan dari peristiwa yang buruk beragam dan cenderung terhubung dengan peristiwa yang dialami, dalam artikel ini saya akan memberikan contoh yang berhubungan dengan love atau cinta, contoh yang paling umum adalah: berakhirnya sebuah hubungan dengan orang yang kita cintai, dimana kita sering merasakan rasa sedih yang dalam beberapa kasus drastis dapat mengubah perilaku kita, bahkan hingga mengakibatkan adanya perubahan secara fisik yang dikarenakan oleh rasa sedih tersebut.
Rasa cinta yang kita rasakan kepada orang yang kita cintai pun tidak semuanya sama sehingga dapat menghasilkan dampak tersebut, dikarenakan cinta dapat dibagi menjadi 3 aspek utama yaitu: intimacy, passion, dan comitment. Setiap aspek dari cinta ini dapat menyatu dan menghasilkan cinta yang bisa kita anggap sempurna dengan nama consumate love. Tetapi apa yang terjadi sebuah cinta di mana hanya dua dari tiga aspek dari segitiga cinta yang ada? Tergantung dengan kombinasinya kalian bisa mendapatkan beberapa variasi: ketika intimacy bertemu passion maka terciptalah apa yang disebut romantic love dimana cinta ini penuh dengan romansa tetapi tidak dengan komitmennya yang berarti variasi cinta ini biasanya berdurasi pendek; lalu jika intimacy bertemu dengan commitment maka terciptalah empty love di mana pada awalnya cinta yang dirasakan sangatlah kuat, tetapi dikarenakan tidak adanya passion dan hanya ada commitment pada cinta tersebut, rasa cinta tersebutpun dapat pudar dan orang-orang yang berhubungan dengan komitmen kosong; lalu jika menggabungkan passion dengan commitment maka terciptalah cinta yang bernama fatious love di mana cinta tersebut bisa berasa seru dikarenakan adanya dorongan besar dari terutama dari aspek passion dan dengan adanya commitment kita akan sangat terfokus pada orang tersebut, tetapi variasi cinta ini sebenarnya variasi cinta yang dapat disimpulkan dengan satu kata yaitu “berantakan” mengapa? Dengan tidak adanya intimacy yang mengstabilkan hubungan antara dua orang tersebut variasi cinta ini cenderung berantakan dan juga bermasalah.
Mau variasi cinta manapun yang orang rasakan, mayoritas orang yang merasakan cinta akan merasa sedih ketika mereka menyadari bahwa cinta yang mereka rasakan sudah tiada. Lalu orang itu akan merasakan kesedihan yang dapat mancangkup rasa keputusasaan atau despair, dimana kita dapat merasakan rasa duka, kecewa, dan berasa bahwa kita telah gagal atau menggagalkan seseorang, rasa-rasa negatif ini dapat mengakibatkan stress pada pemikiran mereka, sehingga mereka dapat menyebabkan perilaku yang berbeda, beberapanya yang paling sering terlihat adalah: hilangnya motivasi, tidak ingin bertemu atau bersosial dengan orang-orang disekitarnya, dan rasa takut untuk berhubungan dengan orang lain.
Namun dikarenakan manusia pada intinya adalah mahkluk yang sosial, dalam despair tersebut dapat tumbuh sebuah bibit harapan atau hope. Harapan untuk bertemu seseorang lagi, harapan untuk mulai mempercayai lagi, harapan untuk menjadi lebih baik. Dari harapan tersebut tumbuh dari keinginan kita untuk menggapai sesuatu, dari harapan menjadi motivasi, lalu determinasi, sehingga kita menggapainya, di mana kita dapat merasakan rasa senang dan kebanggaan yang kita rasakan ketika mencapai sebuah prestasi. Lalu dalam cinta kita juga bisa mendapatkan harapan, seperti partner kita dapat membantu kita menjadi orang yang lebih baik dan sebaliknya alhasil kita mempunyai harapan untuk terus melakukannya.
Love dan hope memiliki peran yang penting dalam hidup manusia yang tidak tentu arahnya, salah satu impact yang mereka miliki ialah impact yang membuat kita memiliki harapan untuk terus menjadi seseorang yang lebih baik.
Penulis: Harry Firdaus (1216000081)
Referensi:
- Sternberg, R. J. (1986) A triangular theory of love. Psychological Review, 93,119-135.
- Shade, Patrick (2001) Habits of Hope: A Pragmatic Theory (Vanderbilt Library of American Philosophy).
- Snyder & Lopez (2002) Handbook of Positive Psychology.