PORTAL JABAR,- Memafkan bukan hanya sekedar mengucapkan kata “maaf“ saja. Tetapi sebenarnya proses memaafkan itu adalah sebuah perjalanan emosional yang mendalam dan bagaimana proses penerimaan terhadap apa yang sedang terjadi. Ketika kita berdamai dengan keadaan, kita akan menyadari bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan, dan akan ada banyak hal yang tidak terduga dapat mengubah jalannya kehidupan kita.
Memaafkan adalah proses yang membutuhkan suatu keberanian dan ketabahan. Dan bukan hal yang mudah untuk melupakan kesalahan atau luka yang kita dapat dari hal itu. Namun dengan memaafkan, kita dapat memberikan kesempatan pada diri kita sendiri untuk melepaskan beban emosional yang merugikan kita.
Memaafkan juga bukan berarti kita membenarkan tindakan yang salah atau melupakan semua konsekuensi yang ada. Tetapi sebaliknya, ini adalah tentang bagaimana cara menerima keadaan bahwa apa yang terjadi dalam hidup, kita akan berkomitmen untuk tidak membiarkan menjadi dendam atau kebencian yang dapat merusak kehidupan kita. Memaafkan juga adalah tentang bagaimana kita mengambil kendali atas emosi kita dan memberikan kesempatan untuk diri kita sendiri berkembang dan menemukan perdamaian dalam diri kita.
Menurut McCullough, Worthington & Rachal (1997) memaafkan merupakan perubahan motivasi seseorang untuk menurunkan motivasi membalas dendam, motivasi untuk menjatuhkan diri atau menghindari orang yang menyakiti serta meningkatnya motivasi untuk berbuat baik dan berdamai pada orang yang sudah melakukan tindakan yang menyakitkan. Seperti yang dikatakan oleh McCullogh, Wothington & Rachal bahwa ketika kita merasa sulit untuk memaafkan, penting bagi kita untuk mengingat memaafkan bukan pemberian dari orang lain tetapi pemberian terbesar kepada diri kira sendiri. Dan memafkan bukan berarti kita membalas perbuatan yang sama kepada orang yang menyakiti kita.
Menjadi seseorang yang memiliki pribadi pemaaf butuh kesadaran dan kesabaran. Ada beberapa Langkah yang mungkin dapat membantu kita menjadi pribadi yang pemaaf:
- Sadar pentingnya memaafkan : Pertama harus datang dari diri kita sendiri dan pilihan terbaik untuk diri kita. Memaafkan bukan melepaskan tanggung jawab atau mengabaikan konsekuensi orang lain tetapi keputusan untuk melepaskan emosi negatif dalam diri dan membebaskan diri dari dendam.
- Proses emosi yang terlibat : Jangan menekan atau mengabaikan emosi yang ada akibat luka. Tetapi izinkan diri kita untuk merasakan emosi itu baik itu kemarahan, rasa sakit atau perasaan kecewa. Kita perlu mengatasi emosi ini secara sehat agar dapat melanjutkan proses menuju pemaafan yang sejati.
- Periksa perspektif kita : Coba kita melihat situasi dari sudut pandang orang lain. Mencoba memahami alasannya atau situasi yang mempengaruhinya dapat membantu kita merasakan perasaan empati dan mengubah perspektif kita. Karena ini dapat membantu kita untuk memperluas pemahaman kita tentang keadaan yang sedang terjadi dan mendorong rasa empati yang lebih besar.
- Jangan terburu-buru : Memaafkan adalah proses yang memerlukan waktu. Jangan merasa terburu-buru untuk langsung memaafkan. Izinkan kita untuk mengalami dan melalui semua tahapan emosional yang hadir dari luka yang kita alami. Berikan diri kita waktu dan ruang untuk memproses dan penyembuhan.
- Praktikkan kebijaksanaan dan intropeksi : Pahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna termasuk diri kita sendiri. Dengan melalui proses intropeksi diri yang jujur, mempertimbangkan kesalahan dan tindakan kita yang mungkin kita lakukan dalam situasi tersebut, kita akan mengakui dan menerima bahwa kesalahan kita sendiri dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang proses memaafkan.
- Komunikasi yang efektif : Jika memungkinkan, berbicaralah mengenai masalah dengan orang yang menyakiti kita. Sampaikan perasaan kita dengan jujur, tetapi kita juga perlu mendengarkan perspektif mereka. Karena komunikasi yang terbuka dan jujur dapat membantu memulihkan hubungan dan mempercepat proses memaafkan.
- Praktikkan pengampunan dan belajar dari pengalaman : Setelah kita sudah siap memaafkan, tekankan pada diri kita sendiri bahwa kita memilih untuk memaafkan dan melepas dendam. Gunakan pengalaman ini sebagai pembelajaran yang berharga untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan memastikan bahwa kita tidak akan mengulang pola memaafkan yang sama di masa depan.
Memaafkan tentu bukan proses yang mudah, tetapi dengan kesabaran, kerja keras dan tekad yang kuat kita dapat menjadi pribadi yang pemaaf. Dan ingat bahwa memaafkan adalah bagaimana kita memberikan kesempatan pada diri kita sendiri untuk hidup dengan damai. Ketika kita berdamai dengan keadaan, kita membebaskan diri kita dari beban masa lalu dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih bahagia dan bermakna.
PENULIS: Yasmine Dian Hapsary
REFERENSI
- McCullough, M. E. (2001). Forgiveness: Who Does It and How Do They Do It?. 194-197.