PORTAL JABAR,- Memaafkan dan melangkah maju adalah sebuah frase yang merujuk pada proses memaafkan masa lalu dan bergerak maju. Menurut Dr Robert Enright, profesor psikologi pendidikan di University of Wisconsin dan pelopor studi ilmiah tentang memaafkan, memaafkan merupakan sebuah proses melepaskan amarah, dan melangkah maju dalam mengalami perubahan. Dalam kehidupan, kita sering dihadapkan pada situasi atau rintangan yang mungkin menghalangi kemajuan kita. Terkadang, kita terjebak dalam zona nyaman atau merasa takut untuk mengambil resiko. Namun, jika kita ingin mencapai pertumbuhan dan kemajuan pribadi, kita harus bisa melepaskan keterikatan dan melangkah maju. Proses ini dapat menjadi sulit dan menantang, tetapi juga sangat penting untuk pertumbuhan dan kebahagiaan seseorang.
Memaafkan merupakan langkah pertama yang diperlukan untuk membuka pintu bagi perubahan serta pertumbuhan pribadi. ketika kita terlalu terikat pada masa lalu, hubungan yang tidak sehat, atau pola pikir yang membatasi, menghalangi diri kita sendiri untuk mencapai potensi penuh. Memaafkan mempunyai dampak positif yang sangat banyak, terutama bagi ketenangan batin seseorang, memberi kita kesempatan untuk membersihkan ruang dalam hidup kita, membentuk ruang baru yang lebih baik, serta membuka pintu bagi kesempatan baru.
Menurut Enright and Fitzgibbons’s (2000) terdapat 4 tahapan yaitu :1) Tahap pembukaan (uncovering). Tahap ini merupakan pertikaian atau perlawanan terhadap rasa sakit emosional yang dialami individu yang disebabkan oleh peristiwa menyakitkan. 2) Tahap pengambilan keputusan. Pada tahap ini korban mulai menyadari bahwa pengambilan keputusan untuk memaafkan akan menguntungkan atau akan berdampak baik bagi dirinya sendiri. 3) Tahap tindakan. Pada tahap ini pembentukan pola pikir yang baru (reframing) akan dapat memfasilitasi perpective taking, ikut merasakan serta rasa iba seseorang, 4) Tahap hasil. Pada tahap ini korban akan mencicipi kelegaan emosional yang ada pada dirinya.
Proses memaafkan unik bagi setiap orang. Setiap orang bisa membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencapai titik ini, dan tidak ada batasan waktu yang pasti. Jika Anda sedang berusaha memaafkan dan melangkah maju, penting untuk memberikan diri sendiri waktu dan dukungan yang diperlukan untuk proses tersebut.
Memaafkan dalam Perspektif Islam
Menurut perspektif islam, doa orang yang terzalimi lebih mudah dikabulkan oleh Allah. Kita mempunyai hak untuk membalas orang yang menzalimi kita sesuai apa yang dilakukannya terhadap kita. Akan tetapi, akan lebih banyak dampak positif yang kita dapat ketika kita mau memaafkan seseorang. Dalam Al-quran di sebutkan :
قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴿ ١٤﴾
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۖ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ ﴿ ١٥﴾
Artinya :
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas suatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu untuk dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu di kembalikan”. (QS. Al-Jatsiyah: 14-15)
Kebahagiaan sebagai Tujuan Akhir
Kebahagiaan bukanlah kondisi yang konstan atau sesuatu yang dapat dicapai secara permanen. Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan kegembiraan, penderitaan, tantangan, dan perubahan. Kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Setiap orang memiliki keinginan, nilai, dan preferensi yang berbeda, yang berarti bahwa apa yang membuat satu orang bahagia mungkin tidak berlaku untuk orang lain. Selain itu, pandangan tentang kebahagiaan juga dapat berubah seiring waktu sejalan dengan perkembangan dan perubahan pribadi. Seringkali, memaafkan, menghargai berbagai emosi dan pengalaman yang kita hadapi dalam hidup juga dapat menjadi bagian dari mencapai kebahagiaan yang lebih mendalam.
PENULIS: Jihan Suci Arofah
Referensi
- Nihayah, U., Putri, S. A., & Hidayat, R. (2021). Konsep Memaafkan dalam Psikologi Positif. Indonesian Journal of Counseling and Development, 3(2), 108-119.
- Fuad, M. (2015). Psikologi kebahagiaan manusia. KOMUNIKA: Jurnal Dkawah Dan Komunikasi, 9(1), 114-132.