PORTAL JABAR,- Kesulitan berupa tantangan hidup adalah hal yang tak mungkin lepas dari segala aspek kehidupan kita sebagai manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan seringkali penuh dengan tantangan dan perubahan tak terduga yang dapat menguji ketahanan emosional setiap individu. Tantangan hidup ini bisa perihal kegagalan terus menerus, masalah finansial, kehilangan hal berharga atau bahkan terjatuh sampai titik terendah dalam hidup. Namun, ternyata beberapa individu mampu mengatasi bahkan beradaptasi dengan tantangan hidup melalui perspektif yang lebih baik. Dalam hal ini mereka dapat dibilang memiliki kualitas yang dikenal sebagai resiliensi emosional.
Resiliensi emosional merupakan seni menghadapi tantangan hidup dengan mental yang kuat. Resiliensi adalah ide yang mengacu pada kapasitas sistem dinamis untuk bertahan atau pulih dari gangguan (Masten, 2007). Demikian pula dengan pendapat Grotberg (1995) yang menyatakan bahwa resiliensi adalah kapasitas universal yang mengizinkan seseorang, kelompok atau komunitas untuk mencegah, meminimalisasi atau mengatasi efek yang merusak dari kesulitan. Menurut Wenner (dalam Desmita. 2009), sejumlah ahli tingkah laku menggunakan istilah resiliensi untuk menggambarkan tiga fenomena, yaitu:
- Perkembangan positif yang dihasilkan oleh anak yang hidup dalam konteks “beresiko tinggi” (high-risk), seperti anak yang hidup dalam kemiskinan kronis atau perlakuan kasar orangtua.
- Kompetensi yang dimungkinkan muncul di bawah tekanan yang berkepanjangan, seperti peristiwa-peristiwa di sekitar perceraian orangtua individu, dan
- kesembuhan dari trauma, seperti ketakutan dari peristiwa perang saudara dan kamp konsentrasi.
Dalam hal ini, seni menghadapi tantangan hidup melibatkan sejumlah langkah dan prinsip-prinsip yang dapat membantu individu mengembangkan dan memperkuat resiliensi emosional mereka. Artikel ini, akan menjelaskan strategi untuk membangun resiliensi emosional serta seni dalam menghadapi tantangan hidup.
Strategi Membangun Resiliensi Emosional
Dalam membangun resiliensi emosional, langkah pertama yang penting adalah memahami dan mengelola emosi kita sendiri. Penting untuk mengenali bahwa emosi seperti kecemasan, kemarahan, atau kesedihan adalah bagian alami dari kehidupan, dan tidak boleh ditekan atau diabaikan. Dengan menyadari dan menerima emosi tersebut, kita dapat mengelolanya dengan cara yang sehat. Kemudian, praktikkan teknik-teknik relaksasi, seperti meditasi atau pernapasan dalam, untuk membantu menenangkan pikiran dan menyeimbangkan emosi yang kuat. Selain itu, membangun dan memelihara dukungan sosial juga krusial, mendapatkan dukungan yang memadai dari keluarga, teman, atau komunitas dapat menjadi sumber kekuatan dan penghiburan saat menghadapi tantangan hidup. Jalin hubungan yang sehat dan saling mendukung dengan orang-orang di sekitar kita, dan jangan ragu untuk mencari dukungan dan berbagi perasaan dengan mereka. Dalam situasi yang sulit, memiliki orang-orang terpercaya yang dapat kita andalkan sangatlah berarti dalam membangun ketahanan emosional.
Tokoh Yang Melakukan Resiliensi
Resiliensi Mandela merujuk pada kemampuan dan ketangguhan yang ditunjukkan oleh Nelson Mandela. Mandela adalah seorang pemimpin anti-apartheid dan mantan Presiden Afrika Selatan yang telah menghadapi berbagai tantangan, termasuk penahanan yang panjang dan tekanan politik yang berat. Salah satu aspek penting dari resiliensi Mandela yang dapat kita tiru adalah kemampuannya untuk bertahan dan mempertahankan keyakinannya dalam perjuangan untuk keadilan dan persamaan. Ia bertahan dalam perjuangan untuk keadilan, memperlihatkan ketahanan mental dan kemampuan memaafkan setelah pembebasannya. Ia menjadi simbol perjuangan, harapan, dan perdamaian, serta mengajarkan pentingnya memegang teguh nilai-nilai yang diyakini dalam menghadapi tantangan hidup.
Seni Menghadapi Tantangan Hidup
Membangun resiliensi emosional adalah proses yang berkelanjutan, membutuhkan latihan yang konsisten, kesadaran diri, dan dedikasi. Dengan melaksanakan strategi-strategi ini, kita dapat menghadapi tantangan hidup dengan mental yang siap dan kuat. Seni menghadapi tantangan hidup dapat mengembangkan kekuatan mental dan emosional yang memungkinkan kita menjalani hidup dengan sikap yang tangguh, optimis, dan adaptif.
Penulis: Yoga Aditiya
Referensi:
- Ruswahyuningsih, M. (2015). Resiliensi pada Remaja Jawa. GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY, 96 – 105.
- Utami, C. T. (2017). Self-Efficacy dan Resiliensi:. Buletin Psikologi, 54 – 65 .