PORTAL JABAR,-Siapa di sini yang selalu memaafkan orang lain padahal orang tersebut selalu mengulangi kesalahan yang sama? Beberapa orang mungkin mudah dan cepat melupakan kesalahan orang lain tetapi ada pula orang yang sudah memaafkan tapi tidak bisa melupakan kesalahan tersebut. Dan kalian tau ga sih kalau kita selalu memaafkan orang lain atas kesalahan yang sama itu bisa berdampak pada kepercayaan kita terhadap orang tersebut.
Forgiveness atau yang biasa kita sebut pemaafan adalah suatu proses di mana kita tidak lagi mempersalahkan suatu masalah yang ada dan ikhlas pada apa yang telah terjadi. Di mana suatu emosi negatif berganti menjadi emosi positif demi memunculkan keadaan yang normal kembali. Sederhananya seseorang yang telah ter-sakiti tidak membalas pelaku dengan menyakitinya kembali melainkan orang tersebut menginginkan untuk berdamai dan berbuat baik walaupun pelaku telah menyakiti orang tersebut.
Dalam kajian Psikologi, menurut salah satu ahli mendefinisikan Forgiveness suatu proses emosional yang kompleks di mana seseorang yang merasa terluka atau dirugikan oleh orang lain memilih untuk meredakan rasa sakit tersebut, meredakan kemarahannya dan tidak dendam. Melainkan malah menggantinya dengan sikap positif seperti berempati atau bahkan belas kasihan terhadap pelaku yang berbuat jahat tersebut. (Evereet & Worthington, 2014).
Memaafkan menjadi suatu kebutuhan bagi semua orang. Bukan hanya sekedar tanda merasa bersalah dan pengakuan atas seluruh kesalahannya. Tetapi meminta maaf dan memaafkan juga menjadikan kita sebagai seseorang yang penuh dengan kelapangan dan kerendahan hati. Selain itu permintaan maaf yang kita dapat juga bisa membuat kita meredam amarah yang ada.
Sebagian orang mungkin sulit mengakui kesalahannya dan meminta maaf atau yang biasa disebut dengan gengsi. Tetapi jika kita mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang telah kita perbuat bisa menimbulkan efek yang positif bagi kesehatan. Selain itu ketika kita sudah mengakui kesalahan alangkah baiknya kita menjadi sadar atas kesalahan yang kita perbuat dan tidak mengulanginya lagi melainkan kita harus menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya.
Lalu mengapa sih ada orang yang tidak bisa percaya lagi kepada orang yang telah menyakitinya? Bukannya percaya tetapi orang itu malah memiliki Trust Issue terhadap pelaku yang menyakitinya.
Dalam suatu hubungan pasti sudah tidak asing dengan pertengkaran yang ada antara satu dan lainnya. Beberapa orang yang mengalami suatu pertengkaran dalam hubungan memiliki cara penyelesaiannya sendiri. Mungkin ada beberapa pasangan yang gengsi antara satu sama lain tidak mau kalah dan tidak mau mengakui kesalahannya lebih dulu. Tetapi ada juga yang di mana salah satunya menjadi seseorang yang mudah memaafkan kesalahan pasangannya dengan demikian pasangannya akan mengakui kesalahan tersebut.
Secara umum Trust Issue adalah keadaan dimana seseorang tidak mempercayai orang yang selalu mengulangi kesalahan yang sama. Kondisi ini dapat ditunjukan dalam bentuk sikap maupun perilaku. Tidak hanya dalam lingkup hubungan percintaan, Trust Issue juga dapat terjadi dikalangan pertemanan, keluarga hingga lingkungan pekerjaan. Seseorang yang memiliki Trust Issue tidak dapat mudah percaya pada perkataan orang lain dan bahkan selalu merasa curiga bahwa orang lain yang mendekatinya memiliki maksud tertentu. Orang yang memiliki Trust Issue akan merasa tidak nyaman ketika berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain. Mereka cenderyng menjauh dari orang lain, terlebih ketika dirasa hubungannya semakin dekat.
Trust Issue ini secara umum dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti dikhianati, pengalaman buru pada masa lalu, pola asuh orang tua dan lainnya. Berikut ini beberapa faktor yang membuat seseorang menjadi Trust Issue :
- Dikhianati, seseorang yang memiliki pengalaman dikhianati seperti kasus perselingkuhan, ditolak atau dibohongi akan mudah memiliki Trust Issue. Terkadang pengkhianatan ini diiringi oleh manipulasi hingga kekerasan. Pengalaman ini sangat menyakitkan sehingga membuat seseorang sulit untuk mempercayai pasangannya atau orang lain.
- Pengalaman di Masa lalu, setiap orang pasti memiliki berbagai macam pengalaman yang berbeda beda bisa terdiri dari pengalaman yang baik hingga pengalaman yang kurang baik. Beberapa pengalaman buru di masa lalu seperti kecelakaan, putus cinta, pencurian, kekerasan hingga kehilangan orang tersayang juga bisa menyebabkan Trust Issue. Hal ini terjadi akibat rasa khawatir akan mengalami rasa sakit yang sama.
- Pola Asuh Orang tua, Trust Issue juga dapat terjadi pada keadaan di mana anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh konflik antar orang tua dapat cenderung memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap orang lain, bahkan kasus seperti ini dapat berpengaruh hingga ia dewasa.
- Pengaruh Lingkungan, seseorang yang merasa selalu mengalami penolakan, pengucilan, atau bahkan perundungan berisiko tinggi membuat orang tersebut memiliki Trust Issue. Seseorang yang merasakan seperti ini dapat selalu merasakan tidak aman hingga sulit dekat dan percaya pada orang lain sekalipun dari lingkungan yang berbeda.
- Gangguan Mental, pada dasarnya kondisi seperti ini dapat muncul sebagai gejala dari kesehatan mental tertentu seperti gangguan cemas, depresi dan stress pasca trauma.
Seseorang yang memiliki Trust Issue memiliki beberapa dampak seperti, overthinking keadaan di mana seseorang yang tidak memiliki kepercaya terhadap orang lain. Akan muncul pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya sendiri mengenai hal hal yang negatif. Lalu seseorang yang memiliki Trust Issue akan merasa hidupnya menjadi terasa lebih sepi, hal ini terjadi karena orang tersebut tidak mau terbuka terhadap orang lain.
Keadaan di mana suatu hubungan yang di dalamnya memiliki masalah hingga menimbulkan Trust Issue akan membuat pasangannya selalu curiga. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika dalam suatu hubungan antara satu sama lain saling terbuka, tidak ada pengkhianatan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Karena dalam suatu hubungan kominikasi yang baik itu sangat diperlukan untuk keberlangsungan hubungan yang baik.
Penulis : Alya Rahmani Surya
Referensi
- Evereet, L., & Worthington, J. (2014). Forgiveness. marwah, 219-234.
- Lim, V., Haryanto, W. E., & Salvirah. (2023). Mengenal tanda-Tanda Trust Issue dan Cara mengatasinya. Siloam Hospitals, 1-4.
- McCullough, Root, & Cohen. (2006). Forgiveness. repository, 14-15.
- Memaafkan dan Meminta Maaf. (2019, September 30). Badan Kepegawaian Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Riadi, M. (2021, April 7). Memaafkan / Forgiveness (Pengertian, Aspek, Jenis, Tahapan dan Faktor yang Mempengaruhi). Diambil kembali dari KAJIANPUSTAKA: https://www.kajianpustaka.com/2021/04/memaafkan-forgiveness.html
- Sabina, F. (2022). Mengenal Trust Issue di Indonesia. Binus University.