PORTAL JABAR,- Dalam fase kehidupan, setiap individu manusia memiliki tantangan terberatnya masing – masing dan merespon suatu tantangan tersebut dengan cara berbeda. Salah satu tantangan yang mungkin dialami yaitu ketika hendak memasuki lingkungan baru. Ketakutan seseorang akan hal yang baru sangat umum kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Biasanya fenomena ini terjadi pada saat seseorang tersebut berada dalam situasi yang memaksanya untuk beradaptasi menghadapi lingkungan baru seperti anak SMA yang hendak memasuki dunia perkulihan atau seorang remaja yang ingin memasuki sebuah organisasi tertentu. Dalam ilmu Psikologi, hal ini dapat terjadi karena rasa kecemasan yang ada pada seseorang seperti takut tidak diterima dalam lingkungannya, rasa percaya diri yang rendah, dan kurangnya dukungan sosial. Ketahanan mental pun dapat mempengaruhi seseorang untuk beradaptasi dalam lingkungan baru yang akan ia tempati.
Kata adaptasi sering kita dengar. Namun, adaptasi yang dibahas disini mengarah kepada penyesuaian diri pada lingkungan. Jadi, apa sih proses beradaptasi seseorang itu? Proses beradaptasi seseorang pada lingkungan melibatkan serangkaian perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada tingkat fisik, mental, dan sosial. Ketika seseorang berusaha untuk beradaptasi, mereka mencoba untuk mengubah diri mereka agar cocok dengan lingkungan baru maupun situasi yang berbeda, bisa juga dikatakan cara seseorang menghadapi suatu tuntutan dalam diri atau kondisi eksternal yang dihadapinya.
Peran Resiliensi dalam Mengatasi Kecemasan terhadap Lingkungan Baru
Beradaptasi dengan lingkungan baru dapat menjadi tantangan yang sulit bagi sebagian orang. Namun, dengan penguatan karakter positif dan kemampuan resiliensi, individu dapat mengatasi tantangan tersebut dan beradaptasi dengan lingkungan baru dengan lebih mudah. Konsep resiliensi pun hadir untuk membantu mengelola kecemasan dan ketakutan seseorang akan lingkungan yang tidak dikenal atau asing serta bagaimana cara memperkuat karakter atau juga rasa kepercayaan diri seseorang tersebut. Dengan adanya resiliensi ini dapat membantu individu bangkit kembali dari kesulitan dan berhasil beradaptasi dengan tuntutan situasi yang penuh tekanan.
Fuster (2014) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki resiliensi menganggap kesulitan sebagai tantangan, bukan sebagai ancaman. Resiliensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk menghadapi, beradaptasi, dan pulih dari tantangan, perubahan, dan situasi stres. Ini melibatkan kemampuan untuk tetap tegar, fleksibel, dan memiliki ketahanan mental dan emosional dalam menghadapi kesulitan. Resiliensi melibatkan sikap, keterampilan, dan strategi yang memungkinkan seseorang untuk pulih dan berkembang dari pengalaman yang menekan. Rasa kurang percaya diri atau cemas akan sesuatu adalah hal yang sering kita rasakan, umumnya hal ini tercipta karena rasa ketakutan atau ragu akan diri sendiri dan juga lingkungan yang akan kita tempati.
Sebagai manusia, hal ini wajar terjadi karena dengan demikian kita bisa memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi dan juga menganalisa tentang bagaimana lingkungan itu bisa sesuai dan menerima kita. Peran resiliensi dalam hal ini tentu saja dapat membantu seseorang tersebut dalam menghadapi kecemasan-kecemasan yang ada dan juga dapat sebagai petunjuk untuk memperkuat karakter dan kebiasaan yang baik dalam sebuah lingkungan baru.
Dalam menghadapi lingkungan baru, individu dapat mengembangkan resiliensi dengan cara memperkuat karakter positif seperti optimisme, ketahanan, dan kepercayaan diri. Optimisme membantu individu melihat sisi positif dari situasi dan menemukan solusi yang tepat. Ketahanan membantu individu untuk tetap tenang dan fokus dalam menghadapi tantangan. Kepercayaan diri membantu individu untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengatasi rasa takut atau kekhawatiran yang muncul.
Berikut adalah beberapa tahapan umum yang terlibat dalam proses beradaptasi seseorang:
- Pengakuan dan Kesadaran
Pada fase ini, perubahan lingkungan atau situasi baru yang memerlukan penyesuaian. Individu akan memahami bahwa dia harus beradaptasi dengan tantangan baru.
- Penilaian dan pemahaman
Pada fase ini, individu mengevaluasi lingkungan baru dan mencoba memahami kebutuhan dan harapan yang terlibat. Individu akan belajar tentang aturan, norma, nilai, dan adat istiadat yang berlaku di suatu lingkungan.
- Perubahan sikap dan perilaku
Begitu individu memahami lingkungan baru, ia mengubah sikap dan perilakunya sesuai dengan tuntutan lingkungan. Ia akan mempelajari kebiasaan baru, keterampilan baru, atau mengubah cara individu tersebut berinteraksi dengan orang lain.
- Regulasi Emosi
Pada proses adaptasi juga melibatkan penyesuaian emosional. Individu mungkin mengalami ketidaknyamanan, stres, ketakutan, atau frustrasi saat mereka mencoba beradaptasi dengan perubahan. Penyesuaian emosional ini membutuhkan waktu dan dapat bervariasi bagi setiap individu.
- Integrasi dan Penerimaan
Pada tahap ini, individu mulai merasa lebih nyaman di lingkungan baru dan mulai berintegrasi dengan komunitas atau kelompok sosial yang ada. Individu dapat mulai membentuk hubungan sosial baru dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan di suatu lingkungan tersebut.
- Pertumbuhan dan pengembangan
Fase terakhir adalah pertumbuhan dan perkembangan pribadi, yang terjadi setelah individu berhasil beradaptasi dengan lingkungan baru. Melalui proses adaptasi, individu dapat mengembangkan keterampilan, pengetahuan dan pengalaman baru yang dapat meningkatkan kemampuan dan kesiapan menghadapi tantangan masa depan.
Perlu diperhatikan bahwa proses adaptasi bersifat individual dan bergantung pada banyak faktor, seperti: kepribadian, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan sosial dan perubahan pada lingkungan yang berbeda.
Kesimpulannya, beradaptasi dengan lingkungan baru dapat menjadi tantangan yang sulit bagi sebagian orang. Namun, dengan penguatan karakter positif dan kemampuan resiliensi, individu dapat mengatasi tantangan tersebut dan beradaptasi dengan lingkungan baru dengan lebih mudah. Dalam menghadapi lingkungan baru, individu dapat mengembangkan resiliensi dengan cara memperkuat karakter positif, memperluas jaringan sosial, mengambil risiko yang sehat, dan belajar dari pengalaman.
Penulis Reyhani Dalila Fauziah
REFERENSI
- Mir’atannisa, I. M., Rusmana, N., & Budiman, N. (2019). Kemampuan Adaptasi Positif Melalui Resiliensi. Journal of Innovative Counseling: Theory, Practice, and Research, 3(02), 70-75.