PORTAL JABAR,- Luka emosional sering terjadi ketika mengalami kejadian atau pengalaman negatif yang menyebabkan kerusakan pada tingkat emosional individu. Perasaan tersebut melibatkan rasa sedih, amarah, kecewa, ketakukan, atau kecemasan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan seseorang. Luka emosional dapat bersumber dari pengalaman traumatis seperti kehilangan seseorang yang dicintai, penghinaan, pengkhianatan, dan permusuhan. setiap individu memiliki tingkat toleransi dan persepsi yang berbeda terhadap pengalaman tersebut.
Selain itu, reaksi terhadap luka emosional bervariasi. Beberapa gejala yang akan timbul pada individu yang mengalami luka emosional diantaranya: perasaan yang intens dan berkepanjangan, kesedihan yang mendalam, terus terjebak dalam kecemasan dan ketakutan, putus asa, atau kemarahan yang terjadi secara terus-menerus. Luka emosional dapat sangat luas mempengaruhi berbagai aspek kehidupan individu, termasuk hubungan interpersonal, kesehatan mental, kualitas hidup, dan persepsi diri.
Dalam penyembuhan luka emosional dan hubungan yang rusak seringkali dapat dicapai melalui proses pemaafan yang mendalam. Pemaafan merupakan tindakan melibatkan penyesalan dan melepaskan rasa dendam, marah, atau ketidakpuasan terhadap orang lain yang telah menyakiti atau melukai hati. Perilaku memaafkan didorong dari 3 bentuk yaitu: keinginan untuk menghindari diri dari pelaku, keinginan untuk melakukan tindakan balas dendam terhadap segala perlakuan buruk yang diterima dari pelaku, keinginan untuk berdamai dan berbuat baik dengan pelaku (McCollough dan Cohen 2006;889).
Proses memaafkan ditandai dengan menerima luka dan rasa sakit tersebut, melibatkan pemahaman mengenai pengelolaan emosi yang muncul sebagai respon terhadap rasa luka dan bagaimana dampaknya, membuat keputusan secara sadar dan rela melepaskan dendam dengan melibatkan niat baik untuk berdamai pada diri sendiri dan orang lain, mencoba melihat dari perspektif orang lain dan mencari tahu alasan dibalik tindakan mereka, memberikan kesempatan untuk membebaskan diri dari beban emosional dengan memaafkan, menciptakan ruang rekonsiliasi yang mungkin terjadi baik dalam hubungan pribadi maupun sosial.
Menghadapi Masa Lalu dengan Bijaksana
Menghadapi masa lalu dengan bijak berarti menerima kenyataan bahwa apa yang telah terjadi tidak dapat diubah. Jangan menekan atau mengabaikan perasaan yang timbul, seperti perasaan terluka, sedih, marah, kecewa. Biarkan emosi tersebut keluar dengan sejujurnya.
Meregenerasi Hidup dan Membangun Hubungan yang Lebih Sehat.
Memaafkan dapat membebaskan diri dari beban negatif serta membantu proses penyembuhan luka emosional dan hubungan yang telah rusak. Memaafkan akan membuat kualitas hidup berkembang. Akan tetapi, proses memaafkan dalam penyembuhan luka dan memperbaiki hubungan tidak bisa langsung selesai dalam sehari, tidak bisa dilakukan hanya satu kali, tetapi merupakan perjalanan yang berkelanjutan. Hal ini membutuhkan waktu dan ruang dengan komitmen dan kesabaran menjadi kunci untuk dapat terus tumbuh dan mengembangkan kemampuan untuk memaafkan. Selain itu, ubah pola pikir dan persepsi terhadap orang yang melukai perasaan tersebut.
Berpikirlah untuk tidak melihat mereka sebagai sumber kebencian, karena dengan begitu pola interaksi dengan mereka akan berubah sehingga tercipta hubungan yang lebih positif. Apabila sikap tersebut terus dilatih, semakin terbuka regenerisasi hidup yang memberikan ruang kebahagiaan, ketenangan, dan kesejahteraan.
PENULIS: Khoirunnisa Fikriyatun Badriyah
REFERENSI
- McCullough, M. E. (2001). Forgiveness: Who Does It and How Do They Do It? 194-197. Retrieved from repository.uin-suska.ac.id: http://repository.uin-suska.ac.id/2501/3/BAB%20II.pdf