• Home
  • Jawa Barat
  • Religi
  • Parlementaria
  • Karawang
  • Politik
  • Peristiwa
  • Artikel
  • Ragam
  • Nasional
  • Pemerintah
Portal Jabar - Gerbang Informasi Jawa Barat
  • Home
  • Jawa Barat
  • Religi
  • Parlementaria
  • Karawang
  • Politik
  • Peristiwa
  • Artikel
  • Ragam
  • Nasional
  • Pemerintah
No Result
View All Result
  • Home
  • Jawa Barat
  • Religi
  • Parlementaria
  • Karawang
  • Politik
  • Peristiwa
  • Artikel
  • Ragam
  • Nasional
  • Pemerintah
No Result
View All Result
Portal Jabar - Gerbang Informasi Jawa Barat
No Result
View All Result
Home Artikel

Self Regulation: Menyadari Sepi Sebagai Ruang Pertumbuhan yang Perlu Dirayakan

Nida Shofiya by Nida Shofiya
Juni 27, 2023
in Artikel, Psikologi
0
Self Regulation: Menyadari Sepi Sebagai Ruang Pertumbuhan yang Perlu Dirayakan
0
SHARES
20
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

PORTAL JABAR,-  Bagaimana kita menyambut rasa sepi yang singgah dalam relung hati? Sepi, sendiri, dan sunyi cenderung hanya dimaknai sebagai ruang kosong yang penuh kepungan rasa tidak nyaman. Kehadirannya jarang dikaitkan dengan kebahagiaan dan emosi positif lainnya. Bahkan sepi kerap dianggap sebagai “teman baik” kesedihan, rasa hampa, tak berdaya, dan putus asa. Setiap orang pernah mengalami sepi, tapi justru tak banyak dari mereka yang mau mengakui saat rasa itu muncul.

Lalu, untuk apa sepi hadir? Apakah sepi, sunyi, dan sendiri akan selalu bermuara pada rasa kesepian (yang identik dengan duka) ? Bisakah sepi hadir sebagai negasi dari rasa sengsara?

Sepi tak selalu kesepian. Saat sepi hadir, kita sering kali lupa bahwa kita punya pilihan dan kontrol untuk merespons sepi yang mengunjungi; terlarut dalam kesepian (loneliness) yang menyesakkan dada atau dengan sadar mengambil kesempatan untuk mengasihi diri dalam kesendirian (solitude). Sepi dan kesendirian tak melulu berujung pada kesepian yang sarat akan kesedihan. Pun, sepi tak selalu membuat batin keruh, tapi bisa menjadi sebuah kesempatan untuk bertumbuh.

Memahami Diri

Saat berinteraksi dengan orang lain, sering kali kita mengabaikan suara yang paling penting dalam hidup kita, yaitu “suara hati kita”. Apa yang sebenarnya kita inginkan? (bukan yang orang lain inginkan). Apa yang sebetulnya membuat kita bahagia? Apa yang selama ini kita cari? Sepi membantu mengenali diri dan menumbuhkan rasa apresiasi terhadap diri.

Sepi membuat kita fokus dengan diri kita. Saat sendiri, pikiran kita terbebas dari spotlight effect (hal yang membuat kita cenderung khawatir dan melebih-lebihkan persepsi orang terhadap perilaku maupun penampilan kita. Pada momen ini, kita menjadi lebih berani menjadi diri sendiri.

Sepi layaknya sebuah cermin yang membuat kita melihat identitas diri yang sejati. Ini menjadi kesempatan untuk menyapa dan berbincang dengan diri. Mengenal dan menerima perasaan yang hadir. Melihat kembali hal dan peristiwa, lalu memaknainya dari kacamata yang berbeda. Artinya, sepi memberi ruang untuk menyaksikan moment of truth, (menvelami kembali apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup kita). Momen ini bisa untuk menumbuhkan harapan, menggali hal positif dalam diri maupun penghargaan terhadap diri. serta membuat kita menemukan pelajaran hidup.

Sepi yang Mengasah Empati

Sepi tak melulu tentang isolasi dan tentang diri sendiri. Uniknya, orang-orang yang sering kali merasa kesepian, justru lebih peka dan berempati pada mereka yang merasakan penderitaan sosial. Sepi mengasah sensitivitas manusia dengan meningkatkan perhatian dan ketajaman pengamatan. Ruang kesendirian memberi kesempatan untuk mengalami sendiri bagaimana rasanya sejenak teralienasi dari kehidupan sosial.

Mereka yang akrab dengan sepi lebih berempati dengan orang lain karena menemukan diri mereka pernah dalam situasi yang sama. Sebagai makhluk sosial, kita cenderung ingin menjadi bagian dari kelompok yang sesuai dengan diri kita. Selain itu, kita juga memiliki kecenderungan untuk mengategorikan orang lain ke dalam kelompok sosial. Misalnya, kita orang suku A dan mereka orang suku B. Adanya pengelompokan si kaya dan si miskin, si putih dan si hitam, dan lainnya. Hal ini menimbulkan “Us vs Them Mindset” yang berpotensi melahirkan pemikiran irasional dan bias prasangka yang dapat mengikis empati.

Saat sibuk memberi label dan mengkotak-kotakan diri maupun orang lain ke dalam kelompok-kelompok, kita cenderung mengutamakan penyesuaian kelompok dibanding memperhatikan keunikan setiap individu. Dalam situasi ini, sepi berperan untuk mengubah “Us vs Them Mindset” menjadi “We Mindset”. Sepi menumbuhkan self-awareness atau kesadaran diri. Kondisi ini membantu kita menyadari bahwa setiap individu layak dihormati dan setara (terlepas dari siapa dia dan dari mana dia berasal).

Seperti kata pepatah “Tak selamanya mendung itu hujan”, begitu juga dengan sepi yang tak selalu membawa duka.

Nyatanya, sepi yang menghampiri tidak selalu berniat untuk menyakiti dan menorehkan luka. Kadang dia datang bersama “Si Baik” yang juga memberi makna. Satu hal yang baiknya tidak terlupa: Sepi adalah perasaan natural untuk melengkapi elemen rasa kita sebagai seorang manusia. Merasa sepi adalah perasaan yang manusiawi, sama seperti saat kita merasa haus dan lapar. Jika hari ini kita masih menghardik sepi sebagai tamu yang tak diundang, maka tidak ada salahnya kita mencoba berdamai dengan sepi. Ingat, kita punya pilihan untuk berteman dengan sepi atau hanyut dalam rasa haus koneksi yang berpotensi menyisakan duka di hati.

Kita juga butuh sepi. Saat tidak terkoneksi dengan dunia luar, bukan berarti kita sedang tersekap di ruang hampa tanpa bisa melihat apa-apa. Sepi adalah rumah tempat kita berjumpa dengan sahabat sejati yang selalu menemani dan membersamai proses kita, yaitu diri kita sendiri. Ruang sepi juga membuka mata kita untuk melihat silver lining dari setiap ketidaksempurnaan dalam hidup. Rayakan sepi dengan bertemu hal-hal baik yang turut datang bersamanya.

Selamat berpetualang dalam sepi!

PENULIS: Annisa Nur Rodja

Referensi

  • Bevin, Sarah J. (2011). Psychology of Loneliness. New York: Nova Science Publishers. Hlm. 78.
  • Lia, N. dan M. Ofra. (2022). “The Wilderness Solo Experience: A Unique Practice of Silence and Solitude for Personal Growth”. Frontiers in Psychology, 11, 2303.
Tags: artikelPsikologi
Previous Post

Pentingnya Forgiveness Dalam Hidup: Membuka Jalan Bagi Kesejahteraan Mental

Next Post

Menyembuhkan Luka, Menyelamatkan Kehidupan: Forgiveness untuk Mencegah Pembalasan yang Mematikan

Nida Shofiya

Nida Shofiya

Next Post
Menyembuhkan Luka, Menyelamatkan Kehidupan: Forgiveness untuk Mencegah Pembalasan yang Mematikan

Menyembuhkan Luka, Menyelamatkan Kehidupan: Forgiveness untuk Mencegah Pembalasan yang Mematikan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Biodata dan Agama Wanda Hara, Fashion Stylish Artis Tanah Air dari Nagita Slavina hingga Chelsea Islan

Biodata dan Agama Wanda Hara, Fashion Stylish Artis Tanah Air dari Nagita Slavina hingga Chelsea Islan

Juli 10, 2021
Tenggak Miras, Tiga Warga Desa Telukbango Kecamatan Batujaya Meninggal Dunia Dan Satu Orang Kritis

Tenggak Miras, Tiga Warga Desa Telukbango Kecamatan Batujaya Meninggal Dunia Dan Satu Orang Kritis

September 27, 2021
5 Game Slot Penghasil Saldo Dana Tercepat, Dijamin WD!

Rekomendasi 5 Game Slot Penghasil Saldo Dana Tercepat, Dijamin WD!

Juni 20, 2023
Higgs Domino RP versi lama v1.54

Higgs Domino RP versi lama v1.54 Tetap Diminati oleh Para Penggemar.

Juni 12, 2023
Abdy Yuhana Komitmen Dorong Industri Kreatif Rakyat

Abdy Yuhana Komitmen Dorong Industri Kreatif Rakyat

2
Konflik Papua Tak Kunjung Usai, TB Hasanuddin: Panglima TNI Berikutnya Harus Paham Operasi Teritorial

TB Hasanuddin Soroti Pengerahan BIN Untuk Program Vaksinasi

1
Idul Adha Momentum Bangun Peduli sesama, Jaswita Jabar Berbagi dengan Masyarakat Sekitar

Idul Adha Momentum Bangun Peduli sesama, Jaswita Jabar Berbagi dengan Masyarakat Sekitar

1
Abdy Yuhana Mendengar dan Berbagi Bersama Masyarakat

Abdy Yuhana Mendengar dan Berbagi Bersama Masyarakat

1
Fraksi Nasdem Tia Fitriani Minta KDM Dipanggil ke DPRD Jabar

Fraksi Nasdem Tia Fitriani Minta KDM Dipanggil ke DPRD Jabar

Mei 17, 2025
Dituding Lakukan Penyalahgunaan Jabatan, Sekda DKI Jakarta Dilaporkan ke KPK   

Dituding Lakukan Penyalahgunaan Jabatan, Sekda DKI Jakarta Dilaporkan ke KPK  

Mei 15, 2025
Libur Panjang Waisak 168 Ribu Pelanggan Gunakan Kereta Api 

Libur Panjang Waisak 168 Ribu Pelanggan Gunakan Kereta Api 

Mei 14, 2025

Mei 14, 2025

Recent News

Fraksi Nasdem Tia Fitriani Minta KDM Dipanggil ke DPRD Jabar

Fraksi Nasdem Tia Fitriani Minta KDM Dipanggil ke DPRD Jabar

Mei 17, 2025
Dituding Lakukan Penyalahgunaan Jabatan, Sekda DKI Jakarta Dilaporkan ke KPK   

Dituding Lakukan Penyalahgunaan Jabatan, Sekda DKI Jakarta Dilaporkan ke KPK  

Mei 15, 2025
Libur Panjang Waisak 168 Ribu Pelanggan Gunakan Kereta Api 

Libur Panjang Waisak 168 Ribu Pelanggan Gunakan Kereta Api 

Mei 14, 2025

Mei 14, 2025
Portal Jabar

Kami adalah sumber informasi terkini, inspirasi, dan interaksi. Kami berkomitmen untuk menyajikan konten berkualitas tinggi yang mengedukasi dan menginspirasi.

Follow Us

Recent News

Fraksi Nasdem Tia Fitriani Minta KDM Dipanggil ke DPRD Jabar

Fraksi Nasdem Tia Fitriani Minta KDM Dipanggil ke DPRD Jabar

Mei 17, 2025
Dituding Lakukan Penyalahgunaan Jabatan, Sekda DKI Jakarta Dilaporkan ke KPK   

Dituding Lakukan Penyalahgunaan Jabatan, Sekda DKI Jakarta Dilaporkan ke KPK  

Mei 15, 2025
  • Home
  • Jawa Barat
  • Religi
  • Parlementaria
  • Karawang
  • Politik
  • Peristiwa
  • Artikel
  • Ragam
  • Nasional
  • Pemerintah

© 2024 Portal Jabar - PT Portal Wijaya Kusumah.

No Result
View All Result
  • Home
  • Jawa Barat
  • Religi
  • Parlementaria
  • Karawang
  • Politik
  • Peristiwa
  • Artikel
  • Ragam
  • Nasional
  • Pemerintah

© 2024 Portal Jabar - PT Portal Wijaya Kusumah.