PORTAL JABAR,- Seringkali luka yang mendalam dirasakan berasal dari hal yang benar-benar melekat di dalam diri kita yaitu masa lalu. Semua orang pasti memiliki masa lalu namun tidak semua orang memiliki masa lalu yang baik untuk dikenang dan terus diingat. Tidak jarang diantara kita sering menyalahkan kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa lalu. Masa lalu menjadi sosok monster yang sangat mengerikan dan terus menghantui isi pikiran dan untuk meredakan sosok monster tak kasat mata ini adalah dengan melakukan forgiveness.
Memaafkan merupakan hal yang sering dianggap sepele dan mudah untuk dilakukan, akan tetapi sebenarnya tidak sedikit juga orang kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama hingga bertahun-tahun untuk bisa memaafkan dan berdamai dengan luka yang ada di masa lalu. Banyak yang salah mengartikan bahwa memaafkan berarti melupakan sepenuhnya kejadian yang membuat sakit ketika mengingatnya. Padahal nyatanya sebagai manusia kita tidak bisa 100 persen melupakan kejadian tersebut. Lalu bagaimana konsep forgiveness yang sebenarnya?
Pengertian Forgiveness dan Bagaimana Prosesnya?
Menurut (Afriyenti, 2022) Forgiveness adalah upaya meninggalkan atau menghindari perasaan negatif seperti balas dendam, amarah, dan kebencian terhadap sesuatu yang telah menyakiti kita dengan meningkatkan rasa belas kasih dan tindakan positif terhadap hal yang telah membuat sakit. Memaafkan berarti berhenti memelihara rasa sakit, dendam dan juga rasa kecewa. Dalam memaafkan dibutuhkan proses yang berbeda-beda dalam setiap individu. Menurut Enright (2002) ada 4 tahap pemaafan, yaitu:
- Fase Pengungkapan
Pada tahap ini, individu cenderung merasakan perasakan sakit hati yang mendalam dan adanya perasaan ingin balas dendam terhadap sumber dari rasa sakit. Pada tahap ini juga individu rentan untuk menyalahkan diri sendiri sehingga menyalurkan emosi negatif. - Fase Keputusan
Pada tahap ini individu cenderung untuk memusatkan fokus pada luka dan sumber luka lalu memikirkan strategi untuk melakukan penyembuhan. Pada tahap ini juga individu memiliki komitmen yang tinggi untuk bisa memaafkan sumber rasa sakit dan disinilah forgiveness menjadi pilihan. - Fase Terjadi
pada tahap ini individu sudah mulai berpikir jernih dan mengambil makna terhadap peristiwa yang membuatnya sakit dan individu telah sadar bahwa forgiveness merupakan hadiah moral untuk sumber rasa sakit sehingga pada tahap ini individu sudah mulai bisa berempati. - Fase Pendalaman
Pada tahap terakhir ini individu telah menemukan tujuan baru dalam hidupnya. Individu telah meninggalkan perasaan negatif dan menggantikannya dengan perasaan positif seperti rasa kasih sayang.
Kenapa Harus Memaafkan?
Memaafkan bukan perkara yang mudah dilakukan. Akan tetapi, apabila seseorang melakukan pemaafan maka banyak dampak positif yang terjadi untuk diri sendiri, yaitu:
- Kesehatan Fisik.Seseorang yang sulit untuk memaafkan biasanya memiliki kecenderungan untuk memelihara stress, dan yang sudah kita ketahui bahwasannya stress adalah sumber dari rasa sakit. Hal ini biasanya membuat reaksi jantung berlebih saat mengingat rasa sakit yang dialaminya. Sebaliknya apabila seseorang melakukan pemaafan maka akan terjadi ketahanan fisik seperti peningkatan sel dan antibodi.
- Ketenangan hidup
Penelitian yang dilakukan oleh Luskin (Nashori et al., n.d.) menunjukan bahwa orang yang memaafkan atas luka dari masa lalu memiliki kualitas hidup yang jauh lebih aik daripada orang yang memelihara dendam dan emosi negatif. Mereka cenderung tidak mudah marah dan memiliki hubungan yang baik terhadap sesama. - Mampu Mengendalikan diri
Terdapat hasil penelitian yang menunjukan bahwa seseorang yang memaafkan memiliki kendali diri yang baik. Hal ini dikarenakan orang yang telah memaafkan telah kehilangan gairah untuk balas dendam yang menjadi pemicu atas rasa kendali diri.
Yang perlu kita sadari adalah memaafkan bukan berarti kita melupakan dan menerima kembali sumber rasa sakit yang telah terjadi, namun dengan memaafkan kita membebaskan diri dan menerima apa yang telah terjadi menjadi bagian dari diri yang utuh.
Penulis: Syfa Aurela Nurazizah
Rererensi:
- Afriyenti, L. U. (2022). Studi Kasus: Forgiveness Therapy untuk Mengurangi Trauma Masa Lalu. Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(2), 806. https://doi.org/10.36418/syntax-literate.v7i2.6323
- Nashori, F., Psikologi, F., Sos, U., & Uu, B. (n.d.). MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP DENGAN PEMAAFAN.