PORTALJABAR, JAKARTA – Selular.ID, Indonesia yang kini sudah memasuki era 5G, yang gebrakan awal dibuka Telkomsel, menurut prediski Marwan O. Baasir, Sekjen Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), tidak akan lama lagi semakin ramai operator yang menyusul langkah komersialiasai layanan 5G tersebut.
Seperti yang sudah kita ketahui, setelah Telkomsel mengelar layanan 5G secara resmi di Indonesia, Indosat Ooredoo turut bergerak cepat, dan kabarnya kini sudah semakin mendekati waktu komersialisasi layanan 5G, tim selular pun dalam hal ini sudah menghubungi, dan sedang menunggu konfirmasinya.
Lalu Smartfren diketahui juga tengah gencar mengkebut upaya untuk memiliki layanan 5G, yang informasi terakhirnya oprator identik berwarna merah itu berada ditengah upaya merger dengan penyelenggara infrastruktur jaringan serat optic, Moratelindo guna memuluskan niatnya menggelar layanan 5G di Indonesia.
Untuk mencapai tahap itu komsersialisasi layanan 5G, Marwan menilai para operator kini tengah berada di mode bersiap, sekaligus memperkuat strateginya untuk menggelar layanan 5G.
“Setelah kami berdiskusi dengan semua (operator), titik masalahnya itu ada di spektrum assignment sebenarnya. Operator perlu melihat trafik yang berjalan di 4G, 3G dan 2G. Nah, assignment dari frekuensi ini lah yang perlu direncanakan oleh semua operator. Misal sebagai contoh, berapa banyak sih trafik dan investment di 3G. Sepengetahuan saya kini banyak operator di dunia yang ingin memigraksikan teknologi 3G ke 4G. 2G itu juga ada yang merencanakan 2025, 2026, 2027 bakal di shut down di jepang, Inggris contohnya. Artinya operator yang belum mengajukan Uji Laik Operator(ULO) 5G itu harus melakukan assignment dulu, memindahkan gitu yah. Kalau tidak salah di frekuensi 2.100 Mhz itu sudah ada beberapa operator yang telah memindahkan ke 4G, sehingga kota-kota yang bisa diajukan ULO untuk dikomersialisasikan dapat disipakan terlebih dahulu frekuensi untuk mengunakan 5G,” kata Marwan, Senin (7/6) siang.
Menurut Marwan saat ini tinggal bagaiman masing-masing operator merencanakan hal tersebut, “di frekuensi 2,3 Ghz itu juga demikian. Kalau continuous akan lebih banyak lagi spektrum yang dapat digunakan, sekarang ini mungkin operator yang memiliki 2,3 Ghz masih berbicara dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk berbicara continuity dari frekuensi itu. Jadi ini masalah spektrum assignment, karena jangan sampai mengelar ULO 5G tapi existing bisnis malah jadi berantakan. Tapi saya kira tidak lama lagi akan ramai operator menggelar layanan 5G, kira-kira 1-2 bulan lagi lah,” tanda Marwan.
Sekedar tambahan tahapan ULO 5G itu merupakan hal yang penting bagi operator, sebelum mengelar teknologi baru, termasuk 5G. Merujuk pada Peraturan Menteri Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, operator seluler melakukan ULO terlebih dahulu sebelum menghadirkan teknologi terbaru ke publik secara komersial.
Jika kita lihat dari ULO 5G yang dilakukan Telkomsel, hanya berlangsung selama tiga hari. Maka hal yang sama seharunya juga bakal dilalui Indosat Ooredo, dan tidak heran jika proses itu berlangsung sukses Kominfo turut menerbitkan Surat Keterangan Laik Opersi (SKLO) ke Indosat Ooredoo.
Dan sebagai catatan penting, digelarnya ULO itu bertujuan untuk memastikan bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh operator seluler sesuai dengan yang dijanjikan.
Jika ternyata kualitas yang diberikan tidak sesuai, maka operator yang tidak lulus ULO dan tidak bisa menggelar layanan 5G. Adapun jika operator seluler tetap memaksakan gelar 5G tanpa lulus ULO maka akan dikenakan denda administratif mulai dari denda hingga pencabutan izin.