PORTALJABAR – Delapan startup asal Indonesia, aido health, Aruna, Crowde, Duitin, Pahamify, Pintek, PrivyID, dan TeleCTG, telah menyelesaikan bootcamp Google for Startup Accelerator: Indonesia yang berlangsung sejak 26 April-10 Juni 2021. Selama 169 jam sesi mentoring mereka berbagi pengalaman dan pelajaran yang didapat selama mengikuti bootcamp.
Jyoti Nagrani, Co-founder and VP Operations & Partnerships, aido health, menjelaskan, mendapatkan pengalaman bagaimana belajar menjadi pemimpin yang lebih baik. “Selain itu kami juga bisa memperjelas proposisi nilai, visi, dan model bisnis kami,” ujar dia dalam acara virtual, kemarin.
Lewat program ini, kata Nagrani, timnya mengetahui cara membangun budaya perusahaan serta menumbuhkan dan mempertahankan tim yang kuat, strategi pemasaran B2B dan B2C untuk mengembangkan dan menskalakan penawaran bisnis. “Hingga mendapat informasi tentang pendanaan.”
Sementara, Utari Octavianty, Co-Founder & Chief Corporate Officer, Aruna—platform e-commerce perikanan yang menciptakan perdagangan yang adil bagi nelayan skala kecil—menerangkan, Google for Startup Accelerator merupakan kesempatan emas bagi dirinya dan tim untuk belajar dengan efektif sambil bekerja.
Utari mengaku mendapatkan praktik terbaik dari berbagai figur-figur berpengalaman. Juga memotivasi tim Aruna karena materi yang diberikan sangat praktikal dan dapat diadaptasi dalam kegiatan bisnisnya.
“Meskipun program tahun ini diadakan secara online, tapi tidak mengurangi hype-nya karena para pemateri sangat kreatif dalam menyampaikan ilmu-ilmunya,” kata dia.
Tim dari agro-ekosistem yang membantu UMKM di sektor agribisnis, Crowde, mengaku telah mendapat pembelajaran mengenai rencana bisnis untuk mencari investor. Hal tersebut disampaikan oleh Yohanes Sugihtononugroho, Co-founder & CEO, Crowde, yang memiliki visi untuk merevolusi ekosistem pertanian melalui teknologi.
Di Google for Startup Accelerator, kata Yohanes, timnya juga mendapatkan ilmu pemasaran untuk membina keterlibatan petani yang lebih kuat dan membangun program inovatif bagi petani potensial. “Dan pengembangan profesional untuk mencapai potensi manajerial, dan mengembangkan keterampilan manajemen tim,” ujar dia.
Peserta lainnya ada dari Duitin, alat digital yang memfasilitasi daur ulang, di mana kontributor dapat meminta pengambilan sampah dan mendapatkan reward karena sudah mendaur ulang. Kemudahan yang disajikan Duitin, membuat masyarakat secara aktif berpartisipasi dalam mengurangi jumlah sampah yang akan berakhir di TPA maupun yang terbawa hingga lautan.
Adijoyo Prakoso, Co-Founder & COO Duitin menerangkan, di Google for Startup Accelerator, timnya mendapatkan banyak pembelajaran dari para ahli di bidangnya dengan sudut pandang yang beragam. “Kami sangat terbantu dengan wawasan baru itu. Untuk bisa meningkatkan kinerja dan performa demi mendukung Indonesia Bersih Sampah 2025,” katanya.
Mohammad Ikhsan, COO Pahamify, menjelaskan, menjadi bagian dalam program Google merupakan kebanggaan bagi Pahamify. Dia bersama timnya akan mengasah apa yang telah dipelajari dari para mentor selanjutnya, dan menerapkan dalam proses pengembangan produk dan layanan, selaras dengan kebutuhan yang dinamis.
Menurut Ikhsan, Pahamify berkomitmen untuk bersinergi demi mencapai tujuan dan tumbuh ke jenjang yang lebih tinggi, baik dari segi teknis maupun organisasi. Pahamify merupakan platform pembelajaran online untuk siswa sekolah dasar dan menengah di Indonesia yang membantu siswa meningkatkan performa akademiknya.
“Kami bertekad mendampingi pelajar Indonesia memperoleh ilmu pengetahuan dan mencapai potensi terbaiknya dalam meraih prestasi melalui pengalaman belajar yang menyenangkan,” katanya.
Sementara dari Tommy Yuwono, Co-founder dan Direktur Utama Pintek menceritakan, melalui program Google, pihaknya belajar mengembangkan aplikasi seluler melalui berbagai alat Android serta alat berbasis AI/ML untuk mengoptimalkan pemrosesan dokumen (VisionAI & DocumentAI). Pasalnya, startup-nya merupakan platform teknologi keuangan yang menghubungkan pemberi pinjaman dengan konsumen dan institusi pendidikan.
“Tidak hanya itu, dari para mentor berpengalaman kami juga mendapatkan praktik terbaik dalam manajemen SDM, penjualan, dan strategi pemasaran,” ujar Tommy.
Kevin Sugiarto, SVP Product PrivyID, mengungkapkan, program yang diikutinya telah memperluas wawasan dalam pengelolaan tim, teknik perancangan sebuah produk, serta implementasi teknologi-teknologi baru. “Semua ilmu baru dan berharga yang kami peroleh, mampu memperkaya layanan PrivyID—penyedia tanda pengenal dan tanda tangan digital,” tutur dia.
Dari program ini, kata Kevin, PrivyID mengetahui teknologi terbaru dan layanan Google untuk memajukan produk, menyadari potensi produk dan praktik terbaik dari mentor untuk mengembangkan produk. Termasuk keterampilan manajemen tim yang baik untuk memastikan kolaborasi dan komunikasi yang baik terjadi di antara tim.
Tim TeleCTG, IoT di bidang Medis dan Platform untuk kesehatan ibu, mengaku belajar membangun tim yang baik dan menjadi pemimpin yang bisa mengembangkan perusahaan. Mereka juga belajar mengembangkan teknologi secara kredibel, aman, dan tersedia melalui Google Ecosystem, serta mengkomunikasikan dan menerjemahkan nilai-nilai perusahaan menjadi produk yang berdampak.
Menurut Abraham Auzan, Chief Product Officer TeleCTG, Google for Startup Accelerator tidak hanya mengajarkan dalam membangun teknologi dengan baik, tapi membangun tim dan leadership yang kuat. “Khususnya dalam menyebarkan TeleCTG ke seluruh penjuru negeri,” kata dia.