PORTALJABAR – Bermula kedatangan virus covid-19 yang berasal dari Wuhan, China tahun 2019 yang merambat hingga seluruh dunia termasuk Indonesia. Adapun pro dan kontra mengenai wabah ini yang dibuat secara sengaja ataupun berasal dari hewan membuat warga Indonesia merasa panik dan tidak siap menghadapi wabah ini. Tepat awal maret 2020 wabah covid-19 menyerang Indonesia hingga melumpuhkan perekonomian dan merenggangkan keterkaitan kebersamaan antara warga di Indonesia.
Dalam hal ini, peran ilmu Kesehatan tidak memiliki fungsinya dengan baik tanpa dukungan ilmu social. Penanganan vaksin sampai obat-obatan dibutuhkan untuk menyembuhkan penyakit, dan ilmu social yang ada seharusnya membantu dalam menyembuhkan penyakit dan mencegah penyebarannya.
Peran sosiolog pun dibutuhkan untuk menyampaikan rekomendasi kepada kalangan atas terhadap kebijakan yang berguna sebagai penyampaian jenis program pencegahan secara optimal. Bagaimana dengan kebijakan Pembatasan Sosial seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan berubah nama menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang telah berjalan selama wabah ini? Apakah masyarakat Indonesia mengerti akan kebijakan itu ?
Kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia menjadi permasalah serius yang ada di lingkungan sekitar. Dampak kesadaran masyarakatnya itu sendiri seharusnya menjadi feedback tersendiri untuk masyarakatnya. Edukasi yang tidak henti-hentinya mengenai wabah di Indonesia masih dianggap remeh oleh warganya sendiri. Kebijakan yang berubah-ubah untuk mengupayakan Kesehatan masyarakat itu sendiri masih dianggap sebelah mata.
Padahal keterkaitan masyarakat yang kuat akan membangun hubungan yang baik antar masyarakat lainnya. Menurut Ibn Khaldun yang merupakan filsafat Arab, yang akan mempersatukan manusia adalah suku clan, negara dan sebagainya adalah rasa ‘ashobiyah’ atau solidaritas.
Bagaimana terjadinya solidaritas jika masyarakatnya mendahului egonya masing-masing ? terlepas dari masalah tersebut, ilmu social terjadi perubahan adaptasi. Seperti yang dikemukakan oleh Benjamin Lumenta (1987) bahwa lingkungan social dapat diatasi, tetapi konflik social yang disebabkan oleh penyebaran penyakiut akan menghadapi masalah baru yang menyulitkan pemerintah. Perubahan ini perlu memperhatikan penempatan aspek yang relevan.
Selanjutnya dalam mengubah adaptasi social dalam Kesehatan ini perlu adanya Langkah lanjut, yaitu perlu adanya koordinasi yang baik antara tiga pemimpin resmi dan informal penanggulangan penyakit menular, yaitu pemerintah. Interpretasi Sosiologi dalam Kesehatan terus berkembang sebagai berubah sifat masyarakat terhadap epidemi dan tanggapan terhadap penyakit.
Sosiologi Kesehatan juga diperlukan sebagai solusi yang mendukung metode medis untuk mencegah penyebaran penyakit. Selain itu, peran sosiolog juga dapat membantu memberikan edukasi mengenai kesadaran dan pengetahuan baru pada khalayak masyarkat. Dalam hal ini, sosiolog perlu membahas data yang ada, bukan tipuan kata-kata dan informasi, memberikan layanan konseling dan berperan aktif di masyarakat dalam melaksanakan program.