KOTA BANDUNG,- Ketua Harian Jabar Quick Respon (JQR) Reggi Munggaran menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) .
Diketahui, pihak keluarga Ridwan Kamil telah menyatakan secara resmi bahwa Eril telah meninggal dunia karena tenggelam, Jumat (3/6).
Eril hilang usai terseret arus Sungai Aare, Bern, Swiss, pada Kamis (26/5).
Sudah lebih dari sepekan pencarian dilakukan, tetapi Eril belum ditemukan.
Melalui surat yang diterima redaksi, Reggi mengungkapkan rasa dukacita mendalam atas kepergian Eril.
Berikut isi suratnya:
Bismillah.
Memulai tulisan ini tidak mudah.
Berkali-kali; wa, timeline dan inbox dari berbagai media datang menyerbu silih berganti. Berikut bersamanya berbagai gelombang doa dan dukungan menyertai silih berganti.
Sosok Kang Emil, Teh Lia, A Eril dan Neng Zahra bukanlah sosok orang lain bagi saya. Saya mengenalnya sangat dekat. Pula menjadi saksi bagaimana kesalehan, kesabaran dan kedermawanan keluarga Kang Emil.
Eril kecil sering dibawa ke Blok Tempe untuk ikut bapaknya membantu warga disana. Pun Zahra kecil sering nampak pada giat perjuangan kang Emil yang turut mempertahankan Babakan Siliwangi sebagai hutan kota saat itu.
Sebagai pribadi dan kemudian (menjadi) pejabat publik rupanya tidak membuat Kang Emil dan keluarga berubah. Kedermawanannya menjadi-jadi. Yang kuat harus berbuat untuk yang lemah. Barangkali itu yang selalu menjadi etos keluarga Kang Emil.
Kang Emil kemudian membuat @jabarquickresponse dan Bu Atalia menjadi pendiri @jabarbergerak . Keduanya organisasi sosial-kemanusiaan yang diharapkan dapat menjadi penolong bagi warga papa di Jawa Barat.
Organisasi tersebut sekaligus menjadi indikator keberpihakan Kang Emil dan Teh Lia terhadap persoalan kemanusiaan.
@jabarquickresponse didesign kang Emil dengan semangat dan militansi tinggi. Kang Emil sering menyebutnya pasukan khusus.
Ini tidak sembarangan. Berbagai bencana alam dan bencana kemanusiaan menjadi medan pertempuran yang mampu diselesaikan dengan baik.
“Gi! Anak-anak JQR harus menjadi spesialis dan tersertifikasi kompetensinya. Carikan alat dan fasilitas terbaik untuk menolong warga dimanapun!” Demikian perintah Kang Emil kepada saya suatu waktu.
Tidak lama kami ‘sekolahkan’ beberapa staff yang terpilih. Khusus untuk team SAR kami sekolahkan ke @wanadri_official dan ke @basarnas_jabar . Semua berhasil menjadi unit pencari dan penolong terbaik yang kini dimiliki warga Jawa Barat.
1405 aduan pertahun untuk kasus bencana dan orang hilang menjadi indikator kepercayaan warga Jabar terhadap JQR. 100 persen berhasil terespon dengan baik oleh JQR.
Kepercayaan tidak boleh disia-siakan!
Segala capaian hal baik di atas hari ini runtuh! Melihat Kang Emil sendirian mencari Eril. Setengah badan masuk ke sungai. Rasanya saya lemas. Rasanya tidak berdaya. Rasanya saya tidak berguna.
Padahal setiap orang hilang (yang juga laporannya masuk ke Kang Emil) di Jawa Barat langsung kang Emil berikan atensi khusus. Langsung diresponse. Langsung dikerahkan warga dan alat negara untuk membantu.
Bahkan, sehari sebelum kabar kejadian Eril hanyut. Saya berkomunikasi dengan kang Emil (slide 3) untuk meminta dukungannya: JQR akan menyelenggarakan pelatihan water rescue bersawa komunitas dan warga sekitar objek wisata Situ Bagendit. Karena banyaknya wisata dan potensi resiko yang mungkin ditimbulkan. Kang Emil pun tanpa banyak kata langsung mendukung. Seperti biasanya.
JQR pada saat pertama mendengar hilangnya Eril di Sungai Aare Swiss langsung berkoordinasi dan menggelar rapat dengan mengundang Basarnas, WANADRI, dan para ahli-penggiat olahraga arus deras.
Basarnas pun dari awal sudah berkoordinasi dengan pihak/otoritas di Swiss melalui Kemlu untuk meminta permit (izin) untuk turut melakukan pencarian Eril. Hanya belum diizinkan oleh otoritas setempat.
Kami membongkar sejumlah peta sungai Aare dan menganalisa semuanya. Menyiapkan berbagai metode operasi. Membangun skenario mobilisasi personel. Dan lain-lain. Kami tidak mau diam saja!
Di sisi lain kami juga membangun komunikasi dengan pihak keluarga dan provinsi jabar. Memberangkatkan team SAR Jabar/ Indonesia ke luar negeri bukan hal mudah. Diperlukan koordinasi lintas negara.
Setidaknya itu yang saya alami ketika diminta Kang Emil berangkat ke Nepal tahun 2015 lalu untuk mencari warga Bandung yang hilang saat mendaki di Langtang Pegunungan Himalaya.
Sampai hari ini kami belum berhasil mendapatkan hasil terbaik dari ikhtiar ini.
Kini… Sang Broadcaster of daily happiness itu bersedih. Melakukan ikhtiarnya sendiri bersama keluarga dan sedikit kerabat yang turut ikut di Swiss.
Doa-doa pun masih dilantunkan warga dari masjid ke masjid. Dari pengajian satu ke lainnya. Dari warga lainnya yang mencintai pemimpinnya dan keluarganya.
Sulit untuk belajar meneladani kesabaran dan ketabahan Kang Emil dan Teh Lia juga keluarganya. Kami remuk se remuk-remuknya.
Kang Emil dan Teh Lia: mohon maafkan saya atas segala ketidakmampuan saya.
Semoga Allah SWT selalu merahmati dan melindungi Kang Emil beserta keluarga.
Untuk Eril: kami mengenangmu sebagai pemuda baik dan berbakti. Arungilah sungai keabadian itu dengan rasa damai disertai cinta kasih Tuhan, Allah SWT.
Dari kami semua yang turut berduka.
Salam
Reggi