PORTALJABAR, RUSIA – Angkatan Bersenjata Rusia pada Selasa (6/7) kemarin mengerahkan helikopter serang untuk melakukan latihan menembak rudal di Tajikistan, terkait dengan situasi di kawasan perbatasan Afghanistan yang bergejolak akibat pertempuran tentara dan kelompok Taliban.
Dilansir Reuters, Rabu (7/7), latihan serangan rudal tanpa pemandu itu dilakukan oleh 2 helikopter Mil Mi-24 dan 2 helikopter angkut militer. Mereka melepaskan rudal ke arah 15 sasaran di darat.
Latihan itu ditujukan sebagai simulasi serangan terhadap kelompok bersenjata, konvoi kendaraan, posisi musuh atau target darat lain seperti gudang senjata.
Presiden Tajikistan, Emomali Rakhmon, mengatakan meminta bantuan kepada Rusia karena khawatir kawasan perbatasan negara mereka dengan Afghanistan terancam akibat kegiatan kelompok milisi Taliban.
Rusia menyatakan siap membantu Tajikistan yang merupakan sekutu sejak masih tergabung dengan Uni Soviet.
Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Andrei Rudenko saat ini, kelompok Taliban diperkirakan menguasai seluruh perbatasan Afghanistan dan memukul mundur tentara setempat.
“Situasi di kawasan itu cukup tegang karena menurut informasi sekitar lebih dari 70% wilayah perbatasan antara Afghanistan dan Tajikistan dikuasai Taliban,” kata Rudenko.
Rusia menyatakan siap membantu menjaga stabilitas kawasan perbatasan Tajikistan dengan Afghanistan melalui kerja sama pertahanan regional.
Pangkalan militer Rusia di Tajikistan dibangun di masa Uni Soviet sebagai titik pusat operasi ketika mereka mencoba menguasai Afghanistan pada 1979.
Uni Soviet lantas mengakhiri operasi militer di Afghanistan pada 1989 setelah mendapat perlawanan sengit dari sejumlah kelompok milisi termasuk Taliban.
Saat ini pangkalan militer di Tajikistan itu dikelola Rusia. Mereka menempatkan sejumlah alat utama sistem persenjataan mulai dari tank, helikopter, pesawat nirawak (drone) dan kendaraan serang darat lainnya.
Kelompok Taliban perlahan merebut sejumlah kota di kawasan perbatasan dari tangan pasukan Afghanistan. Mereka mengklaim berhasil menduduki sekitar 100 kota dari 400 kota di seluruh Afghanistan. Klaim itu dibantah pemerintah Afghanistan, tetapi mereka mengakui menarik mundur aparat keamanan dari beberapa kota.
Dengan keputusan Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk pergi dari Afghanistan, negara itu juga kembali terancam terjerumus ke dalam situasi perang saudara. Kini pemerintah Afghanistan mengambil alih operasional Pangkalan Udara Bagram yang menurut mereka akan digunakan untuk memerangi ancaman terorisme.