KAB BANDUNG,- Telkom University melaunching hasil inovasi terbarunya. Alat berbasis IOT diberi nama patriot.net
Rektor Tel-U Prof. Adiwijaya menuturkan patriot.net dinilai mampu melakukan pencegahan dan penanggulangan recovery dari bencana yang sering terjadi di indonesia.
“Ini adalah grand launching produk kedua hasil inovasi kami yang dibiayai oleh LPDP jadi patriot.net. Kita tahu indonesia adalah ring of fire dan kita perlu antisipasi itu semua. Alhamdulilah hasil riset yang dipimpin oleh Prof Khoirul Anwar didanai oleh LPDP sebesar Rp 4,5 miliar dan sudah dikomersialisasi,” ucap Adiwijaya saat launching patriot.net di Gedung Damar Telkom University, Kabupaten Bandung, Selasa (14/2).
Adiwijaya mengatakan alat ini terdiri dari lima device, dimana satu sampai 4 sensor untuk monitoring empat jenis bencana. Pertama adalah longsor, banjir gempa dan tsunami.
“Kemudian yang kelima adalah alat yang diturunkan seandainya bencana telah terjadi. Yakni mobile layanan yang bisa menggunakan 2g, 3g, 4g bahkan 5g dan wifi. Ini sangat membantu untuk korban bencana yang mungkin kejatuhan pohon, intinya enggak bisa jalan, jadi kita deteksi mereka bisa call langsung kita bisa deteksi lokasinya walaupun kita harus tambah antena yang horn bisa mendeteksi dia dimana. Dengan begitu tim resque bisa menemukan korban,” kata dia.
Sementara, imbuh dia, sensor yang digunakan terdapat beberapa tipe, pertama gempa, dengan sensor deteksi getaran. Tsunami mendeteksi tiba tiba surutnya air laut jadi tidak simpan ditengah laut tapi ditepi laut.
“Lalu untuk longsor kita deteksi dua posisi, jadi setiap detik disampaikan posisinya, jadi jika masih sama berarti enggak ada longsor, tapi kalau terus geser-geser, itu berarti terjadi longsor. Kemudian banjir, kita deteksi dari ketinggian air. Jika melebihi ketetentuan tertentu, maka akan berikan warning. Informasi ini diberikan melalui aplikasi, dan pemko Padang bisa mendeteksi sensor mana yang rusak dan masih baik,” tambahnya lagi.
Seperti diketahui, alat tersebut sudah diujicoba di Kota Padang Sumbar dan Sungai Citarum. Bahkan hingga saat ini alat tersebut masih ada.
“Pentahelix bagian yang tidak terpisahkan terutama urusan bencana. Di Jawa-Barat sendiri, terjadi 1.300 bencana pada tahun 2022, dimana 50 persennya hidrometeologis berupa angin kencang dan puting beliung, dan ini menjadi urusan bersama,’ pungkasnya
Ditempat yang sama, Direktur Fasilitas Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan atau LPDP Ir. Wisnu Sardjono Soenarso mengungkapkan, alat tersebut sangat membantu di saat kejadian yang tidak diinginkan, semoga riset tersebut dapat langsung dinikmati masyarakat, dan semoga kedepan akan segera keluar versi-versi yang lebih canggih.
“Teruslah berinovasi, percuma juga jika banyak orang pintar namun daerahnya tidak sejahtera. Ilmu kita di Perguruan Tinggi ini, diharapkan dapat mempermudah hidup orang banyak, terus kembangkan,” pungkasnya. (*)