BANJARBARU,- Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi mendorong pemerintah daerah menambah porsi anggaran untuk penanganan permasalahan kemiskinan, anak yatim dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di wilayahnya masing-masing.
“Kalau kita telisik, pos-pos APBD anggaran untuk anak yatim di Dinas Sosial hanya sisa sisa saja. Anggaran lebih banyak dikucurkan pada infrastruktur dan ekonomi, tetapi kita lupa SDM lebih penting,” kata Ashabul saat memberikan arahan dalam pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) II Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) di Banjarmasin, Jumat (7/10) malam.
Menurut Ashabul, akar permasalahan di negara kita, pertama adalah soal keberpihakan.
Ia mengatakan kemiskinan seolah terstruktur dan terwariskan, mulai dari nenek, om sampai cucu miskin, padahal negara sudah hadir bertahun-tahun.
“Saya apresiasi Kemensos RI ini keberpihakannya luar biasa. Seperti di Kalimantan Selatan itu Kelompok Penerima Manfaat (KPM) itu mencapai 100 ribu orang. Lalu ada juga penerimaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), tapi kok segala jenis bantuan tidak ada jejaknya. Inilah yang butuh perhatian kita semua,” kata Ashabul.
Lalu yang kedua, pendidikan menjadi penyebab utama kemiskinan.
Jadi, kata dia, mengangkat anak yatim, tidak hanya dengan memberikan pendidikan yang cukup tapi harus bermutu.
“Dengan pendidikan bermutu maka lahirlah kualitas, dari kualitas jadi mandiri, dari mandiri jadi kreatif, dari kreatif bisa menciptakan lapangan kerja.
Kalau ini tidak tercapai, mereka ke depan akan jadi beban sosial, setelah itu penyakit sosial,” beber Ashabul.
Ashabul menambahkan yang ketiga adalah akses, ini juga jadi satu masalah.
“Saya kira pemerintah pusat sudah luar biasa. Tapi beban perlu di bagi ke pemerintah daerah lain, terlebih kita memiliki 540 kabupaten/kota,” ungkapnya.
Ashabul juga mengapresiasi keberpihakan kepada anak yatim yang dilakukan oleh Bupati Tanah Bumbu yang dipresentasikan melalui video.
“Tapi ini baru komitmen Bupati Tanah Bumbu pribadi. Kalau semua kepala daerah seperti beliau, saya kira persoalan anak yatim selesai,” ujarnya.
Ashabul mengatakan ia datang ke Banjarmasin, karena ini persoalan anak yatim yang harus diurus.
“Ini soal keberpihakan dan penegakan konstitusi. Saya kelahiran Sulawesi Selatan dan pernah terjadi di tanah kelahiran saya ada seorang rektor kampus menggratiskan mahasiswa dari panti sampai selesai. Saya berharap hal tersebut jadi inspirasi bagi banyak orang dan terjadi pada semua anak yatim,” tandasnya. (*)