PORTALJABAR – KEBAYA encim merupakan salah satu merupakan salah satu pakaian tradisional yang menjadi ciri khas Indonesia, seperti halnya batik. Awalnya, kebaya merupakan pakaian yang hanya boleh dikenakan oleh para nyai atau selir tuan Belanda, karena harganya yang sangat mahal.
Kemudian ketika bangsa Tionghoa datang ke Indonesia, para perempuannya pun akhirnya turut mengenakan kebaya, sehingga penduduk Betawi asli saat itu menyebut jenis kebaya tersebut sebagai kebaya encim.
Julukan ‘kebaya encim‘ diganti oleh Persatuan Wanita Betawi menjadi kebaya kerancang, karena kebaya ini biasanya dibordir kerancang dengan motif kembang pada bagian bawah kebaya dan pada pergelangan tangan.
Kini, kebaya encim pun bukan hanya diciptakan oleh orang Betawi. Perancang busana asal Luak Limopuluh, Sumatera Barat, Megi Efriater juga ikut menyumbangkan karya kebaya encim, dalam fashion show yang digelar oleh Perempuan Pelestari Budaya Indonesia (PPBI) dalam serangkaian HUT DKI Jakarta ke-494.
Megi ketika dihubungi dari Payakumbuh mengatakan bahwa dirinya diundang khusus sebagai pengisi utama acara yang diselenggarakan oleh PPBI dengan tema “None Batavia” di Hotel Borobudur Jakarta, pada akhir pekan kemarin.
“Salah satu tujuan PPBI dalam melestarikan pecinta karya budaya Indonesia adalah untuk memperkenalkan ragam keunikan Indonesia. Pada kebaya saya ini memiliki bordir kerancang khas Luak Limopuluah,” katanya.
Ia mengatakan, kesempatan seperti ini tidak akan disia-siakan olehnya terlebih bordiran dan kerancang khas Luak Limopuluah sudah mempunyai pangsa pasar di Jakarta. Hal tersebut juga tidak terlepas karena kebaya encim bordiran memiliki pola yang hampir sama dengan kebaya Betawi.
Ia berharap dengan kesempatan yang didapatkannya kali ini dapat terus berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian para pengrajin di Luak Limopuluah terlebih saat ini pandemi seperti sekarang.
“Kalau boleh saya tak ingin disebut sebagai desainer dan lebih memilih disebut enterpreneur, karena hasil karya kebaya encim yang saya bawa itu adalah hasil buatan tangan masyarakat Luak Limopuluah yang awalnya saya ajarkan dan diajak untuk berkarya bersama,” ujarnya.
Pria yang tinggal di Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota itu mengatakan “saat ini kebaya encim sudah merambah pasar di Singapura dan Malaysia.”
“Kita sebagai enterpreneur harus bekerja lebih keras dan kreatif lagi dalam mencari pasar. Alhamdulillah semua kebaya yang ditampilkan langsung dibeli oleh undangan yang hadir,” kata dia.
Selain itu, dia berharap agar ke depannya bisa terus menjalin kerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta dalam mengembangkan dan memasarkan bordiran dan kerancang khas Luak Limopuluh.
Megi yang juga ditunjuk sebagai narasumber di acara talk show berbicara tentang pelestarian budaya untuk generasi muda saat ini dan bagaimana membuat generasi milenial cinta akan budaya dan kerajinan.
“Bordiran dan kerancang tidak hanya bisa diaplikasikan dalam sebuah kebaya encim saja, namun bisa dibuat untuk outer, baju muslim, kurung melayu, gown dan sebagainya. Ini tergantung kita memberikan sentuhan inovasi yang diminati pecinta fashion saat ini,” ujarnya.