PORTALJABAR, – Bulan Agustus merupakan salah satu bulan yang terdapat perayaan hari besar bagi warga Negara Indonesia, salah satunya yaitu pada 17 Agustus 2021, yang sejak tahun 1945 diperingati sebagai hari Kemerdekaan Indonesia. Dari tahun ke tahun tentunya banyak momentum yang ditujukan untuk memperingati hari tersebut, seperti Upacara Bendera yang digelar pada setiap lembaga hingga pesta perayaan yang dilakukan oleh masyarakat berupa perlombaan hiburan seperti lomba kerupuk, lomba estafet kelereng, balap karung, dan lainnya. Namun, sejak pandemi COVID-19, segala aktivitas yang menjadi momentum bagi warga untuk mengimplementasikan nasionalisme serta meningkatkan kerukunan antar sesama di hari peringatan HUT RI yang ke-76 ini, harus dibatasi penyelenggaraannya.
Meskipun sudah terlewat dua hari, Gerakan Mengajar Desa (GMD) Kabupaten Karawang tetap melaksanakan rencananya untuk menggelar Diskusi Refleksi Kemerdekaan di Rumah Sejarah Rengasdengklok dan Monumen Rawagede. Acara tersebut berlangsung pada hari Kamis, 19 Agustus 2021 yang diikuti oleh tim 1, 2 dan 3 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Berdasarkan informasi dari Djiaw Kim Moy, narasumber Rumah Sejarah Rengasdengklok yang merupakan cucu dari Djiaw Kie Siong yang merupakan salah satu pemuda PETA, mengatakan bahwa Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta diculik oleh sejumlah pemuda PETA kemudian singgah di rumah Djiaw Kie Siong pada 15 Agustus 1945 untuk mendesak Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar mempercepat mendeklarasikan proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Karena para pemuda PETA meragukan rencana Jepang yang akan menghadiahi Indonesia Kemerdekaan, sementara di Kota Nagasaki dan Hirosima sendiri terjadi peristiwa serangan bom atom oleh Amerika Serikat pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 yang menewaskan kurnag lebih 129.000 jiwa. Rumah Sejarah Rengasdengklok pun sering disebut sebagai Rumah Penculikan Soekarno-Hatta karena peristiwa penculikan tersebut.
Selain itu, rumah Djiaw Kie Siong atau Rumah Sejarah tersebut mulanya terletak di pinggiran sungai Citarum yang dipindahkan ke lokasi saat ini, berjarak sekitr 150 meter dari tempat aslinya, di Kampung Bojong, Rengasdengklok pada tahun 1957. Namun meskipun demikian, material pada bangunan rumah sejarah masih asli termasuk mempertahankan dekorasi kamar, ranjang kayu jati yang ditempati oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta seperti dulu tanpa renovasi sedikit pun. “Semua yang ada di sini masih dipertahankan tanpa perubahan sedikit pun, karena jika diubah sedikit saja maka akan hilang nilai sejarahnya.” tutur Djiaw Kim Moy.
Setelah itu, para tutor Gerakan Mengajar Desa (GMD) Kab. Karawang mengunjungi Monumen Rawagede yang merupakan untuk mengenangratusan warga laki-laki yang tewas ditembaki tentara Belanda pada tahun 1947 di desa yang kini bernama desa Balongsari. Sementara para istri dari warga yang meninggal tersebut hidup sebagai janda dengan sengsara. selain itu, di dalam mapun di luar terdapat dinding diorama yang menggambarkan peristiwa tersebut. Peristiwa tersebut kini diperingati setiap tanggal 9 desember sejak tahun 1996.
“setiap tanggal 9 Desember, di lokasi Monumen Rawagede selalu diselenggarakan Upacara peringatan peristiwa penembakan tentara Belanda yang menewaskan ratusan warga. Upacra tersebut juga tentunya dihadiri oleh para petinggi negara untuk tetap mengenang peristiwa yang sangat besar pengorbanannya untuk negara Indonesia.” tutur Pak Sukarman yang merupakan sejarawan dan salah satu tokoh Pembangunan Monumen Rawagede.
Diselenggarakannya agenda acara tersebut, bukan hanya untuk memperingati hari Kemerdekaan Indonesia, namun juga sebagai momen silaturahmi antar tutor Gerakan Mengajar Desa (GMD) Karawang. “Selain menggelar diskusi refleksi Kemerdekaan Indonesia, acara hari ini juga sebagai momen silaturahmi yang semoga semakin mempererat komitmen kita sebagai tutor GMD Karawang, terlebih lagi bagi tutor yang baru bergabun di tahun kedua GMD Karawang ini.
Semoga kedepannya kita bisa merancang berbagai agenda kegiatan lain dan mengoptimalkan masing-masing tutor pada setiap perannya.” tutur Abdillah, sebagai Ketua Gerakan Mengajar Desa (GMD) Kab. Karawang. (nida)