PORTALJABAR – Survei dari Phone Arena menunjukkan, mayoritas konsumen mengharapkan ponsel Huawei memuat layanan Google. Namun perusahaan Cina ini masuk daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan Amerika Serikat (AS) sejak awal 2019.
Imbas pemblokiran itu, Huawei tidak bisa bekerja sama dengan perusahaan AS, termasuk Google. Alhasil, ponsel Huawei tak menggunakan Android dan Google Mobile Services (GMS) seperti Gmail, YouTube, dan Google Maps.
Sedangkan hasil survei terhadap 9.952 responden, hampir 70% mau membeli ponsel Huawei jika memuat layanan Google. Sebanyak 14,47% sudah menggunakan gawai buatan Cina ini.
Sekitar 11% siap membeli ponsel Huawei ketika tersedia layanan Google, asalkan harganya terjangkau. Hanya kurang dari 5% yang enggan membeli gawai Huawei, meski sudah tersedia layanan Google.
Mereka yang berniat membeli ponsel Huawei merupakan konsumen loyal, namun terhambat ketiadaan layanan Google. “Ini bagian solid dari mereka yang bersimpati dan setia,” demikian dikutip dari Gizchina, akhir pekan lalu (11/9).
Sedangkan Huawei memutuskan untuk mengembangkan sistem operasi atau operating system (OS) sendiri yakni HarmonyOS. OS versi terbarunya yakni HarmonyOS 2 bahkan telah digunakan di hampir 100 juta perangkat sejak diluncurkan pada awal Juni (2/6).
Sepekan sejak diluncurkan, OS pesaing Android itu digunakan di lebih dari 10 juta gadget. Dalam dua bulan, penggunanya mencapai 40 juta.
Selama Agustus, jumlah pengguna OS buatan Huawei itu bertambah sekitar 60 juta. “Baru-baru ini, HarmonyOS secara resmi mengumumkan kemajuan peningkatan terbaru,” demikian dikutip dari Gizchina, bulan lalu (24/8).
Huawei juga mengembangkan toko aplikasi sendiri yakni App Gallery. Pesaing Google Play Store ini diklaim sudah memiliki 550 juta pengguna aktif bulanan atau monthly active users (MAU).
Selain itu, ada 4,5 juta pengembang (developer) yang terdaftar.
Produsen ponsel pintar (smartphone) asal Cina itu juga membangun Huawei Mobile Services (HMS) sebagai pengganti GMS. Ada 141 ribu aplikasi yang terintegrasi dengan HMS.
Raksasa teknologi itu juga memperbarui HMS menjadi HMS Core 6.0. Layanan ini diklaim menawarkan one-point akses, yang mendukung pendistribusian global secara efisien untuk seluruh saluran.
Sumber: katadata.co.id