PORTAL JABAR,-Dalam proses perjalanan sepanjang hayat, akan terjadi berbagai hal selama kita hidup dan bergerak. Kebahagiaan, kekecewaan, kesedihan, hingga tak terkecuali bencana dan ujian yang datang dan harus kita terima. Sejatinya, masing-masing umat manusia tentu mendapatkan takdir mubrom dan takdir muallaq dari Allah SWT.. Takdir mubrom ialah takdir yang datang dari Allah SWT. dan kita tidak mampu untuk mengelak atau merubah keadaan yang telah Allah SWT. tetapkan, sejatinya kita hanya bisa menerima kehendak Allah SWT. dengan rasa syukur, qonaah, dan husnuzon tentang segala hal yang ditetapkan-Nya. Seperti kelahiran, jenis kelamin, sampai kematian. Sementara takdir muallaq adalah takdir yang Allah SWT. tetapkan namun dapat diubah oleh manusia dengan cara ikhtiar, doa dan juga tawakkal yang tentunya tetap dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah, agar hidup yang dijalani dapat berjalan lebih baik lagi (Dedi Wahyudi *& Lilis Marlianti, 2017). Namun, pada kedua takdir ini sebaiknya kita senantiasa untuk dapat mensyukuri keadaan yang telah Allah SWT. tetapkan.
Jika kita melihat kembali kepada sejarah, terdapat perspektif yang beragam yang memandang takdir atau nasib manusia dari berbagai sudut pandang. Contohnya seperti aliran Jabariyah yang memandang bahwa seluruh nasib manusia disandarkan kepada kehendak Allah SWT. yang harus diterima dan manusia tidak memiliki campur tangan sedikit pun (Murtiningsih, 2016). Aliran tersebut mendasarkan landasannya pada Qs. Ash-Shafaat ayat 96 yang berbunyi: “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”. Ada juga aliran Qodariyah adalah aliran yang menganggap bahwa segala tindakan manusia diciptakan atau diatur oleh manusia, manusia yang dapat mengatur perbuatannya sesuai kehendak sendiri. Dan pada paham ini lebih menekankan kebebasan atau kekuatan manusia (Sidik, 2016) aliran Qodariyah ini mendasarkan pandanganya pada qs. Ar-Ra’d ayat 11, ”….. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri….”. Para kaum orientalis menyebut aliran Jabariyah sebagai fatalism atau Predestination, sementara aliran Qodariyah disebut sebagai free will atau free act.
Dalam kehidupan kita, bencana dan ujian merupakan suatu hal yang tidak dapat diatur oleh manusia. karena bencana merupakan peristiwa yang terjadi dan kehadirannya dapat mengganggu bahkan mengancam kehidupan dan menghidupan yang disebabkan baik oleh faktor alam mau pun non-alam sehingga dapat menimbulkan adanya korban jiwa berjatuhan, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan bahkan bencana alam yang disertai dengan gangguan psikologis bagi para korban yang mengalaminya (Hakim, 2013). Sebagaimana dalam firman Allah SWT. “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Qs. Al-Hadid: 22-23). Bencana dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 75 kali. Seperti salah satunya pada beberapa ayat Al-Quran, ”Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. As-Syuara [26]: 30), “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allâh, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (Qs. An-Nisa [4]: 79), “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. At-Tagabun [64]: 11) dan masih banyak lagi Ayat Al-Quran yang mengupas tentang bencana. Namun meskipun demikian, kita perlu mengimani bencana sebagai takdir Allah SWT. seperti yang dijelaskan pada firman Allah SWT, “lalu Kami tentukan (bentuknya), maka (Kamilah) sebaik-baik yang menentukan.” (Qs. Al-Mursalat [77]: 23).
Selain itu, bencana seringkali dihubungkan dengan azab. Namun, lebih jauh dari itu, bencana memiliki 3 arti lain untuk memudahkan kita dalam memahaminya (Pinuju, 2019). Di antaranya:
- Bencana sebagai ujian atau bala’. Bala’ ini merupakan bencana atau musibah yang diberikan oleh Allah SWT. kepada hamba-Nya untuk mengangkat derajat jika mereka mampu melewatinya dengan penuh keikhlasan, kesadaran serta tawakkal. Bala’ ini dapat memperkuat iman dan juga memperkokoh ketaatan seorang hamba. Selain itu, bala’ juga menjadi kafarat dosa bagi hamba yang mampu melewatinya dengan baik tanpa kufur dari nikmat Allah SWT. contohnya:
- Bencana sebagai hukum Jika manusia berbuat melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. dan melanggarnya. Dan musibah ini merupakan peringatan untuk manusia. Contohnya: Manusia yang melakukan eksploitasi sumber daya alam yang dapat merusak kelestarian dan mengganggu keseimbangan alam. Maka dari kerusakan tersebut tentu akan timbul masalah yang lain.
- Bencana sebagai pembinasaan atau azab. Bencana ini telah terjadi sejak zaman dahulu. Dan ini sangat erat kaitannya dengan iman dan ketaatan manusia terhadap ajaran Nabi dan juga pada kekuasaan Allah SWT. mereka inilah yang ingkar dan mendapatkan azab dari Allah SWT. atas kekufurannya karena tidak mengikuti ajaran Nabi dan tidak beriman kepada Allah SWT.
Berdasarkan dari makna bencana tersebut, terutama yang dijelaskan bahwa bencana sebagai azab, dan bencana ini sudah sejak zaman dahulu, Allah SWT. telah menurunkan azab kepada umat para Nabi terdahulu yang kafir, ingkar dan kufur dari nikmat Allah SWT. yang tentu kita ketahui seperti yang tercatat dalam Al-Quran, di antaranya: kaum Nabi Nuh AS. yang tidak mau beriman kepada Allah SWT. bahkan sampai diberi azab air bah atau banjir besar selama 6 bulan pun mereka tetap tidak mau beriman (Qs. Nuh [71]: 1-28), kemudian ada kaum Nabi Luth AS. yang menyukai sesama jenis mereka diazab oleh Allah SWT. dengan cara dijungkirbalikkan kemudian dihujani batu belerang yang terbakar panas secara bertubi-tubi (Qs. Al-Hijr [15]: 61-75) (Qs. Hud [11]:77-83), kaum Nabi Syuaib AS. yang curang dalam jual beli sehingga Allah SWT. limpahkan azab dengan musim kemarau yang berkepanjangan, lempari mereka dengan bunga api dan meteor dan mengguncangkan bumi dengan suara keras yang memekakkan telinga mereka (Qs. As-Syuara [26]: 177-183) (Hidayatullah Ismail & Nasrul Fatah, 2018) serta berbagai kisah terdahulu lainnya.
Namun, tidak hanya terjadi pada umat terdahulu, seperti yang kita ketahui bahwa hari ini pun bencana tiada henti menyapa, terus berganti seakan menjadi takdir wajib bagi umat manusia. Seperti bencana yang terjadi sepanjang tahun 2020 sampai 2021, tercatat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa sepanjang tahun 2020 terjadi sekitar 2.925 bencana alam di Indonesia yang didominasi dengan bencana hidrometeorologi yang meliputi banjir, tanah longsor, banjir bandang, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, bahkan hingga angin puting beliung (Arifin, 2020). Bencana ini terus terjadi di seluruh penjuru Indonesia. Bencana tersebut teridentifikasi dapat terjadi karena kerusakan yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Sangat jelas seperti yang tercantum A-Quran, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Qs. Ar-Rum [30]; 41). Dalam tafsir Al-Wajiz oleh Wahbah Az-Zuhaili memaparkan bahwa menyebarnya keburukan dari segala keburukan, hilangnya keberkahan, peperangan, disebabkan karena perbuatan dan dosa manusia karena melakukan kerusakan di bumi, serta karena meninggalkan perintah Allah SWT.. Adanya bencana tersebut adalah hukuman bagi umat manusia, dan akan mengangkat derajatnya jika mampu bertaubat dan berubah (Gunawan, 2021).
Bahkan pada saat ini terdapat bencana yang juga mengancam kelangsungan hidup manusia, hewan, hingga berdampak pada berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, pendidikan, dan yang lainnya lagi terutama pada aspek kesehatan. Di mana, sejak akhir 2019 sampai awal 2020 teridentifikasi kode genetik virus corona baru yaitu COVID-19 yang mengganggu sistem pernafasan, serta virus ini dapat menular melalui perpindahan cairan seperti batuk atau bersin (Diah Handayani, dkk, 2020). Namun meskipun begitu, virus ini dapat merenggut banyak nyawa. Terhitung 28 Juni 2021, tercatat total akumulatif sebanyak 2.135.998 pasien positif COVID-19, dan total akumulatif 57.561 pasien positif yang meninggal dunia (Prastiwi, 2021). Wabah ini sangat merugikan karena sejak hadirnya, banyak orang yang kehilangan pekerjaannya, hingga kegiatan belajar yang merupakan bagian yang paling penting dalam perkembangan generasi ini pun harus dibatasi sedemikian rupa.
Hadirnya pandemi COVID-19 yang menjadi bencana bagi seluruh negara di dunia ini juga jika kita telaah, merupakan peringatan dan ujian bagi manusia tentang dosa-dosa yang diperbuat oleh manusia agar lekas bertaubat dan berubah ke arah yang lebih baik. Pandemi ini bisa menjadi ujian karena merupakan cobaan yang Allah SWT. berikan untuk mengetahui kualitas dari manusia . seperti pada firman Allah SWT. “Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.” (Qs. Ali Imron [3]: 186).
Berdasarkan ayat tersebut, jelas bahwa dalam menghadapi bencana dan ujian dapat dihadapi melalui bersabar dan bertakwa (Mustianda, 2020). Sementara itu, ujian terbagi tiga yaitu:
- Litta’dzib. Yaitu ujian sebagai azab bagi mereka yang melakukan maksiat.
- Litta’dib. Yaitu ujian sebagai pendidikan bagi mereka orang-orang yang bertakwa.
- Yaitu ujian sebagai sarana bagi hamba Allah SWT. yang mencintai-Nya (muhibbin) untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dari ketiga macam ujian tersebut, pandemi COVID-19 yang menjadi bencana sekaligus sebagai ujian ini bisa dikategorikan kepada ketiga macam tersebut. Dalam menghadapi situasi ini, selain sabar dan takwa, perlu juga dengan mental yang sehat, mengambil makna dalam setiap kejadian (meaningful life), hingga kita bisa mencapai Subjective Well-Being atau kehidupan yang sejahtera. Seperti yang dikutip oleh Abdul Shomad dari pendapat para ulama, bahwa setiap ujian akan mendekatkan kita kepada Allah SWT. maka merupakan nikmat, namun, jika setiap nikmat yang dapat menjauhkan kita dari Allah SWT. maka merupakan ujian (Husein, 2020).
Dalam situasi seperti ini juga, untuk bisa menjaga kesehatan mental perlu melakukan tabayyun (Husein Y. , 2020). Dalam konsep Islam, tabayyun menurut Syekh Muhammad Sayyid Ath-Thantawi adalah kesabaran dalam mengetahui kebenaran dan tidak tergesa-gesa dalam menerimanya (Mildad, 2018). Dalam kata lain, jika kita dapat memilah informasi yang tersaji dan mencari kebenarannya, kita bisa lebih waspada dan tidak cemas berlebihan yang akan membuat kita tidak tenang, berpikir buruk, dan lainnya. Karena pada saat ini, warga Indonesia banyak dibuat panik oleh berita-berita kematian yang semakin melonjak setiap waktunya. Banyak juga berita yang membuat panik namun belum tentu kebenarannya. Seperti kematian tetangga yang dikabarkan karena COVID-19, padahal belum tentu benar, atau bahkan berita vaksin yang merupakan salah satu pencegah COVID-19 yang banyak diberitakan mengandung efek samping yang tinggi bahkan banyak yang terjatuh sakit setelahnya, dan itu pun membuat orang-orang cemas da enggan untuk melakukan vaksin sementara belum jelas kebenarannya. Dalam Al-Quran pun dijelaskan bahwa, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Qs. Al-Hujurat [49]: 6).
Namun, sebaiknya dalam segala bencana dan ujian yang Allah SWT. berikan dapat kita maknai dengan baik dan dapat membuat kita kembali kepada jalan kebaikan yang telah Allah SWT. tunjukkan melalui Al-Quran. Dalam Islam, hal ini disebut sebagai taubat. Bahkan taubat juga terindikasi sebagai salah satu Psikoterapi dalam Psikologi Islam. Karena taubat adalah menata kembali kehidupan manusia serta memperbaiki kembali mental seseorang yang sudah rusak akibat dosa yang diperbuat. Pada hakikatnya taubat jika dilihat dari aspek Psikologi adalah suatu kombinasi dari fungsi-fungsi kejiwaan yang mampu mengembalikan fungsi kondisi psikologis manusia. Adapung nilai-nilai psikologis tersebut adalah kesadaran, pengakuan dosa, penyesalan, dan komitmen (Yulianti, 2017). Dengan demikian, kita dapat memaknai bencana dan ujian dengan baik, juga dapat meningkatkan kualitas diri kita dalam beriman kepada Allah SWT.
Karya Nida Sofiatul Mardiah
DAFTAR PUSTAKA
- Arifin, D. (2020, Desember 29). Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Retrieved Juni 28, 2021, from bnpb.go.id: https://www.bnpb.go.id/berita/sebanyak-2-925-bencana-alam-terjadi-pada-2020-di-tanah-air-bencana-hidrometeorologi-mendominasi
- Dedi Wahyudi *& Lilis Marlianti. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak. Jurnal Madurrisuna, 276.
- Diah Handayani, dkk. (2020). Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 120.
- Gunawan, I. (2021, Januari 18). co. Retrieved Juni 28, 2021, from akurat.co: https://akurat.co/tafsir-qs-ar-rum-ayat-41-kerusakan-di-bumi-disebabkan-ulah-manusia
- Hakim, A. (2013). Makna Bencana Menurut Al-Quran: Kajian Fenomena terhadap Bencana di Indonesia. Hermeunetik, 282.
- Hidayatullah Ismail & Nasrul Fatah. (2018). Sebab Keruntuhan Suatu Bangsa. Jurnal At-Tibyan, 173-174.
- Husein, M. (2020, Mei 9). com. Retrieved Juni 29, 2021, from kabarbanten.pikiran-rakyat.com: https://kabarbanten.pikiran-rakyat.com/syiar/pr-59626729/tiga-macam-ujian-dan-derajat-kesabaran-manusia
- Husein, Y. (2020, Mei 6). com. Retrieved Juni 29, 2021, from suaradewata.com: https://www.suaradewata.com/read/202005060024/cara-mudah-lawan-hoax-di-tengah-pandemi-covid-19.html
- (2020, Mei 15). iNewsJabar.id. Retrieved Juni 28, 2021, from jabar.inews.id: https://jabar.inews.id/berita/kisah-kaum-nabi-nuh-diazab-banjir-besar-selama-6-bulan
- Mildad, J. (2018). Komunikasi Massa dalam Perspektif Islam. Jurnal Komunikasi Islam, 1.
- (2016). Pengaruh Pola Pikir Jabariyah dalam Kehidupan Sehari-hari. Jurnal Islam, 194.
- Mustianda, L. (2020, September 23). detiknews. Retrieved Juni 28, 2021, from newa.detik.com: https://news.detik.com/berita/d-5184553/sabar-dalam-islam-hadits-tentang-ujian-dan-cobaan
- Pinuju, S. (2019, Januari 10). nuonline. Retrieved Juni 28, 2021, from nu.or.id: https://www.nu.or.id/post/read/101384/bencana-dalam-pandangan-islam
- Prastiwi, D. (2021). Update Senin 28 Juni 2021: 2.135.998 Positif Covid-19, Sembuh 1.859.961, Meninggal 57.561.
- (2016). Refleksi Paham Jabariyah dan Qodariyah. Rausyan Fikr, 281.
- Yulianti, E. R. (2017). Tobat Sebagai Sebuah Terapi (Kajian Psikoterapi Islam). Syifa Al-Qulub, 134-138.