PORTALJABAR – Perusahaan ride-hailing asal China Didi Global pada Rabu lalu berhasil melantai di bursa Amerika Serikat (AS). Perusahaan besutan mantan pegawai Alibaba Group ini mampu unjuk kebolehan ke pasar dunia.
Saat ini, layanan ride-sharing dan ride-hailing semakin populer di kalangan masyarakat. Terlebih mereka yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan raya seperti bekerja, atau sekedar melakukan pertemuan di lokasi yang berpindah-pindah.
Selain praktis, perkembangan teknologi yang semakin pesat ini juga menjadi faktor pendukung beberapa perusahaan ride-sharing terus berkembang dan diterima masyarakat. Di Indonesia sendiri, hampir 89% penduduknya sudah menggunakan smartphone. Tentunya kehadiran perusahaan ride-sharing ini menjadi peluang yang cukup menjanjikan.
Nama DiDi Global sepekan ini masih terus diperbincangkan. Pasalnya, platform layanan berbasis transportasi ini telah mendaftarkan sahamnya di New York Stock Exchange. Lalu siapa sebetulnya DiDi Global? Mengutip dari berbagai sumber, berikut ulasannya:
1. DiDi Global perusahaan rintisan asal China
DiDi Global atau Didi Chuxing Technology Co., yang sebelumnya adalah Didi Kuaidi, adalah perusahaan berbagi tumpangan mengandalkan kecerdasan buatan serta teknologi otonom asal China. Mengutip laman resmi DiDi Global, perusahaan yang bermarkas di Beijing ini didirikan oleh Will Wei Cheng, mantan pegawai Alibaba Group. Cheng Wei awalnya menamai perusahaan rintisannya ini DiDi Dache, tujuannya adalah untuk memudahkan penumpang dalam memanggil taksi hanya dengan aplikasi di smartphone mereka.
2. Tak hanya taksi online, DiDi Global rambah layanan pengiriman
Mengutip laman Investopedia, Minggu (04/7/2021) Cheng Wei kemudian melebarkan sayapnya ke ranah layanan pengiriman, penyewaan mobil, bus serta sopir, dan juga layanan berbagi sepeda dalam upayanya untuk terus bergerak melampaui layanan taksi.
3. Sempat perang harga sebelum merger dengan Kuaidi Dache
Sejak berdiri perusahaan telah mengumpulkan lebih dari USD 21 miliar per Maret 2020 lalu. Perusahaan ini juga telah melakukan investasi di perusahaan global lain seperti Lyft, Bolt dan Grab. Reuters melaporkan, DiDi pernah mengalami perang harga dengan saingannya yakni Kuaidi Dache yang mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian besar bagi keduanya.
Saat itu DiDi menguasai pasar China sebesar 55 persen dan 45 persen dikuasai oleh Kuaidi. Alhasil penggabungan dua perusahaan tersebut di tahun 2015 silam justru menjadi tonggak baru aplikasi berbagi perjalanan terbesar di China.
4. DiDi Global didanai oleh dua perusahaan raksasa internet China
DiDi didanai oleh dua perusahaan internet terbesar di China yakni Tencent dan Alibaba. Pada Juni 2016, DiDi bernilai kurang lebih USD 28 miliar. DiDi mengakuisisi Uber China di tahun yang sama. Bulan Desember 2017, DiDi mendapat suntikan dana sebesar USD 4 miliar dan menjadi perusahaan rintisan bernilai tertinggi ke-2 di dunia (setelah Ant Financial) dengan 100 investor dan valuasi USD 56 miliar. Perusahaan ini kini melayani 30 juta pengantaran per hari.
5. DiDi Global ikut mendalami mobil otonom
Pada Mei 2017, DiDi mulai mengembangkan aplikasinya ke dalam versi bahasa Inggris. Di tahun 2018, DiDi berekspansi ke Meksiko dan Australia serta membuka layanan berbagi tumpangan di Jepang melalui kerja sama dengan SoftBank. Selain itu, DiDi juga mulai mendalami mobil otonom dan kecerdasan buatan yang mempekerjakan peneliti dan menanamkan modal besar di sektor ini. (NDA)
Sumber: IDXChannel
Discussion about this post