KAB BANDUNG BARAT,- Gelaran Ngertakeun Bumi Lamba ke-14 yang dilaksanakan Minggu (26/6) di TWA Kawah Gunung Tangkuban Parahu Lembang Kabupaten Bandung Barat dinilai sangat urgent dan relevan bagi
BAGUNA (Badan Penanggulangan Bencana) Jawa Barat.
Hal ini mengingat BAGUNA
adalah lembaga yang senantiasa bergerak dalam usaha, upaya dan membantu menanggulangi dan menangani bencana .
“Asas kemanusiaan adalah asas pokok dalam gerak dan langkah BAGUNA di setiap kegiatan,” kata Sekretaris BAGUNA Jawa Barat Ayi Somantri RS, Rabu (29/6).
Korelasi dan relevansi
Ia mengatakan dalam penanggulangan bencana ada dua hal pokok, yang pertama MITIGASI bencana yang bersifat preventif antisipatif, ialah sesuatu dilakukan sebelum terjadi bencana sehingga meminimalisir dampak bencana.
Yang kedua tanggap darurat, lebih bersifat rehabilitatif, renovatif dan recovery, ialah sesuatu dilakukan tatkala telah terjadi bencana dan harganya sangat mahal apalagi kalau ada korban jiwa.
“Yang kedua ini siapapun pasti mengharapkan tidak pernah terjadi tetapi kita harus sadar bahwa posisi geografis kita yang memang berada di wilayah rawan bencana, ada ring of fire sehingga kita dianugerahi banyak gunung merapi aktif, ada pergerakan lempeng tektonik yang menyebabkan gempa dan tsunami, ada pegunungan dan perbukitan yang rawan longsor, banjir bandang dsb,” bebernya.
Ayi mengatakan, untuk itu mitigasi bencana menjadi pilihan tanpa mengendurkan kesiap siagaan menghadapi bencana.
Kenapa harus budaya?
Tentu berdasarkan kajian dan data yang ada, tatkala hutan dibabat habis padahal disitu ada polisi hutannya, ada konstitusi dan regulasi lalu ada aparat yang menjalankan dan mengawasi konstitusi dan regulasi itu.
“Tapi hasilnya bisa kita lihat dan bisa kita rasakan sendiri, alih fungsi lahan yang berdampak bencana pada lingkungan akhir akhir ini malah makin marak, pengendalian dan pengawasan para penebang pohon liar relatif tidak mampu kita lakukan malah makin menjadi jadi sehingga kerusakan hutan terlebih di ketinggian dan kemiringan sudah ditingkat parah dan mengancam,”ungkapnya.
Untuk itu, berdasarkan data dan fakta bahwa budaya dan tradisi sudah terbukti efektif dapat menjaga kelestarian lingkungan.
“Oleh karena itu saya berpendapat perlunya BAGUNA mendukung dan mendorong budaya dan tradisi, mempererat kerjasama berdasarkan nilai nilai baik yang menjadi jiwa dalam tradisi dan budaya,” ujar dia.
Dalam budaya ada istilah pamali, kapahung, kawalat, kabadi dan seterusnya terbukti efektif dalam menjaga dan melestarikan Leuweung tutupan, hutan larangan, Leuweung/hutan adat, Leuweung karamat dll, kesemuanya itu adalah kearifan lokal yang berdasar pada adat, budaya dan tradisi.
Ngertakeun Bumi Lamba adalah ungkapan rasa syukur dan ekspresi penghormatan terhadap alam melalui tata cara adat, budaya dan tradisi leluhur sekaligus menanamkan komitmen menghormati dan menjaga alam sehingga menjadi penting bagi kita semua sebagai aksi nyata tindakan mitigasi bencana yang sangat esensial karena NBL dapat mencetak insan insan/individu yang menghormati dan menjaga alam dengan segala kesadaran.
“Terima kasih Panggelar Ngertakeun Bumi Lamba, terus semangat, ini adalah energi baik bagi kemanusiaan sehingga menciptakan lebih banyak lagi insan insan yang menghormati dan menjaga alam lalu gaungnya sampai ke langit. Salam Rahayu,” pungkasnya. (*)